Sedangkan pada aspek kognitif, CBT menekankan tentang bagaimana sudut pandang dan cara berpikir tentang suatu kejadian. Memperbaiki distorsi kognitif yang menyebabkan emosi negatif muncul.
Cognitive Behavior Therapy CBT dapat mengubah pemikiran negatif yang dimiliki penderita OCD menjadi pemikiran yang bersifat positif, mengkondisikan kecemasan yang ada (Anisa, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryaningrum (2013), CBT efektif untuk mengubah pemikiran obsesif yang irasional menjadi rasional, turunnya keteganagan, dan perilaku kompulsif yang menurun. Teknik-teknik dalam terapi CBT guna mengurangi OCD pada dasarnya dapat diterapkan oleh penderita secara mandiri tanpa bantuan terapis secara terus-menerus.
Sebagai contoh kasus, penggunaan Cognitive Behavior Therapy (CBT) terhadap seseorang yang mengalami OCD perilaku tentang kebersihan yang berlebih, seperti piring atau gelas yang harus benar-benar bersih tanpa ada noda sedikitpun.
Adapun teknik-teknik dalam Cognitive Behavior Therapy (CBT) guna mengurangi gangguan tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: (1) Relaksasi Imagery, (2) Restrukturisasi Kognitif, (3) Eksposur.
Pertama relaksasi imagery, penderita diminta untuk duduk pada posisi ternyaman, kemudian menghirup udara (bernafas) sedalam-dalamnya dan dihembuskan memalui mulut (dilakukan sebanyak 3X).
Selanjutnya melakukan relaksasi imagery dengan cara memejamkan mata dan membayangkan sedang berada di suatu tempat yang dianggap sebagai tempat ternyaman.Â
Kedua restrukturisasi kognitif, yaitu menentang distorsi bahwasanya ketika piring atau gelas terkena cipratan tidak mengindikasikan bahwa makanan atau minuman didalamnya juga kotor dan tidak sehat.
Langkah ketiga eksposur, di mana penderita dihadapkan langsung pada sumber atau hal yang menyebabkan kecemasan seperti makan dengan piring yang terkena cipratan. Eksposur bertujuan untuk mengurangi kecemasan ketika berhadapan dengan sumber kecemasan.
Daftar Pustaka
Anisa, A. (2016). Terapi Perilaku Kognitif untuk Menangani Gangguan Obsesif: Studi Kasus. SEMINAR ASEAN 2nd PSYCHOLOGY & HUMANITY (pp. 62-68). Malang: Psychology Forum UMM.