Mohon tunggu...
Rizky Arya Kusuma
Rizky Arya Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar nulis.

Butiran debu dari jagad buana, sekadar berusaha bermanfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukti yang Berbicara

13 Juni 2023   08:01 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:05 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ruang Kelas (Freepik)

Suasana kelas berubah gaduh. Murid-murid saling bersahutan yang pada intinya berusaha memojokkan Cipung dengan kesaksian dan teorinya masing-masing. Nanda pun menyuruh semua diam dan kembali bertanya ke Cipung, "Apa penjelasanmu, Cipung?"

Merasa terpojokkan, rasa sedih dan putus asa mulai menyelimuti hati Cipung. Namun, seketika ia teringat penggalan puisi Hujan Bulan Juni, "Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu." Bukan, bukan, ini bukan tentang merahasiakan rindu, tapi soal merahasiakan rasa sedihnya dan "Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni." Ya! Cipung merasa dalam keadaan terpojok dan tidak mengenakkan, tapi ia tidak boleh gegabah, ia harus tetap bijak menghadapinya. Akhirnya, dengan tegas dan berani ia berbicara, "Oke teman-teman, nampaknya rumor ini sudah begitu membius banyak orang, padahal tidak ada bukti validnya. Aku bukan pencuri sebagaimana yang kalian tuduhkan. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa dompet itu ada di sepedaku. Tapi, aku tidak mau bertele-tele. Mari kita sama-sama ke ruang satpam, bila perlu kita ajak kepala sekolah. Kita minta diputarkan video CCTV parkiran. Siapa tahu ada fakta lain yang kita dapatkan? BIARKAN BUKTI YANG BERBICARA! Berani, tidak?"

Lantas semua murid kelas 12B pun menuju ke pos satpam. Nanda mengundang kepala sekolah dan beberapa guru juga ingin ikut menemani. Tak pakai lama, bapak satpam menampilkan video CCTV parkiran pagi hari itu dan Cipung pun terkejut, "Loh! Bapak kepala sekolah? Kenapa bapak dengan sengaja meletakkan dompet bapak di sepeda saya?"

Bukannya menjawab, sang kepala sekolah justru bertepuk tangan, bernyanyi, dan diikuti murid-murid lainnya "Selamat ulang tahun kami ucapkan. Selamat sejahtera sehat sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia."

"Selamat ulang tahun, Cipung!" ucap guru BK sambil membawa kue ulang tahun buat Cipung.

"Selamat ulang tahun, jagoan 12B!" sahut Nanda.

Suasana pun dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan. Rasa terharu begitu kuat menyelimuti hati Cipung, membuatnya terlupa sesaat dengan kejadian sebelum ini yang membuatnya hampir putus asa. Cipung merasa beruntung dan bersyukur memiliki orang-orang yang begitu istimewa di sekolahnya. Momen itu benar-benar menjadi salah satu momen terindah dalam hidup Cipung yang akan selalu ia kenang dengan penuh keharuan dan rasa syukur yang mendalam.

Sang kepala sekolah kemudian meminta semuanya diam. Setelah semua diam, beliau berbicara, "Pertama, selamat ulang tahun, Cipung! Jagoan SMA kita! Kedua, saya ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Cipung. Berkat kamu, nak, nama SMA kita jadi terkenal se-Indonesia. Puisi tentang Pendidikan yang kamu bacakan waktu jadi juara 1 nasional di lomba puisi yang diadakan oleh Mendikbud itu benar-benar menyentuh saya sebagai seorang guru. Ketika mendengar bahwa kamu mau ulang tahun, saya punya ide untuk membuat drama seperti ini dan ternyata berhasil. Saya tentu yakin kamu punya mental yang kuat, mental juara, namun setelah kejadian ini, saya berharap mental kamu semakin kuat dan siap buat mengikuti lomba puisi internasional di Inggris, dua minggu yang akan datang."

Setelah itu, bapak kepala sekolah juga menjelaskan alasan lain dibalik 'ide' liarnya ini. Sebagai guru sejarah, ia berharap peristiwa ini bakal diingat oleh murid-muridnya. Bahwa ia bermaksud memberi contoh nyata kepada muridnya tentang pentingnya bukti valid sebelum vonis bersalah dijatuhkan kepada seseorang. Bahwa dalam menghadapi fitnah dan tuduhan yang tidak benar, penting untuk tetap berpegang pada kebenaran dan mencari bukti yang dapat membuktikan bahwa kita tidak bersalah. Dan sebaliknya, kita harus berhati-hati sebelum menuduh orang lain, karena beban pembuktian itu ada di pihak yang menuduh. Apabila sebuah tuduhan tidak memiliki bukti, maka itu adalah sebuah fitnah. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, sebab dengan fitnah seseorang akan terbunuh harga dirinya. Seseorang akan tercemar aib kesalahannya, yang padahal belum tentu faktanya benar demikian.

"Semoga kita semua senantiasa dijauhkan dari fitnah," pungkas bapak kepala sekolah.

Madiun, 13 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun