Mohon tunggu...
Alfatur Rizky
Alfatur Rizky Mohon Tunggu... Lainnya - Suka bercerita dalam tulisan

Journalis part in AJNN.NET | Founder RISOOLL | Coffee Maker and Connoisseur | Writer story Julian and Rania, Make You a Ring, Wedding Day, The Cronicles of Phoenix, Italian, Dimata Andreas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cua

12 Desember 2023   02:39 Diperbarui: 12 Desember 2023   03:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto : Dokumen Pribadi

Hatiku, jantungku, otakku, ususku, ginjalku, empeduku, apakah aku harus mengiris tanganku agar bercucuran darah agar bisa kutampung dalam gelas agar kau nikmati?

Semuanya hanya fiktif, begitulah kata para pendosa yang kukenal. Mereka sampaikan itu hanya menyiksamu lebih jauh. Aku sudah menjerit terlalu keras untukmu. Aku panggil namamu dalam doaku setiap saat, tapi tak pernahkah kau sadar, aku sudah relakan semua harga diriku untuk mu, aku lupakan semua tentang gelas hancur lalu, aku coba mencari lagi gelas baru.

Kau ajarkan aku lagi melangkah lebih jauh, tapi dorong aku hingga terjatuh bagaikan sampah yang tak berguna lagi. Aku merasa hilang lagi. 

Terima kasih sudah menyiksaku dan jatuhkan aku dalam kelamnya dunia lamaku.

*****

Dari malam itu aku hanya berdoa saja, semoga apa yang menimpaku juga menimpanya, cuma para Tabib berkata itu tidak baik untukmu pula. Doaku jelek.

Berarti kamu harus merubahnya, "Dekatkan saja aku dengan pahitnya duniawi ini, jauhkan aku dari nikmatnya duniawi pula, biarkan aku merasa paling sakit, jadikan aku orang yang paling bersalah didunia dia, agar semua orang membenciku, mengucilkanku, nampak aku segala kebaikannya, perlihatkan kepadanya tentang semua keburukanku selama aku berjalan sendiri. Maka, bahagiakan dia, buatlah aku menjadi manusia paling menderita didunia ini, bahkan jadikan aku paling menderita ketika dia sudah tak bisa digapai lagi, jangan buat aku kembali dengannya agar aku segera mati, jadikan aku menjadi manusia paling buruk dimata semua kerabatnya, jadikan pula aku sebagai orang yang selalu gagal dimatanya dan kerabatnya, jadikan pula aku manusia yang sangat buruk rupa dimatanya. Aku hanya bisa berdoa demikian, hanya saja aku minta kepadamu ALLAH, berikanlah aku sedikit air agar aku kuat menahan rasa sakit yang aku terima selama ini dan seterusnya. Kepadamu aku hanya bisa bercerita, bahkan dari tulisanku aku jua berdoa kepadamu, aku juga meminta kepadamu, kuatkan saja kakiku, agar aku tidak terseret lagi ke lubang yang sama lagi, Hidupkanlah sedikit nyawaku agar aku bisa bernafas lagi, hanya itu saja, terima kasih kepadamu aku ucapkan, aku sudah rela walaupun masih belum percaya atas segalanya yang sudah aku lakukan untuk dia dan langkahnya meraih kecupan manis orang lain, semoga engkau menjabah sedikit doa kecilku, terima kasih sekali," begitulah doaku yang kusampaikan kepada para Tabib. Sudahkah itu benar?

Kata para Tabib itu sudah lebih baik. Aku masih menangis, darah yang keluar. Sudahkan aku tulus, Tabib tak sanggup menjawabnya. Mereka ucapkan kau harus mampu saja, Kami selalu ada untukmu. Kami selalu siap menopah keluar dari Dunia Kelammu, kami sudah relakan untukmu.

Para Tabib juga bilang, kamu adalah manusia yang harusnya lebih baik lagi. Aku menjawab terima kasih. Daylight masih saja menjadi teman pengacau pikiran ini. Tabib tak bisa hentikan. Bagikan Cua untukku lagi.

*****

Aku sudah lelah, aku ingin lelap dalam dunia gulita, seorang diri, dan akan terus menyendiri hingga ada sedikit celah yang membuat aku silau. Aku sangat menunggu momen dimana aku bisa keluar dari pahit ekstasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun