Mohon tunggu...
Alfatur Rizky
Alfatur Rizky Mohon Tunggu... Lainnya - Suka bercerita dalam tulisan

Journalis part in AJNN.NET | Founder RISOOLL | Coffee Maker and Connoisseur | Writer story Julian and Rania, Make You a Ring, Wedding Day, The Cronicles of Phoenix, Italian, Dimata Andreas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Orang Aceh

27 September 2023   02:36 Diperbarui: 27 September 2023   02:54 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Provinsi Aceh. Foto : iStock/werbeantrieb

Tak usah dibahas terlalu panjang, kali ini yang akan ku bahas adalah tentang ucapan Usman di kutipan pertama ketika warga membaca.

Ka Lahee- di Aceh, Rayeuk di Aceh, ka manoe ngen Ie di Aceh, ka meutapak di Aceh, meu Bahasa Aceh hanjeut, alah hay Kapluk,

Artinya :

Udah lahir di Aceh, besar di Aceh, kau mandi dengan air di Aceh, kau berjalan di Aceh, Bahasa Aceh tidak bisa, alah hai Kapluk (Kiasan atau ejekan),

Begitulah kira-kira. Lantas apa urusannya bagi orang Aceh yang tidak bisa bahasa Aceh. Menurut Usman, orang Aceh itu punya Filosofi yang kuat, terlepas dari Ideologi Aceh harus menjadi sebuah negara ataupun sejahtera secara adil. Maksudnya, orang Aceh itu harus paham ideologi sebagai warga Aceh yang bijaksana seperti Teuku Umar.

Singkat tapi padat, pendek kata Usman, orang Aceh yang tidak bisa bahasa Aceh itu biasanya kerap disebut sebagai orang yang Acuh dengan Adat Istiadat orang Aceh.

"Nyoe penting ta catat, Adat tanyoe ka mulai kindoe, jadi perle ta perekat lom, salah satunya ngen berbicara dan meubahasa ngen bahasa geutanyoe, bahasa Aceh," kata Usman sambil ngudut cerutunya.

Saya menangkap maksud Usman, maksudnya generasi selanjutnya harus mengerti dan paham bagaimana perjuangan orang Aceh tempo Doelo untuk memperjuangkan Aceh dimata Indonesia. Maka, penerus adat istiadat di Aceh harus terus ada sampai cicit-cicit nantinya.

Karena keresahan Usman saat ini, terutama di Kota Langsa banyak anak-anak Aceh yang hanya menghabiskan waktunya di warung Kopi sekedar bermain gadget, judi online, dan duduk tidak penting hingga ber jam-jam. Ini menjadi perihal serius. Baginya, perjuangan Ayahnya ketika masa konflik, dan lintas generasi saat dirinya belum lahir, melahirkan sebuah titipan khusus bagi orang Aceh selanjutnya, dan ini penuh makna yang sangat dalam.

Saya tidak bisa menjelaskannya dengan tulisan ataupun kata-kata, sejenak saya termenung diam dan larut dari ucapannya itu. 

Sambung Usman lagi, Aceh itu masih dianggap rendah oleh banyak pihak di Ibukota. Menurutnya, selama ini Aceh dikenal dengan Tsunami saja. "Acie katanyeng ngen awak Jawa, pasti mese ken Konflik berarti Tsunami, Sep icah kei," ucap Usman sambil mematikan cerutunya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun