Hal ini menyebabkan adanya dilema antara pendidikan atau kesehatan karena pada satu sisi kesehatan dimasa pandemi seperti ini bisa di ibaratkan berada diatas segalanya karena salah satu cara menghadapi pandemi ini adalah dengan menjaga kesehatan dan juga dengan adanya kesehatan juga pendidikan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu muncullah solusi pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi seperti ini.
Akan tetapi pada sisi yang lain jika pembelajaran jarak jauh ini terus berjalan dalam jangka waktu yang lama justru akan menambah masalah baru seperti, para siswa yang kecanduan bermain handphone atau laptopnya karena setiap hari dihadapkan dengan handphone dan laptop dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh dan juga para siswa akan mengalami ketergantungan dengan google yang mengakibatkan apa-apa mengandalkan google.
Selain itu dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini menurut saya akan memunculkan si kaya dan si miskin. Dimana si kayak dapat dengan mudah mengakses pembelajaran jarak jauh dengan sangat mudah karena telah di fasilitasi dengan baik oleh para orang tuanya dan di miskin yang mungkin harus berjuang demi mengikuti pembelajaran jarak jauh karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.
Namun, menurut Mendikbud  masa krisis ini menjadi momentum melakukan observasi guna mendapatkan umpan balik di lapangan. Kemendikbud terus berupaya menyediakan beragam solusi untuk memastikan setiap satuan pendidikan melakukan apa yang terbaik bagi mereka. Sekaligus mendorong terjadinya eksperimen guna menemukan pendekatan-pendekatan baru dalam pendidikan di masa depan.
Selanjutnya, prioritas Kemendikbud adalah meningkatkan fleksibilitas penggunaan anggaran sekolah untuk menangani krisis. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan anggaran (Bantuan Operasional Sekolah) yang dikirimkan dari pemerintah pusat kepada sekolah-sekolah agar dapat digunakan untuk membeli alat kesehatan dan kebersihan diri, juga pulsa/data seluler untuk mendukung aktivitas pembelajaran termasuk pembelajaran daring (Mendikbud, 2020).
Tentu saja kondisi seperti ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah dan instansi terkait, dalam hal ini adalah Kemendikbud dan Kemenkes. Karena menurut saya disatu sisi pembelajaran jarak jauh ini kurang efektif jika dilihat dari pelaksanaannya karena pembelajaran jarak jauh ini merupakan pembelajaran yang berbasis teknologi tentunya perlu penanganan yang berbeda baik dalam proses pelaksanaan dan juga dalam hal evaluasi.Â
Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, peserta didik membutuhkan perhatian khusus, terutama sarana prasarana yang digunakan, jaringan internet yang memadai dan motivasi diri agar dapat mengikuti proses pembelajaran yang bersifat mandiri.
Permasalahan pembelajaran jarak jauh diantaranya adalah belum meratanya akses jaringan internet, gawai yang belum memadai, mahalnya biaya kuota, belum meratanya penguasaan iptek di kalangan pendidik atau guru, belum siapnya pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran jarak jauh, dan kesulitan orang tua dalam mendampingi anak-anaknya melakukan kegiatan belajar mengajar menjadi kendala yang ditemui selama proses pembelajaran jarak jauh.
Beberapa solusi yang telah diberikan pemerintah adalah terdapat beberapa peraturan yang telah dengan jelas mengatur dan memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran jarak jauh dilaksanakan seperti Surat Edaran No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Masa Darurat Penyebaran Covid-19, Fleksibilitas penggunaan dana BOS untuk mensubsidi kuota guru dan siswa merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam mengatasi mahalnya biaya kuota dalam rangka pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Namun menurut saya itu semua belum cukup karena untuk pembagian kuota saja masih kurang merata.
Akan tetapi jika memaksakan untuk pembelajaran tatap muka tentunya mempunyai resiko yang lebih berat. Hal inilah yang menyebabkan dilema dalam proses pendidikan di Indonesia saat ini.