Mohon tunggu...
Rizky Akbar
Rizky Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Agama Islam dalam Membangun Solidaritas Sosial

17 Juni 2021   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2021   00:34 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etos kerja merupakan kunci dari kesuksesan seseorang dalam dunia kerja, namun tidak menutup kemungkinan terjadi penyelewengan dalam menerapkan etos kerja tersebut, maka di sinilah perlu adanya nilai-nilai agama yang menjadi kontrol atas kegiatan kerja. Di samping itu, nilai-nilai agama bisa menjadi benih tumbuhnya etos kerja yang baik dalam diri individu atau suatu kelompok dalam masyarakat.

Religiusitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap etos kerja. Agama membentuk pribadi-pribadi yang kokoh dalam berperilaku, seperti, kejujuran, kedisiplinan, kesetiakawanan, keoptimisan, semangat, toleran. Karena pada dasarnya agama memang mengajarkan mengenai moral. Rasa keberagamaan seseorang (religiusitas) memiliki peran yang tidak kecil untuk memompa semangatnya dalam beraktifitas. Secara teoritis akan sangat berbeda kualitas kerja seseorang dalam bekerja antara orang yang tidak memiliki dasar agama yang kuat dan yang memiliki dasar agama yang telah tertempa melalui penga-laman dan pemahaman yang benar terhadap keyakinan agamanya.

Pengertian Praktik, Ritus dan Ritual Islam

Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi. Contoh praktik keagamaan dalam Islam antara lain, mengaji, sholat, sedekah, zakat dan lain sebagainya.

Term ritus dalam bahasa Inggris, yaitu rite (tunggal) dan rites (jamak), yang mempunyai arti secara leksikal, yaitu perilaku atau upacara-upacara (act and ceremonies) yang berkaitan dengan pelayanan keagamaan. Sedangkan secara definitif, ritus berarti aturan-aturan pelaksanaan (the rules of conduct), yang melukiskan bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku dalam kehadirannya di depan obyek -- obyek yang sakral atau disucikan. Dalam konteks yang lebih spesifik, bahwa ritus dalam Islam dideskripsikan sebagai perwujudan dari doktrin-doktrin Islam (expression of Islamic doctrine).

Dari batasan di atas maka ritus dalam Islam pada dasarnya adalah semua bentuk praktik keberagamaan, baik berupa perilaku atau upacara-upacara keagamaan yang pelaksanaannya telah diatur sedemikian rupa, sebagai bentuk penyembahan (worship), pengabdian atau pelayanan (service), ketundukan (submission), dan ekspresi rasa syukur (gratitude), yang lahir dari seorang hamba kepada Tuhannya dalam rangka merealisasikan ajaran-ajaranya dan menjalankan hidup secara religius menuju klaim saleh dan takwa.

          

Praktik-Praktik Agama Islam dan Implikasinya Terhadap Solidaritas Sosial

Menurut Durkheim, praktik keagamaan dapat dipahami sebagai peran bagi integrasi dan stabilitas masyarakat serta solidaritas sosial. Sebagai contoh, salah satu ritual keagamaan dalam islam yaitu slametan. Di dalam "slametan", sebagaimana ditunjukkan oleh Geertz:26 merupakan penghidupan integrasi sosial, terutama sampai pada batas-batas teritorial desa. Simbol-simbol yang ditampilkan dalam upacara selamatan secara keseluruhan melambangkan persatuan dan integrasi masyarakat. Undangan dalam selamatan yang terdiri dari sanak famili, tetangga dan kawan-kawan dibayangkan duduk bersama dengan para arwah setempat, nenek moyang yang sudah mati dan dewa-dewa. Mereka secara bersama-sama pula memakan makanan yang telah disucikan dengan do'a-doa.

Gambaran ini juga senada dengan selamatan yang juga menjadi objek kajian Beatty (1999) di Desa Bayu di Banyuwangi. Beatty menggambarkan slametan, sebagai sebuah seremonial pesta dinama hampir semua individu ambil bagian, dengan mana tamu diundang berdasarkan ketetanggaaan atau hubungan keluarga daripada karena alasan agama. Para peserta slametan, betapapun memiliki perbedaan interpretasi tentang acara "slametan" tersebut, karenanya membuat acara ini bersifat multivocal.

Dari uraian di atas, tidak dapat disangkal bahwa selamatan memiliki fungsi pengintegrasi masyarakat desa yang melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut di dalamnya. Dalam ajaran Islam solidaritas sangat ditekankan karena solidaritas merupakan salah satu bagian dari nilai Islam yang mengandung nilai kemanusiaan. Islam merupakan agama perdamaian, agama yang mengajarkan kasih sayang (rahmatan lil alamin) dan sangat menjunjung tinggi perbedaan sehingga menjadi lebih intensif dalam berinteraksi dan memiliki rasa saling kebersamaan yang tinggi (Mursyid, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun