Mohon tunggu...
Rizky Hidayat
Rizky Hidayat Mohon Tunggu... Ilustrator - Perluas Sudut Pandang, Persempit Memandang Sudut.

Ghostwriter

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Zabur dan Sound of Borobudur

11 Mei 2021   23:59 Diperbarui: 12 Mei 2021   00:22 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Stupa pada Candi Borobudur | Foto: ayoyogya.com

Atthi Ajatang Abuthang Akatang Asamkhatang

Wonderful Indonesia, satu makna yang merepresentasikan betapa indahnya Indonesia beserta kekayaan alam seisinya.

Memiliki jajaran pulau yang membentang luas dari ujung Sabang sampai Merauke, serta dari ujung Miangas hingga sampai Pulau Rote. Terhitung total ada sekitar 2590 pulau lebih yang membentang mencakupi wilayah NKRI.

Selain banyaknya pulau, negara kita tercinta ini juga memiliki kekayaan biodiversitas terbesar ketiga setelah Brazil dan Afrika. Meski masuk pada jajaran peringkat yang ketiga, negara Indonesia tetap di juluki sebagai paru-paru dunia.

Selain dua kebanggaan di atas, masih ada kebanggaan lainnya yang patut di banggakan oleh rakyat Indonesia kepada bangsa dan negaranya ini, sehingga dapat menimbulkan rasa cinta Tanah Air yang lebih meningkat. Kebanggaan tersebut ialah tidak lain dan tidak bukan adalah kebanggaan akan sejarah panjang bangsa Indonesia.

Secara spesifik bangsa Indonesia banyak melahirkan ragam sejarah dan budaya bangsa yang mungkin hingga kini tetap terjaga kelestariannya karena prasasti dan monumen sejarahnya masih ada dan tidak lekang oleh waktu. Tugas terbesarnya ialah melesetarikan dan mengajarkannya pada anak cucu generasi mendatang.

Salah satu bukti monumen sejarah masa lampau yang masih bisa kita rasakan saat ini salah satunya adalah bangunan-bangunan kuno seperti Candi. Nah pada artikel opini saya kali ini, akan menjelaskan terkait peninggalan Candi yang ada di Indonesia, spesifiknya pada pembahasan seputar Candi Borobudur.

Sekali lagi, ini adalah artikel opini.

Sejarah Singkat Candi Borobudur

Candi Borobudur, merupakan bangunan Candi bercorak Buddha yang ditengarai berdiri pada abad ke-8 dan 9 M atau sekitar tahun 800 M pada masa pemerintahan dinasti Syailendra.

Kemegahan struktur dan arsitektur Candi Borobudur tak lepas dari sejarah panjang bekembangnya agama Buddha di Nusantara.

Kemahsyuran Borobudur terkenal sampai ke mancanegara serta dikenal sebagai monumen Buddha terbesar dan terlengkap di dunia berdasar pada laman Kementrian Pariwisata. Tercatat, setidaknya kurang lebih terdapat 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha.

Selain itu, Borobudur juga dikenal sebagai salah satu di antara tujuh keajaiban dunia dan di akui sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Kontroversi Pendirian Candi Borobudur

Berdasar pada catatan sejarah, belum ada bukti valid yang dapat membuktikan siapa sosok yang menginisiasi pendirian Candi Borobudur ini.

Pasalnya, pembangunan Candi semegah ini diprediksi memerlukan waktu yang relatif cukup panjang. Pembangunan memerlukan waktu tidak pada kisaran puluhan melainkan ratusan tahun lebih lamanya. Sedangkan jika ditilik dari sejarah persebaran agama Buddha, hampir dipastikan kurang sinkron. 

Hal itu disebabkan karena masyarakat dinasti Syailendra yang menganut ajaran Buddha datang ke wilayah sekitaran Medang, Jawa Tengah pada waktu itu tercatat di tahun 752 M, sedangkan pembangunan Borobudur benar-benar dipastikan rampung adalah pada masa pemerintahan Raja Samaratungga (tahun 825 M).

Maka jika dapat di analisa, pendirian hanya memakan waktu 100 tahun pas, tidak lebih tidak kurang.

Ini jika ditelisik berdasar kurun waktu pembuatan, belum lagi jika ditelisik berdasarkan material dan komponen bangunan.

Material bangunan pada Borobudur diprediksi membutuhkan kurang lebih 2 juta potong batu jika dihitung dari volume keseluruhan yang kurang lebih sekitar 55.000 meter kubik. Nah, dengan bahan material sebanyak itu juga, tidak bisa dipastikan jika bangunan Candi mampu dibangun dalam waktu 100 tahun.

Belum lagi mayoritas penduduk di sekitar wilayah Jawa pada waktu itu sebagian besar masih penganut ajaran Hindu Siwa.

Namun hal ini jika dipikirkan secara logika, apabila ditinjau secara nalar dan perspektif mistisisme, sebetulnya juga masuk akal jika Candi Borobudur dapat berdiri secara cepat. Tapi dengan bantuan makhluk yang bukan manusia (seperti yang terjadi pada kisah pendirian Candi Prambanan dan terjadinya Tangkuban Perahu).

Kontroversi Pada Relief Candi Borobudur 

Tidak berhenti pada kontroversi pendirian Borobudur saja, ternyata relief-relief yang terdapat pada ukiran batu di Candi Borobudur nyataya juga mengandung makna yang multi tafsir.

Pada salah satu relief candi, terdapat relief yang menggambarkan tentang kelompok yang bermain alat musik. Relief ini kemudian dikenal dengan istilah relief musik Borobudur atau Sound of Borobudur.

Pada relief ini, terdapat beberapa ilustrasi komponen alat musik yang jika saat ini ditafsirkan, maka alat-alat musik yang tergambar pada relief hampir saat ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Hal ini yang pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa ilustrasi tersebut mencerminkan bahwa Borobudur pusat musik dunia, pada masa itu.

Dapat ditengarai juga, waktu itu Borobudur menjadi pusat berkumpulnya pemusik-pemusik di seluruh penjuru dunia atau bahkan menjadi pusat persebaran musik di dunia. Hanya saja kita belum tau detail, hal ini perlu kajian yang lebih mendalam lagi.

Zabur dan Sound of Borobudur 

Ada pula tafsir nyeleneh yang muncul pada sudut pandang saya sebagai penulis artikel opini ini, yakni kontroversi yang mungkin bisa saja bersinambung jika dihubungkan antara Zabur dan Sound of Borobudur.

Kenapa saya menghubungkan antara Zabur dengan Borobudur? Pasalnya terdapat beberapa pendapat yang mencuat akhir-akhir ini terkait Borobudur merupakan salah satu peninggalan Nabi Sulaiman, yang ditinggalkan bersamaan dengan Negeri Saba.

Beberapa paham kontroversi ini mencuat hingga menjadi fenomena besar di kalangan kajian saya sewaktu di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pasalnya, banyak beberapa temuan yang sedikit sama dengan peninggalan Sulaiman. Seperti stupa berbentuk orang berambut keriting menyerupai Sulaiman, lalu Wanasaba atau Wonosobo yang disamakan dengan Negeri Saba, Sleman disamakan dengan Sulaiman. Dan yang pasti relief musik yang juga menggambarkan tentang puji-pujian Zabur di masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun