Sempat Kontra Dengan Warga Sekitar
Dulu, di awal mula perkembangannya, masjid Al-Islam sempat mengalami pasang surut dari sisi sosial. Sempat dicap negatif oleh warga sekitar tak menyulut semangat santriwan-santriwati yang belajar ilmu agama disana. Mbah Nur Wati, salah satunya. Beliu salah seorang santri pertama yang dulu belajar disana sempat bercerita tentang bagaimana dulu perjuangan untuk nyantri kesana hingga lewat sawah-sawah tidak melalui jalan utama karena takut di hadang warga sekitar. Sebab banyak warga yang mencap bahwa kegiatan belajar agama disana adalah sesat.Â
Namun, lambat laun setelah memahami bahwa aktivitas kegiatan studi agama yang dilakukan di lingkungan Masjid Al-Islam merupakan studi seperti gerakan pembaharuan Islam. Lambat laun, warna warga dari yang negatif berubah menjadi kondusif hingga akhirnya tetap bertahan sampai sekarang.
Fase 99, Awal Mula Saya (Ngaji) Belajar Ilmu Agama Disana
Saya pribadi yang kelahiran tahun 95, baru memulai belajar mengaji disana sekitar tahun 1999. Yang saya ingat, waktu itu saya masih usia 3-4 tahun dan belum sekolah (di usia segitu dulu belum mengenal playgroup).
Saat itu, saya masih umbelen (ingusan), ngaji masih diantar oleh orangtua awalnya. Dan awal ngaji tidak tau jika diajari tentang ilmu agama. Yaa, secara tidak sadar, dulu kesan awal yang saya rasakan belajar disana ya belajar menyanyi malah pada awalnya hehe, maklum imajinasi anak kecil waktu itu. Tapi, memang metode pengajaran dasar yang sangat mengasyikkan saat itu mengantarkan saya secara tanpa sadar juga belajar agama dari dasar.
Ilmu pertama yang saya pahami waktu itu dan masih saya ingat betul adalah seputar pentingnya belajar Al-Qur'an.
Bagaimana tidak hafal betul, sebab pelajarannya dibungkus dengan nyanyian sehingga kita mudah mengingat. Kalau tidak salah nyanyinya duluÂ
"Kamilah santri TK Al-Quran rajin belajar giat beramal.."Â
(konon kini sekarang menjadi mars TPQ)