Apa itu Hegelianisme? hegelianisme adalah gerakan filsafat yang berkembang pada abad ke 19 dan dicetus oleh Georg Wilhelm Friederich Hegel. Pemikiran ini berpusat kepada sejarah dan logika dan mengutamakan realita daripada hal-hal dialektik untuk menguasai suatu fenomena. Terbentuknya hegelianisme ditandai dengan pembentukan sekolah filsafat yang terbentuk sekitar 30 tahun yang memperkuat arah filsafat Jerman. Hegelenisme berarah maju dan diarahkan untuk memprovokasi reaksi-reaksi besar dan merupakan pemikiran yang berorientasi kepada perlawanan. Terdapat empat tahap pembentukan dari Hegelianisme, pertama, terjadi di salah satu sekolah Hegelian di Jerman pada periode tahun 1827 - 1850. Karena sering terlibat polemik terhadap lawan-lawan pemikiranya, sekolah ini kemudian terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok kanan yang melibatkan murid-murid asli dari Hegel, memeiliki pemikiran untuk mempertahankan pemikian aslinya, yakni menentang bahwa pemikiran ini bersifat liberal dan pantestik (berpusat kepada ketuhanan). Kelompok kiri yang berisi pemikir - pemikir muda Hegelianisme yang memiliki pemikiran bahwa pendekatan dialektik merupakan dasar dari sebuah pergerakan pemikiran dan memandang bahwa pebandingan Hegel mengenai apa yang merupakan rational dan realitas sebagai sebuah perintah untuk memajukan realitas budaya dan politik. Makan, para Hegelian muda menginterpretasikan dengan sentukan revolusioner bahwa Hegelianisme memiliki unsur pantestik, atestik dan liberal. Kelompok tengah adalah kelompok yang lebih mementingkan keaslian dari Hegelianisme dan sistemnya yang signifikan dengan ketertarikan khusu kepada permasalahan logika.
Tahap kedua (1850-1904) Hegelianisme tersebar di negara-negara lain, muncullah gerakan bernama neo-Hegelianisme yang berpusat kepada logika dan reformasi dealektika. Di sisi lain, pada awal abad ke 20 muncul sebuah gerakan berbeda di Jerman setelah Wilhelm, seorang pemikir pendekatan kritis kepada ilmu sejarah dan humanistik, menemukan catatan - catatan Hegel pada masa muda yang tidak diterkbitkan. Ini menandai tahap ke tiga yang disebut sebagai renaisans Hegel dan dicirikan dengan ketertarikan terhadap Pitologi dari terbitan catatan - catatan dan ari oenelitian sejarah, pemikiran ini menjangkau sebuah rekontruksi dari kejadian menurut pemikiran Hegel yang sarat akan unsur kebudayaan, terutama Pencerah (Enlighment) dan Romantisme yang menimbulkan sikap irasionalistik dan eksistensial dalam filsafat. Dalam tahap ke empat, setelah periode perang dunia kedua, pembaharuan dalam ilmu - ilmu markisme di Eropa menimbulkan sebuah relasi pemikiran antara Hegel dan Karl Marx dan tentang nilai - nilai dari ide Hegel yang mempengaruhi Marksisme yang secara khusu berpusat kepada masalah- masalah sosial dan politik. Tahap ke empat setelah Hegelianisme ini juga mempelajari ulang pemikira - pemikiran dasar dari helegianisme pada tahap pertama.
Pada saat ini pemikiran Hegel menjadi sumber radikal yang banyak dipelajari oleh sebagian orang. Hegel membuat sebuah gagasan berupa dialektika atau lebih dikenal dialektika Hegel. Menurut Hegel, Karya- karyanya yang telah ia tulis bukanlah suatu karya historis , tetapi suatu kerangka kerja filsafat dan dalam karya tersebut Hegel menulis dalam bentuk fakta yang sangat kongkrit. Gagasan dialektika Hegel ini merupakan metode yang memunculkan perkembangan dari kesadaran diri agar mencapai kesatuan dan kebebasan. Konsep yang muncul dari dialektika Hegel berupa Tesis, Antitesis, dan Sintetis. Tiga konsep dalam dialektika Hegel ini biasanya muncul dengan kalimat "yang ada" ,"yang tidak ada", dan "menjadi". Konsep dialektika yang pertama, tesis, kedua sebagai lawan dari yang pertama yaitu antitesis, dan yang ke tiga muncul untuk menjadi perdamaian yaitu sintesis. Konsep dialektika Hegel ini juga bisa dijadikan contoh pada pembukaan Undang - Undang Dasar 1945. Pada konsep yang pertama yaitu Tesis : Bangsa asing yang datang dan menjadi Indonesia sangatlah kejam yang dimana tidak berprikemanusiaan dan tidak berperikeadalina dan hal ini yang membuat bangsa asing tersebut melanggar hak asasi bangsa - bangsa di dunia (tercantum dalam alenia I). Konsep ke dua yaitu Sintesis : Penjajahan yang dihapuskan oleh para pejuang yang sangat gigih baik dengan cara propaganda gerakan bawah tanah maupun dengan cara represif atau persuasif (tercantum dalam alenia I dan II). Konsep yang terakhir yaitu Sintesis : Sintesis ini lahir karena perjuangan yang diperjuangkan dimenangkan oleh Indonesia. Para pejuang berhsil mengusir bangsa asing yang menjajah Indonesia dan melahirkan suatu kebebasan dan menyatakan kemerdekaan. Kemerdekaan ini diperoleh dari hasil jerih payah dan juga ridho atas Tuhan yang Maha Esa (tercantum dalam alinea I dan II). Dalam kasus ini bisa ditegaskan bahwa konsep dialektika Hegel ini yang berupa Tesis (Penjajah), Antitesis (perjuangan), dan Sintesis (Kemerdekaan).Â
Pemikiran Hegel tidak bisa dilepaskan dalam dialektika antara tesis, antitesis, dan sintesis. Dalam bukunya philosophy of right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalam kerangka dialektika itu, yaitu keluarga sebagai Tesis, masyarakat sipil sebagai antitesis, dan Negara sebagai sintesis. Dialektika itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan adanya kehendak objektif. Kehendak objektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta milik dari masing- masing individu menjadi milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu - individu (anak - anak) dalam keluarga telah tumbuh tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam kelompok individu - individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (civil society). Individu - individu dalam masyarakat sipil ini mencari penghidupanya sendiri - sendiri dan mengejar tujuan hidupnya sendiri - sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga yang bersifat objektif dan masyarakat sipil yang bersifat subjektif. Meskipun logika pemikiran Hegel nampak bersifat linier, namu Hegel tidak bermaksud deimikian. Hegel memaksudkan bahwa dalam kerangka dialektika antara tesis, antitesis, dan sintesis. Dalam kerangka teori dialektika ini, Hegel menempatkan masyarakat sipil di antara keluarga dan negara. Dengan kata lain, masyarakat sipil terpisah dari keluarga dan dari negara. Masyarakat sipil bagi Hegel digambarkan sebagai masyarakat pasca revolusi Perancis, yaitu masyarakat yang telah diwarnai dengan kebebasan, terbebas dari belenggu feodalisme. Dalam penggambaran Hegel ini, civil society adalah sebuah bentuk masyarakat dimana orang - orang di dalamnya bisa memilih hidup apa saja yang mereka suka dan memenuhi keinginan mereka sejauh mereka mampu. Negara tidak memaksakan jenis kehidupan tertentu kepada anggota civil society seperti yang terjadi di dalam masyarakat feodal karena negara dan civil society terpisahkan. Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat oada hukum. Hukum diperlukan karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. Hukum merupakan pengarah kebebasan dan rasionalitas manusia dalam hubungan dengan sesama anggota masyarakat sipil. Tindakan yang melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional.Â
Berikut adalah merupakan peta pemikiran Hegal, antara lain :
Metafisika dan Ruh Absolut
Filsafat Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme Jerman. Filsafatnya banyak diinspirasikan oleh emanuel Kant dengan filsafat ilmunya (filsafat dualisme), Kant melakuka pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme dan rasinoalisme, keduanya bagi Kant terlalu ekstrikm dalam mengklaim sumber pengetahuan. "Revolusi Kantian" kemudian berhasil menemukan jalan keluarnya. Hegel yang awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat Kant tersebut kemudian menemunkan jalan keluarnya melalui kontemplasi yang terus menerus. Letertarikan Hegel sejak awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidak jelasan bagian dunia, bagi Betrand Russell pemikiranya kemudian merupakan intelektualisasi dari wawasan metafisika. Pada dasarnya filsafat Hegel mematahkan anggapan kaum empiris seperti John Lock, Barkeley dan David Hame. Mereka (Kaum Empiris) mengambil sikap tegas pada metafisika, bagi Lock metafisika tidak mampu menjelaskan basis fundamentalis filsafat atau estimologi (bagaiana realitas itu dapat diketahui) dan tidak dapat mencapai realitas total, pendapat iniditeruskan kembali oleh David Hume, bahwa metafisika tidaklah berharga sebagai ilmu dan bahkan tidak mempunyai arti. Baginya, metafisika hanya merupakan ilusi yang ada di luar batas pengertian manusia. Dengan metafisika kemudian Hegel mencoba membangun suatu sistem pemikiran yang mencakup segalanya baik ilmu pengetahuan, Budaya, Agama, Konsep kenegaraan,Etika, Sastra, dll. Hegel melatakkan ide atau ruh atau jiwa sebagai realitas utama, dengan ini ia akan menyibak kebenaran absolut dengan menembus batasan- batasan individual atau parsial. Kemandirian benda - benda yang terbatas bagi Hegel dipandang sebagai ilusi, tidak ada yang benar nyata kecuali keseluruhan (The Whole). Hegel memandang realitas bukanlah suatu sederhana, melainkan suatu sitem yang rumit. Ia membangun filsafat melalui metafora pertumbuhan biologis dan perubahan perkembangan atau bisa disebut dengan organisme. Pengaruh konsep organisme pada diri Hegel, membuatnya memandang bahwa organisme merupakan model untuk memahami kepribadian manusia, masyarakat, intitusi, filsafat, dan sejarah. Dalam hal ini organisme dipandang sebagai suatu hirarki, kesatuan yang saling membutuhkan dan masing - masing bagian memiliki peran dalam mempertahankan suatu keseluruhan.
Segala sesuatu yang nyata adalah rasional dan segala sesuatu yang rasional adalah nyata (all that is real is rational, and that is rational is real) adalah merupakan dalil yang menegaskan bahwa luasnya ide sama dengannya luasnya realitas. Dalil ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh kaum empiris tentang ralitas, "yang nyata" bagi kaum empiris secara tegas ditolak oleh hegel, sebab baginya itu adalah tidaklah rasional, hal tersebut terlihat rasional karena merupakan bagian dari aspek keseluruhan. Hegel meneruskan bahwa keseluruhan itu bersifat mutlak dan yang mutlak itu bersifat spiritual yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya sendiri. Jadi realitas pada kesendiriannya bukanlah hal yang benar- benar nyata, tetapi yang nyata pada dirinya adalah partisipasinya pada keseluruhan. dalam bukunya Phenomenologi of Mind (1807), Hegel menggambarkan tentang "yang mutlak" sebagai bentuk yang paling sempurna dari ide yang selanjutnya menjadi ide absolut, ide tersebut menurut Betrand Russell adalah pemikiran murni, artinya adalah bahwa ide absolut merupakan kesempurnaan fikiran atau jiwa yang hanya dapat memikirkan dirinya sendiri. Pikiranya dipantulkan kedalam dirinya sendiri melalui kesadaran diri.
Dialektika
Dialektika merupakan metode yang dipakai Hegel dalam memahami realitas sebagai perjalanan ide menuju pada kesempurnaan. Menelusuri materi baginya adalah kesia - siaan sebab materi hanyalah manifestasi dari perjalanan ide tersebut. Dengan dialektika, memahami ide sebagai realitas menjadi dimungkinkan. Dialektika dapat dipahami sebagai "The Theory of the Union of Opposites"(Teori tentang persatuan hal - hal yang bertentangan). Terdapat tiga unsur atau konsep dalam memahami dialektika yaitu pertama, tesis, kedua sebagai lawan dari yang pertama disebut antitesis. Dari pertarungan dua unsur ini lalu muncul unsur ketiga yang memperdamaikan keduanya yang disebut sintesis. Dengan demikian, dialektika dapat juga disebut sebagai proses berfikir secara totalitas yaitu setiap unsur saling bernegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi (melawan dan dilawan), serta saling bermediasi (memperantarai dan diperantarai). Untuk memahami proses triadic itu (Thesis, AntiThesis, dan Sinthesis), Hegel m,enggunakan kata dalam bahasa Jerman yaitu aufheben, kata ini memiliki makna "menyangkal", "menyimpan", dan "mengangkat". Jadi dialektika bagi Hegel bukanlah penyelesaian kontradiksi dengan meniadakan salah satunya tetapi lebih dari itu. Proporsi atau Tesis dan lawanya Antitesis memiliki kebenaran masing - masing yang kemudia diangkat menjadi kebenaran yang lebih tinggi. Tj. Lavine menerangkan proses ini sebagai berikut :