Edo melihat Ibunya langsung teringat kejadian tadi pagi. Edo berlari ke kamar disusul Yusri adiknya. Agus menarik tangan Rini ke kamar.
"Kamu gak lihat wajah kamu Rin? Habis dari mana hah?"
"Aku tadi udah mau ngasi tau tapi hp langsung mati Bang, aku pulang kerja ada acara kenaikan jabatan temenku, gak enak udah diundang gitu. Semua ikut kok."
"Kamu makan enak-enak, anak dan suami gak kamu fikirkan."
"Kan aku udah masak tadi. Kurang ya Bang?"
"Rini! Jangan bikin aku marah ya!"
"Aku salah apa Bang? Kenapa Aku yang dimarah?"
"Ternyata kamu belum sadar juga ya. Edo dan Yusri tu butuh perhatian kamu! Jika pekerjaan kamu bikin kamu jauh dari anak-anak, tak usah kamu kerja lagi. Urus anak saja di rumah. Mereka lebih penting!"
"Apa? Terus bayar listri dan keperluan dapur gimana? Gaji bang habis untuk ngirim ke Tiara dan bantu adik kamu yang sudah tak ada suami itu. Untuk aku mana? Untuk anak-anak mana? Jajan dan ngemil anak juga dari Aku kan? Aku gak mau berhenti!" Rini menangis tak disadarinya Edo dan Yusri mendengar pembicaraan mereka dari tadi.
"Aku kepala rumah tangga. Biar itu aku yang fikirkan!"
"Gak bisa! Nanti kami bertiga juga yang kekurangan uang di rumah. Mau beli ini itu harus minta kamu dulu. Gak mau Bang!"