Pukul 07.05 semua pekerjaan yang berhubungan dengan dapur sudah selesai dengan Rini. Memasak, menyapu, mencuci piring dan mengurus Edo dan Yusri.
Rini mencoba menelpon kakaknya, rindu ingin melihat Tiara. Namun beberapa kali dicoba tak ada respon sama sekali. Dicobanya lagi namun tetap tak diangkat. Biarlah fikirnya, mungkin nanti saja coba telepon lagi.Â
"Bu, Edo hari ini diantar nenek lagi ya. Seru dengan nenek, sepanjang jalan cerita tentang Lulu."
"Hm? Lulu siapa Nak."
"Ups! Ketahuan deh. Aduh Edo keceplosan Bu. Hihi."
"Hayo siapa Lulu?"
"Lulu itu kucing warna putih. Cantik loh Bu. Tapi nenek bilang gak boleh bawa pulang ke rumah. Padahal Edo mau pelihara di rumah."
Rini seketika teringat tentang Tiara. Dulu pernah ada kucing kampung yang datang main di teras rumah. Tiara asyik bermain juga, lalu Tiara menarik ekornya, kucing tersebut reflek mencakar pipinya hingga mengucur darah, Tiara menangis histeris berlari mencari Ibunya. Sejak saat itu Agus dan Rini tak pernah mau izinkan kucing masuk ke dalam rumah.
"Oh gitu, emang Lulu tinggal di mana Nak?"
"Dia di jalanan Bu. Kasihan gak ada keluarga. Nenek bilang biarin aja. Kalau ada makanan kasi aja. Nenek bilang harus sayang kucing, karena kucing kesayangan Nabi Muhammad."
Rini terharu Edo yang masih kecil sangat menyayangi makhluk mungil tersebut. Dia jadi malu, jarang mengajarkan masalah agama atau akhlak kepada Edo. Dia sangat bersyukur Ibu mertuanya mendidik Edo dengan baik.