"Rin, minggu depan siap-siap kita USG ya, biar jelas keadaan anak kita. Kebetulan aku dapat rezeki lebih, sudah niat untuk periksa kandungan kamu."
"Minggu depan? Kok gak ngomong dapat rezeki lebih? Mana? Berapa?"
"Ini." Agus menyerahkan amplop cokelat berisi beberapa lembar uang.
"Sayang bang, aku gak ada masalah koq, vitamin juga belum habis. Nanti tambah vitamin lagi malas ah."
"Kamu sayang gak sih dengan anak kita? Dia butuh asupan gizi lengkap dan dijaga sejak dalam kandungan Rin. Ini juga dapat uang rezekinya dia. Pokoknya kita periksa minghu depan. Titik."Â
Rini hanya terdiam percuma melawan. Agus jika sudah membuat keputusan tak akan ada yang membantah.
"Yok kita makan malam dulu, ingat perutmu harus diisi demi perkembangannya."
Rini ikut ke meja makan. Ternyata Ibu dan Ayah sudah makan dari tadi, begitu malasnya dia harus menyiapkan ulang lauk dan piring untuk suaminya. Fikirannya masih uring-uringan mengingat harus ke dokter minggu depan. Sepertinya rencananya akan gagal total. Haruskah dia merawat kandungannya? Arrgggh! Apa lagi yang harus dilakukan.
"Semangat Rin, tambah sayurnya." Agus kesal melihat begitu sedikitnya nasi yang diambil Rini.
"Iya bang."
"Kamu gak suka lauknya? Mau makan apa? Ayok bilang, yang penting anak kita makan."