"Aku cuma mau buah bang. Boleh?"
"Buah apa? Selagi belum terlalu malam biar aku cari."
"Buah jambu air merah dan tidak busuk ya bang."
"Ya sudah, habiskan tu nasinya dulu. Habis makan langsung dicari."
Rini senyum saja mendengar Agus bicara. Sebenarnya itu hanya akal-akalannya agak tak ketahuan membuang obat dan vitamin pas habis makan malam ini. Jika Agus pergi dia bisa lebih leluasa. Jika minggu depan harus ke dokter apa ketahuan obat-obat yang diminumnya kemarin?Â
Sebenarnya dia penasaran apa di perutnya masih ada janin atau sudah tidak ada. Sepertinya tak ada salahnya sia ikut saja untuk USG, biar lebih jelas dan diapun tak perlu menduga-duga. Dia duduk di tempat tidur. Edo sedang tertidur pulas. Diciuminya kening dan pipi Edo.
"Ibu sayang banget sama Edo. Cepat besar ya Nak, ajak Ibu pergi jauh dari sini. Ibu bosan tinggal di sini."
Edo bergerak sedikit, mungkin saja mendengar Ibunya berkeluh kesah.Â
"Edo pasti belum mau punya adik kan? Maafin Ibu dan Ayah ya. Semua salah Ibu. Ibu akan bikin Edo bahagia dan menikmati masa kecil Edo tanpa harus membagi kasih sayang dengan siapapun. Ibu janji."
Suara motor Agus terdengar. Ya ampun! Cepat juga bang Agus fikirnya. Tanpa buang waktu diambilnya obat dan tablet yang tersedia di piring kecil di samping ranjangnya. Rini berlari ke kamar mandi dan menghidupkan keran air. Semoga bang Agus tak curiga harapnya.
Bersambung....