Aku kembali ke ruang tengah duduk bersama suami.
"Siapa bun?"
"Jodi Yah, siswa Bunda. Udah kelas XII namun masih ada hutang sekolah beberapa bulan lagi. Bunda kasi bantu untuk dua bulan saja tadi, gak apa-apa kan yah?"
"Yang penting kebutuhan sekolah dan makan anak kita jangan terganggu ya bun, kasihan anak-anak nanti."
"Siap Yah, makasih ya."
***
Hingga beberapa bulan aku mendengar bahwa Jodi diterima di salah satu Universitas di kotaku. Aku bersyukur akhirnya dia lulus dengan nilai yang bagus.
Pagi ini aku harus mempersiapkan bahan ajar sebelum masuk ke kelas dan memulai kegiatan pembelajaran. Di kelas aku begitu menikmati peranku sebagai guru. Siswa mendengar penjelasan secara seksama, sesekali bercanda jika rasa jenuh datang. Selalu melakukan pendekatan jika mereka mulai menunjukkan nilai yang tak sesuai standar. Tiada hari yang ku lalui tanpa diisi dengan kegiatan mengajar, tak ku sadari waktu berlalu begitu saja.Â
Setiap tahun siswa datang silih berganti bahkan sudah tak terhitung berapa banyak yang sudah sukses ketika berkunjung ke sekolah saat memperkenalkan visi misi Universitasnya.Â
Hari sudah hampir jam empat sore. Saatnya aku kembali ke rumah berganti peran menjadi seorang istri dan ibu. Banyak PR yang sudah menunggu juga.Â
Saat memasuki teras rumah ada seseorang yang duduk memakai seragam polisi lengkap dengan atributnya. Jantungku berdetak dan takut jika mendengar berita buruk. Ku beranikan menyapa namun pemuda berseragam tersebut malah tersenyum. Aku semakin bingung.