Mohon tunggu...
Rizky D. Rahmawan
Rizky D. Rahmawan Mohon Tunggu... Entrepreneur -

Menyukai jalan-jalan. Mencari inspirasi, mengulik potensi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agus Sukoco, Mendidik Masyarakat dan Birokrat dengan Pendekatan Dekonstruksi Berpikir

24 Januari 2016   12:40 Diperbarui: 31 Januari 2016   22:46 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agus Sukoco menerima semua kalangan dengan baik. Ia adalah salah satu dari sedikit saja tokoh muslim di Purbalingga ketika hari raya Islam mendapat kunjungan dari pastur dan pendeta. Agus Sukoco beberapa kali menjadi narasumber seminar dan diskusi di gereja. Untung saja Agus Sukoco bukan figur populer yang lezat dimata infotainment, sehingga tuduhan kafir dan sesat tidak diarahkan kepadanya. Perlu menjadi pemahaman bersama bahwa forum lintas agama yang Agus ikuti adalah seminar atau dialog, bukan ceramah keagamaan. Agus menjalani prinsip, Agama adalah urusan dapur masing-masing, yang kita sajikan kepada khalayak adalah sajian bernama akhlak sosial yang baik.

Agus Sukoco sangat memelihara tradisi leluhur. Bukan berarti semua ritual leluhur dilaksanakan, tetapi nilai-nilai luhur di dalam ritual warisan leluhur yang seringkali dijadikan bahan diskusi di Padepokan Ki Ageng Juguran yang ia asuh. Bagaimana leluhur memiliki adab yang demikian luhur kepada orang tua, bagaimana leluhur memiliki sistem yang demikian cerdas untuk menjaga "jamaah" dan solidaritas sosial. Banyak sekali nilai-nilai luhur itu hilang dan Agus Sukoco mencoba membangunnya kembali di kalangan generasi Purbalingga. Diantara konsep yang dikenalkan kepada generasi muda Purbalingga adalah diuri-urinya prosesi "nedhak-sungging" atau melacak dan mengenali silsilah dalam keluarga, kemudian mengenalkan konsep ekonomi berbasis "manajemen brayan" dan banyak lagi kontekstulasisi ajaran leluhur dengan kekinian lainnya.

Sayangnya, tradisi menulis dan menginventarisir belum berlangsung baik di Padepokan Ki Ageng Juguran dan forum diskusi yang intensif berlangsung didalamnya, sehingga karya-karya pemikiran Agus Sukoco masih tercerai-berai belum tersusun rapih dan apik. Beberapa gagasan dekonstruktif dan kontekstual Agus Sukoco juga dimuat di media massa lokal serta media online. Sejauh sepak terjang Agus Sukoco yang saya ikuti, saya tidak melihat ada kedudukan tertentu yang ia incar. Sehingga Agus tidak melakukan personal branding dalam segi apapun.

Disamping menorehkan pemikiran dalam bentuk tulisan, menyampaikannya dalam diskusi publik dan dialog serta memberikan orasi kebudayaan, Agus juga menciptakan beberapa lirik lagu. Mini Album yang pertama menjadi kiprah Kelompok Musik Ki Ageng Juguran diberi nama "Tahta Cinta". Sebuah kumpulan lagu kontemplatif dan refleksi diri yang cocok dikonsumsi oleh generasi muda. Dari karya yang ia hasilkan, Agus kerap disebut sebagai budayawan serta pemerhati budaya.

Namun, ia juga tidak mengambil pusing ketika orang-orang dari kalangan pedesaan kerap datang ke rumahnya dengan memposisikannya sebagai ahli spiritual. Orang dari kalangan pedesaan datang berobat kepadanya sebagai paranormal atau bahkan mungkin mereka anggap dukun. Agus menerima orang-orang tersebut tetap dengan cinta dan kasih sayang, sembari tulus mendoakan masalah dan sakit yang sedang mereka hadapi. Kerap kali para pasien yang datang tersebut memberikan kabar kondisinya sudah membaik sesudahnya. Agus sendiri tidak pernah paham atas mekanisme kesembuhan yang terjadi, ia mengaku tidak memiliki kesaktian apapun. Ketulusan doa kepada Tuhanlah yang menjadi perantara kesembuhan orang-orang tersebut.[]

 

 

Tulisan terkait :

1. Agus Sukoco, Gafatar Dibuatnya Antipati 

2. Agus Sukoco, Meruhanikan Pekerjaan Petugas Negara

3. Agus Sukoco, Membangun Tradisi Berpikir di Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun