Namun demikian, siswa yang ingin menyalahgunakan ChatGPT masih dapat menemukan cara untuk menyalahgunakan model ini, seperti dengan menyalin tugas atau jawaban dari internet.Â
Oleh karena itu, pendidikan, pemantauan, dan pengawasan tetap perlu dilakukan untuk mengurangi penyalahgunaan ChatGPT di sekolah atau kampus. Apalagi model AI selain ChatGPT sudah sangat beragam. Guru dan dosen juga harus benar-benar melek tentang hal ini.
Selain hal yang meresahkan atau sisi ketakutan, tentunya fenomena kecerdasan buatan ChatGPT dapat memberikan beberapa peluang untuk dunia pendidikan, seperti pemanfaatannya dalam sisi produktivitas pembuatan konten edukatif dan kreatif; pembelajaran otomatis yang dapat membantu siswa belajar secara efektif dan efisien; penelitian hingga sebuah analisis.
Maka benarlah pernyataan Heidegger di awal yang menyebutkan bahwa esensi dari teknologi sama sekali bukan sesuatu yang teknologis seperti AI dan lainnya, tetapi bagaimana manusia memandang dunia melalui hal yang teknologis itu. Pada akhirnya, guru dan dosen mesti melihat perkembangan teknologi sebagai sebuah bingkai dalam melihat realitas. Salam hormat!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H