Mohon tunggu...
Rizki Zakaria
Rizki Zakaria Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa

Penghuni bumi dan penyuka angin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Dosen Tak Perlu Takut ChatGPT

26 Januari 2023   14:52 Diperbarui: 26 Januari 2023   15:03 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ChatGPT merupakan produk artificial intelligence (AI) (dokumen dari Teknologi ID)

"Esensi dari teknologi sama sekali bukan sesuatu yang teknologis." - Martin Heidegger

Ada yang menarik dari kacamata filsuf Martin Heidegger, salah satu contohnya adalah merespons viralnya ChatGPT sebagai bentuk teknologi yang mengubah cara manusia dalam melihat dan merespons dunia dalam bentuk kecerdasan buatan. Berdasarkan pandangannya, teknologi memiliki "kekuasaan" untuk menentukan cara pandang melihat dunia dan mengubah cara melihat dan mengalami sebuah realitas.

ChatGPT, sebagai sebuah model Artificial Intelligence (AI) yang dapat menghasilkan teks yang sangat mirip dengan teks yang ditulis oleh manusia, dapat mempengaruhi manusia dalam melihat dunia dengan meningkatkan kemampuan manusia untuk menghasilkan teks yang cepat dan efisien. Dengan demikian, ChatGPT dapat memberikan cara yang lebih efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas seperti sebuah karya tulis, bahan pengajaran, serta pembuatan konten.

Di sisi lain, ChatGPT juga dapat menyebabkan manusia mengalami "pengalaman teknologi" yang mengubah cara kita melihat dunia sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan, bukan sebagai sesuatu yang harus dihormati dan dihargai. Hal ini menyebabkan manusia kehilangan kemampuan untuk mengeksplorasi dunia dengan cara yang tidak ditentukan oleh teknologi.

Menurut Heidegger juga, manusia harus berusaha untuk "menyadari" bahwa teknologi seperti ChatGPT itu serta menemukan cara mengalami dunia dengan cara yang tidak ditentukan oleh teknologi. Hal Ini menuntut kreativitas untuk mencari cara baru dalam untuk melihat dunia dan menemukan arti yang lebih dalam dari apa yang ditentukan oleh teknologi.

Secara keseluruhan, ChatGPT dapat dianggap sebagai teknologi yang memiliki potensi besar dalam dunia pendidikan dan pembuatan konten, namun juga harus diimplementasikan dengan benar dan diatur dengan baik agar penyalahgunaan dapat dihindari, serta berusaha untuk menyadari dampak dari teknologi dan menemukan cara untuk mengalami dunia dengan cara yang tidak ditentukan oleh teknologi.

Pada dasarnya manusia harus berusaha untuk menggunakan teknologi seperti ChatGPT atau AI lainnya dengan cara yang lebih baik dan menemukan cara untuk menyatukan teknologi dengan hakikat dari dunia itu sendiri. Perlu upaya agar terhindar dari penyalahgunaan ChatGPT serta menemukan cara untuk menggunakannya secara bijak, produktif, dan menghormati hakikat dari dunia itu sendiri.

ChatGPT dalam Dunia Pendidikan

Sebagai contoh, dalam dunia pendidikan, guru dan dosen harus mewaspadai penyalahgunaan ChatGPT karena model ini dapat digunakan untuk menyalin tugas atau menyediakan jawaban yang tidak asli. Penyalahgunaan ChatGPT juga dapat menyebabkan ketidakadilan dalam proses belajar mengajar dan mengurangi nilai dari tugas yang diberikan. Oleh karena itu, guru dan dosen harus memastikan bahwa siswa tidak menyalahgunakan teknologi ini dan memberikan sanksi yang sesuai jika penyalahgunaan terdeteksi. 

Selain itu, model GPT seperti ChatGPT dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi yang salah atau tidak benar, yang dapat mempengaruhi pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan. Guru dan dosen harus memastikan bahwa siswa mengakses sumber yang dapat dipercaya dan mengevaluasi keakuratan informasi yang disajikan. 

Guru dan dosen juga harus mengajarkan siswa untuk mengevaluasi sumber dan informasi yang mereka temukan, untuk membantu mereka menyaring informasi yang tidak bermanfaat atau tidak akurat. ChatGPT juga dapat digunakan untuk menghasilkan teks yang sangat mirip dengan teks asli. 

Hal ini dapat menyulitkan dalam menentukan kualitas dan keaslian karya siswa. Guru dan dosen harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin keaslian karya siswa dan memberikan sanksi yang tepat jika ada tindakan plagiat yang terdeteksi. Secara keseluruhan, guru dan dosen harus mewaspadai penyalahgunaan ChatGPT dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan ini dan memastikan bahwa proses belajar mengajar tetap adil dan efektif. 

Sebuah Upaya

Salah satu cara untuk mengurangi tindak penyalahgunaan ChatGPT di lingkungan sekolah atau kampus adalah dengan memberikan pendidikan tentang etika dan tanggung jawab penggunaan teknologi kepada siswa dan dosen. Ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan sesi pelatihan atau workshop yang menjelaskan risiko dan dampak dari penyalahgunaan teknologi, serta cara untuk menghindari penyalahgunaan ini. 

Guru dan dosen harus mengajarkan siswa untuk mengevaluasi sumber dan informasi yang mereka temukan, untuk membantu mereka menyaring informasi yang tidak bermanfaat atau tidak akurat. Pemantauan dan pengawasan juga merupakan cara penting untuk mengurangi tindak penyalahgunaan ChatGPT di lingkungan sekolah atau kampus. 

Guru dan dosen harus memonitor tugas dan karya siswa untuk menentukan keaslian dan mengambil tindakan yang diperlukan jika ada tindakan plagiat yang terdeteksi. Lainnya, sekolah atau kampus dapat mengimplementasikan teknologi pencegah plagiat untuk membantu mengidentifikasi karya yang diduga plagiat. Secara keseluruhan, pendidikan, pemantauan, dan pengawasan adalah tiga cara penting untuk mengurangi tindak penyalahgunaan ChatGPT di lingkungan sekolah atau kampus.

Bentuk asesmen atau penilaian yang bersifat radikal dapat membantu dalam mengurangi penyalahgunaan ChatGPT di sekolah atau kampus, tetapi tidak dapat menghindarinya sepenuhnya. Beberapa bentuk asesmen yang bersifat radikal yang dapat membantu dalam mengurangi penyalahgunaan ChatGPT meliputi:

  1. Asesmen Langsung: Asesmen langsung seperti ujian lisan atau tes praktik dapat membantu dalam mengurangi penyalahgunaan ChatGPT karena siswa harus menunjukkan keterampilan atau pengetahuan mereka secara langsung di depan guru atau dosen.

  2. Asesmen Proyek: Asesmen proyek yang memerlukan siswa untuk menyelesaikan tugas yang relevan dengan dunia nyata dapat membantu dalam mengurangi penyalahgunaan ChatGPT karena tugas tersebut mengharuskan siswa untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki.

  3. Asesmen yang Berbasis Keterampilan: Asesmen yang berbasis keterampilan seperti tes praktik atau presentasi dapat membantu dalam mengurangi penyalahgunaan ChatGPT karena siswa harus menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam situasi nyata.

  4. Asesmen yang diawasi: Asesmen yang diawasi, seperti ujian di kelas yang diawasi oleh guru atau dosen dapat membantu dalam mengurangi penyalahgunaan ChatGPT karena membatasi kesempatan siswa untuk menyalin tugas atau jawaban.

Namun demikian, siswa yang ingin menyalahgunakan ChatGPT masih dapat menemukan cara untuk menyalahgunakan model ini, seperti dengan menyalin tugas atau jawaban dari internet. 

Oleh karena itu, pendidikan, pemantauan, dan pengawasan tetap perlu dilakukan untuk mengurangi penyalahgunaan ChatGPT di sekolah atau kampus. Apalagi model AI selain ChatGPT sudah sangat beragam. Guru dan dosen juga harus benar-benar melek tentang hal ini.

Selain hal yang meresahkan atau sisi ketakutan, tentunya fenomena kecerdasan buatan ChatGPT dapat memberikan beberapa peluang untuk dunia pendidikan, seperti pemanfaatannya dalam sisi produktivitas pembuatan konten edukatif dan kreatif; pembelajaran otomatis yang dapat membantu siswa belajar secara efektif dan efisien; penelitian hingga sebuah analisis.

Maka benarlah pernyataan Heidegger di awal yang menyebutkan bahwa esensi dari teknologi sama sekali bukan sesuatu yang teknologis seperti AI dan lainnya, tetapi bagaimana manusia memandang dunia melalui hal yang teknologis itu. Pada akhirnya, guru dan dosen mesti melihat perkembangan teknologi sebagai sebuah bingkai dalam melihat realitas. Salam hormat! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun