Kreativitas harus mencetuskan alternatif atau jalan keluar bagi kepentingan sosial. Jawaban ini hanya bisa dilalui melalui jalan musyawarah. Jalan itu tidak mudah atau terlalu sukar. Musyawarah merupakan jalan terciptanya jawaban.
Dalam musyawarah manusia menyalurkan kreasi dan melakukan proses kreasi. Menyalurkan ide dan membuat keputusan bersama. Mufakat.
Namun, dalam musyawarah karakteristik tiap manusia yang bermusyawarah perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan.
Menurut Edward de Bono, manusia memiliki sejumlah karakteristik dalam berpikir.
Dalam berpikir, manusia cenderung mengedepankan salahsatu dari enam karakter yang dimilikinya. Yang tiap-tiap manusia memiliki kencerungannya masing-masing.
Karakter tersebut disimbolkan menjadi beberapa topi berwarna, antara lain sebagai berikut:
1. Topi putih, karakter berpikir manusia yang mengedepankan data dan informasi fakta.
2. Topi merah, karakter berpikir manusia yang mengedepankan rasa, perhatian, dan kecemasan.
3. Topi hitam, karakter berpikir manusia yang mengedepankan kritik, komentar, dan ancaman.
4. Topi kuning, karakter berpikir manusia yang mengedepankan optimisme, peluang, dan sikap positif
5. Topi hijau, karakter berpikir manusia yang mengedepankan kreativitas, ide baru, dan alternatif.
6. Topi biru, karakter berpikir manusia yang mengedepankan pengorganisasian, pengaturan, dan perencanaan juga pengambilan keputusan secara mufakat.
Mufakat yang diperoleh dari musyawarah sama halnya dengan menetasnya telur kreativitas. Ia dapat dimanfaatkan.
Pada proses musyawarah tersebut, sebenarnya ada proses yang menarik. Seringkali kita menyebutnya design thinking, sebuah cara berpikir desain yang diterapkan untuk memecahkan masalah melalui musyawarah dengan tahapan berupa discovery, interpretation, ideation, experiment, dan evolution. Sebuah cara menarik dalam menyelesaikan sebuah persoalan.
Cara berpikir desain ini dikenalkan oleh Tim Brown pada tahun 2008. Sebenarnya, istilah design thinking lebih dahulu dikenalkan oleh David Kelley.