Pemuda tampan berpenampilan rapi dengan wibawanya menyampaikan materi dengan begitu baik di acara seminar yang aku hadiri ini. Para hadirin di gedung itu sangat fokus dengan apa yang disampaikan oleh pemuda tersebut. Aku pun sangat kagum dengan caranya menyampaikan materi dengan sangat baik.
 Saat sepanjang acara seminar tadi saya seperti tidak asing dengan mukanya, seperti pernah melihat sebelumnya. Saat saya keluar dari gedung tersebut tiba-tiba ada yang memanggil saya, "Assalamu'alaikum, Shanum"
 Siapa yang memanggil, saya merasa di seminar ini tidak mengenal siapapun, tapi aku tetap menjawabnya karena itu wajib.
"Wa'alaikummsalam, maaf ada perlu apa ya?", Saat melihat siapa yang menyapa tadi aku sempat terkejut karena dia pemateri di depan tadi.Â
"Tidak ingat aku ya?" Kata nya.
Aku bingung dia ini siapa, tapi setelah itu dia menyebutkan namanya "Muhammad Husain Abdad, num"
Astagfirullah, ternyata dia. Seketika aku teringat masa-masa 7 tahun lalu kembali. Saat dia menyatakan perasaannya sewaktu acara wisuda di pesantren. Waktu itu aku sedang berpelukan bersama teman-teman perempuanku dan dia datang memanggil, "Shanum, bisa ikut sebentar tidak?, ada yang mau aku bicarakan". katanya begitu
 Aku melihat teman-teman ku dan mereka menganggukan kepala seraya berkata "tidak apa-apa, mungkin saja penting " kata teman-temanku.
 Akhirnya aku ikut dengannya ke luar gedung acara tadi, aku langsung saja menanyakan maksudnya apa mengajakku ke luar gedung acara. " Shanum, kamu tau bukan jika sejak lama aku mengagumimu bahkan maaf, sesekali aku memandangimu dengan terang-terangan, aku menyukaimu tetapi setelah ini aku akan melanjutkan pendidikan ku ke Turki, aku harap kamu bersedia menunggu ku" aku tak tau harus bicara apa dan hanya diam, ia lanjut mengatakan " Tetapi, jika saat aku masih belum bisa menemui kedua orang tuamu dan ada laki-laki lain juga lebih baik dariku yang melamarmu tidak apa-apa terima saja" aku ingat sekali dia mengatakan itu dengan senyuman tapi, matanya mengatakan bahwa dia juga takut jika itu terjadi.
"Hai, Shanum!"
Aku tersentak, dan segera menoleh ke arahnya seraya tersenyum, dan mengatakan "Maaf Husain, jika kau ingin bertanya perihal pertanyaan 7 tahun lalu, maka jawabannya, sudah ada laki-laki yang melamar ku bulan lalu, dan kami akan menikah 2 bulan lagi".Aku sebenarnya tak enak hati menyampaikan itu, tapi menurutku lebih baik dia tau dari aku dari pada dari orang lain.
  Aku berpikir, dia ini ada-ada saja setelah sekian lama dia pergi dan berharap aku tetap sendiri itu sangat menyebalkan sekali. Dia begitu lama menuntut ilmu ke Turki, apa saja yang dia lakukan sebenarnya? Aku jadi berpikir, tapi sudah lah perasaan ku juga bukan yang sangat tergila-gila dari awal aku mengenal nya, hanya sebatas kagum dengan kemahirannya dalam menyampaikan sesuatu apapun itu. Aku yakin pasti ada banyak wanita yang mengantri ingin dilamarnya, mungkin saja kan'.Â
 Dia lanjut mengatakan " Wah! Ternyata aku terlambat, hehehe", aku bisa merasakan bahwa kekehan tadi hanya menutupi kekecewaannya saja.
"Semoga bahagia, dan maaf telah membuatmu menunggu num", katanya lalu pamit pergi. Aku tau ini pasti tidak mudah untuknya, tapi apa boleh buat ini yang dinamakan hidup, terus berjalan' .
 Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H