Mohon tunggu...
Rizki Vonna
Rizki Vonna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik Sejarah

Pendidikan Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bambu Runcing: Tonggak Perjuangan & Pertahanan Kemerdekaan RI di Kota Langsa

11 Januari 2024   11:46 Diperbarui: 11 Januari 2024   11:49 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pasukan TKR dan rakyat mengalami kekalahan dengan jatuh 13 korban tewas dalam pertempuran ini, mayor Bachtiar Dahlan juga terkena tembakan Jepang dibahagian dadanya. Ke-13 korban tersebut adalah Mahadi Nasution, Basuki Badar, Muhammad bin Tgk Lan, Amir, Muhammad Zen, Usman, Gam Manyak, Ahmad Latif, Abdul Rani Budiman, Daud Husin, Abidin Husin, Ali Zaini, dan Idris Ibrahim. Para Syuhada yang gugur ini dikebumikan di pemakaman Kutupah. Namun dengan didasari semangat juang rakyat yang membara, sepanjang jalan Jepang terus mendapatkan perlawanan dari rakyat. Dalam pertempuran kampung Upah, pihak TKR dan rakyat Langsa menyusul rombongan yang kedua yang pimpin oleh Kapten Nurdin dan Sersan Abdurrahman (Jabatan terakhir Corp Pilisi Militer Langsa) diikuti juga Yusuf, Amri Tjut, Amir Luthan, dan lain-lain. Namun, mereka dapat kembali dengan selamat ke Langsa, meskipun truk yang ditumpangi mereka dirampas oleh tentara Jepang. 

Dalam perjalanan menuju Langsa serdadu Jepang kembali dihadang oleh perlawanan rakyat di Tualang Cut, pasukan serdadu Jepang terus melanjutkan perjalanannya ke Langsa, tetapi di Alue Merbau pasukan tentara Jepang kembali mendapat penghadangan dan perlawanan rakyat Alue Merbau yang dipimpin oleh Peutua Husin (Pimpinan Persatuan Supir Indonesia) dan kawan-kawannya. Dalam pertempuan ini kembali kembali memakan korban yaitu Peutua Husin dan Sadam, keduanya dimakamkan jalan menuju naik ke kebun PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) di Alur Merbau dalam perkembunan karet diatas bukit. Kekejaman Jepang memang tidak diragukan lagi, dalam melanjutkan perjalanannya menuju Langsa banyak masyarakat yang tidak melakukan perlawanan pun dibunuh secara sangat kejam diluar batas perikemanusiaan baik perempuan maupun laki-laki. Pembunuhan itu dilukiskan dalam catatan Amit Luthan bahwa setelah ditembak mati, lalu diseluruh kujur badannya ditusuk-tusuk dengan menggunakan bayonet (buku: menulusuri Jejak kota Langsa, edisi revisi).

Dalam buku yang berjudul Menelusuri Jejak Kota Langsa dilukiskan oleh catatan seorang Anggota Persatuan Supir Indonesia yaitu Amir Luthan, banyaknya makam para pahlawan diberbagai kampung yang menandakan bahwa Jepang telah berhasil menjelajahi dan menyerbu kembali masyarakat kota Langsa, diantaranya: makam di Batu Putih sebelah rel kereta api (sekarang depan SMAN 2 Langsa terdapat 3 makam pahlawan, makam di Paya Bili II terdapat 2 makam pahlawan, makam dekat Titi Kembar (Langsa Lama) terdapat 3 makam pahlawan, makam pahlawan yang berlokasi di tanah kebunmilik Engku Malik terdapat 5 makam, kampung Daulat Langsa, makam di masjid Kampong Teungoh, makam pahlawan di Kampung Jawa, makam di kampung Blang Paseh Langsa. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Langsa memiliki keberanian, pengorbanan, serta anti penjajah dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI di Kota Langsa. Namun perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan didapatkan secara paripurna dan berdaulat untuk selamanya setelah Indonesia diakui kemerdekaannya baik secara de jure maupun secara de fakto oleh Negara-negara yang ada didunia.

Kesimpulan

Kemerdekaan RI di Kota Langsa dimanifestasikan dalam wujud pengibaran sang saka Merah Putih di Lapangan Bambu Runcing tepatnya pada tanggal 02 Oktober 1945. Bentuk perjuangan TKR dan Rakyat Langsa tidak terlepas dari peranan senjata tradisional Bambu runcing, jika hanya dengan menggunakan senjata yang dilucuti dari Jepang, sungguh tidak memadai untuk seluruh rakyat dan TKR langsa. Perjuangan masyarakat dalam mempertahankan Kemerdekaan di Kota Langsa digambarkan dalam bentuk salah satu ikon kota Langsa yaitu Tugu Bambu Runcing, Tugu Bambu Runcing yang diujungkan dicat dengan warna Merah Putih yang melambang kan bendera Indonesia berapa pada pucuk perjuangan bamboo runcing. Tugu Bambu Runcing memaknai semangat dan pengorbanan masyarakat Langsa dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Langsa.Taman bambu runcing terletak dijantung kota Langsa tepatnya di jalan Jendral Ahmad Yani, Langsa Kota, kota Langsa. Yang menjadi salah satu ikon kota Langsa yang bersifat sejarah.

Referensi:

Darban, Ahmad Adaby. 1988. Sejarah Bambu Runcing. Yogyakarta: Laporan Penelitian UGM.

https://kbbi.web.id/merdeka di akses pada tanggal 02 Agustus 2022.

Rahman, Aulia., Mufti Riyani, dan Hanafiah. 2020. "Cagar Budaya dan Memori Kolektif: Membangun Kesadaran Sejarah Masyarakat Lokal Berbasis Peninggalan Cagar Budaya di Aceh Bagian Timur". Mozaik Humaniora. Volume 20, Nomor 01, Juni 2020. 

Rudy. 2013. "Kedudukan Dan Arti Penting Pembukaan UUD 1945". Jurnal Fiat Justisia Ilmu Hukum. Vol. 7, Nomor 2. Agustus 2013.

Sekretariat daerah Pemerintahan Kota Langsa. 2017. Menelusuri Jejak Sejarah Kota Langsa. Pemerintah Kota Langsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun