Istilah dinamika kependudukan menjadi hot issuedi Indonesia sebagai negara berkembang, yakni bonus demografi (demographic opportunity). Istilah ini menjadi menarik seiring membincangkan masa depan pembangunan Indonesia.
Bonus demografi merupakan gambaranmengenai jumlah penduduk produktif sebagai aset Indonesia untuk menjadi negara maju secara ekonomi (15/04/2012). Dari tahun 2010 berbagai kalangan membicarakan, apalagi Indonesia diperkirakan mendapat peluangtinggi tenaga produktif sekitar tahun 2020-2030 akan datang yang tentunya menguntungkan pembangunan disegala aspek. Fenomena prediksi jumlah penduduk usia produktif yang dianggap besar dan usia muda semakin kecil maupun lansia menurun.
Data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan komposisi penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usiaanak-anak 0-9 tahun sekitar 45,93 juta.Sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Sehingga dari sini dapat diproyeksikan pada rentang tahun 2020-2030 Indonesia akan dipenuhi dengan usia produktif, inilah yang disebut peluang demografi. Berbagai spekulasi pun muncul dari para ahli kependudukan dan ekonom terkait masa depan Indonesia saat mengalami bonus demografi kelak.
Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi penduduk yang berkembang sejak beberapa tahun lalu yang dipercepat oleh keberhasilan menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program pembangunan pendidikan.
Saat ini jumlah usia produktif Indonesia mencapai sekitar 180 juta, nonproduktif sekitar 60 juta. Proporsi tersebut, usia produktif menanggung beban nonproduktif sangat rendah, yakni 44 per 100 penduduk produktif pada 2020-2030. Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan nonproduktifberkisar 30 persen.
Namun, meskipun Indonesia diprediksi mendapat bonus demografi tidak akan tercapai jika tidak disertai peningkatan pendidikan, pelayanan kesehatan dan peningkatan gizi. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 271,4 juta jiwa. Maka, hal ini harus disiapkan untuk hadapi peluang demografi sehingga tidak menimbulkan banyak masalah, terutama maksimalisasi pembangunan jangka panjang dan mencegah meningkatnya angka pengangguran agar tidak terjadi pembebanan terhadap negara.
Mengukur tingkat penyerapan peluang demografi, terlebih dahulu mengetahui beberapa indikator, yakni pertama, indikator asumsi peluang demografi. Kedua, indikator jumlah angka ketergantungan kebutuhan penduduk kategori muda dan tua. Ketiga, indikator metode identifikasi faktor produktif dan nonproduktif.Keempat, indikator implikasi peluang demografi. Kelima, prediksi porsentase lansia atas tingkat keberhasilan pembangunan dan penggunaan kesempatan bonus demografi. Keenam, indikator antisipasi ancaman menjadi peluang pembangunan ekonomi.
Ketujuh, indikator pembasisan pemberdayaan sosial. Kedelapan, indikator pemerintah membuka dan responsif terhadap perkembangan teknologi dan komunikasi. Kesembilan, indikator keberpihakan kebijakan politik (political will) dalam menopang regulasi hadapi peluang demografi. Kesepuluh, indikator kepentingan nasional melalui negosiasi dan diplomasi ekonomi, politik, budaya, dan penegakan hukum konstitusi dalam melindungi kepentingan masyarakat.
Peluang demografi sangat menarik dianggap dapat meningkatkan perekonomian suatu negara berkembang karena adanya pergeseran penduduk. Indonesia harus bisa membaca peluang, apakah sebagai peluang atau ancaman ataukah sebaliknya ancaman menjadi peluang.
Ancaman
Ancaman terbesar peluang demografi lebih ketidaktepatan pemerintah merespon peluang demografi, adalah pertama, masih besarnya kesenjangan pembangunan. Kedua,tingkat pengangguran di usia muda sangat tinggi. Ketiga, belum terbuka arus industrialisasi kerja dalam aspek sumberdaya manusia, ekonomi, budaya dan politik. Keempat,masyarakat masih memiliki rasa malas dan kurang motivasi kerja.
Ancaman diatas, termasuk faktor penentu yang harus dibenahi oleh pemerintah.Karena durasi puncak peluang demografi terjadi pada tahun 2030 – 2040. Kalau kesempatan ini tidak digunakan sebaik mungkin maka potensi Indonesia menjadi negara gagal sangat mungkin terjadi kedepannya. (Fasli, 25/8)
Sejatinya peluang demografi sedang berjalan, telah dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2015 ini, jumlah usia produktif tanggung beban kerja nonproduktif di bawah 50%. Diprediksi, tahun 2040 komposisi penduduk produktif dan nonproduktif seimbang, yakni 50 banding 50. Puncak peluang demografi, yaitu 100 produktif menanggung 44 nonproduktif prediksi terjadi pada tahun 2030. Maka sebab itu, pemerintah sebaiknya cepat perhatikan kualitas utama perkembangan sumberdaya manusia pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Peluang Bonus Demografi
Dari ancaman diatas, pemerintah sebaiknya segera mungkin mengambil langkah-langkah strategis dan cerdas untuk memanfaatkan momentum langka seabad sekali ini. Karena kalau tidak, maka akan kehilangan peluang yang luar biasa. Peluang demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumberdaya produktif.
Ketika angka nonproduktif dan lansia menurun, tentu pertumbuhan pendapatan perkapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dan lansia dapat dialihkan pada program peningkatan mutu pendidikan maupun kesehatan. Sementara data lain BPS hasil sensus penduduk tahun 2010 angka rasio ketergantungan adalah 51,3%. Bonus demografi tertinggi biasanya didapatkan angka ketergantungan berada di rentang antara 40-50%, yang berarti bahwa 100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.
Meningkatnya jumlah usia produktif tentu saja menjadi dambaan suatu negara. Pasalnya, peningkatan produktivitas ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Apakah Indonesia mampu mengambil keuntungan dari bonus demografi ini ?. Tentu, disikapi dengan bijak dan tegas, bahwa pemerintah dari sekarang menyusun langkah agar optimal sehingga kedepan tidak mengalami turbulensi keadaan.
Menurut Endang Srihadi, Peneliti Bidang Sosial The Indonesian Institute (2010) dalam Lailatul Maniroh (10/12/2012), untuk meraih keuntungan peluang demografi, ada empat prasyarat yang harus dipenuhi. Pertama, penduduk usia muda yang meledak jumlahnya itu harus mempunyai pekerjaan produktif dan bisa menabung. Kedua, tabungan rumah tangga dapat diinvestasikan untuk menciptakan lapangan kerja produktif. Ketiga, ada investasi untuk meningkatkan modal manusia agar dapat memanfaatkan momentum jendela peluang yang akan datang. Keempat, menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan masuk pasar kerja.
Faktor penentu lain adalah, seperti penanganan anak di usia sekolah, peningkatan etos kerja, pendidikan kewirausahaan, dan penekanan kompetensi soft skills, peningkatan derajat kesehatan, pemberdayaan perempuan, perbaikan regulasi pendidikan. Peluang ini secara otomatis dapat menurunkan angka lansia, apabila pemerintah mampu pergunakan kesempatan ini secara optimal.
Masih menurut Lailatul Maniroh (10/12/2012) bahwa pemerintah telah menetapkan konsep bagus yang akan mengintegrasikan tiga elemen utama, yaitu pertama, mengembangkan potensi ekonomi.Kedua, memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global.Ketiga, memperkuat kemampuan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan komunikasi teknologi nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.Keempat, pemerintah memantapkan strategi “full participation” dalam rangka meningkatkan produktivitas penduduk usia produktif. Tentu saja harapan besar bagi kemajuan bangsa berpeluang mendapatkan bonus demografi yang akan mengantarkannya menjadi negara adidaya (big state).
Rusdianto
Dosen Fisip Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H