Dalam memahami sebuah profesi sebagai seorang pendidik maka harus berangkat dari hakikat tugas, fungsi, dan tujuan seseorang menempatkan dirinya sebagai pendidik. Salah satu indikator yaitu memiliki kepribadian dan keteladanan. Keteladanan ini dimaksudkan agar guru dapat menginspirasi peserta didik dalam bergerak dan berpikir.
Lebih jauh lagi, maka guru yang inspiratif adalah guru yang senantiasa menanamkan konsep positif sebagai jati diri seorang peserta didik. Â Positive thingking akan menghadirkan positive doing yang nantinya akan menghasilkan values sebagai dasar dalam bertindak.Â
Jika ditinjau dari aspek aksiologis maka seorang guru harus memiliki nilai religiusitas yang mumpuni sesuai dengan fungsinya dimana nilai tersebut harus teriinternalisasikan ke dalam jati diri seorang guru sesuai denga kompetensinya.
Prinsip inspiratif dan keteladan harus di tonjolkan dengan nilai-nilai keislaman sebagai dasar dalam mendidik. Selanjutnya yang membedakan antara kompetensi guru pendidikan umum dan pendidikan Islam adalah dari aspek religiusitas, walaupun secara subtansi setiap guru harus memiliki nilai-nilai religius yang menjadi fondasi dalam mencapai tujuan pendidikan.
Guru dalam Perspektif Islam
Guru harus menjadi figur yang dapat menginspirasi dan menjadi teladan bagi peserta didik berlandaskan kepada Al-Qur'an sebagai sumber utama kemudian diaplikasikan sesuai sunnah Rasulullah. Â Rasulullah lah sebagai teladan dan panutan bagi kita sebagai umat Islam yang harus senantiasa kita jadikan rujukan dalam berkehidupan.
Perihal nilai dan karakter yang akan ditularkan, pada prinsipnya pemerintah sadar akan hal ini. Ada 18 butir nilai yang dijadikan pilar utama dalam pendidikan karakter sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 yaitu:
Dalam pendidikan Islam sendiri ikut andil dalam penanaman nilai karakter yang pada hakikatnya merupakan nilai-nilai keislaman yang menjadi prinsip dalam bermasyarakat. Pengintegrasian pendidikan karakter berpusat kepada tiga elemen utama pendidikan yaitu kelas, budaya masyarakat sekolah, dan masyarakat. Â Ketiganya harus selalu mengimplementasikan hakikat dari penguatan karakter.
Guru sebagai role model yang kemudian berfungsi untuk dijadikan contoh dalam keseharian peserta didik. Perilaku teladan yang dihadirkan seorang guru akan berpengaruh terhadapa perilaku dan pola pikir peserta didik. Nilai yang penting untuk ditanamkan yaitu sabar, disiplin, jujur, adil, kerjasama, dan kepedulian. Â Pandangan lain menyebutkan bahwa ikhlas, jujur, dan disiplin merupakan pilar utama yang harus ditanamkan. Â Jujur adalah modal dasar, dispilin adalah cara untuk mencapai, dan ikhlas sebagai landasan dalam berbuat.
Butir nilai di atas menjadi senjata utama bagi para pendidik dalam penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. Keteladanan pendidik dalam membina menjadi hal yang harus menjadi prinsip dalam kegiatan mendidik dan juga dalam memimpin dirinya sendiri, peserta didik. Bahkan dalam skala yang lebih besar, pendidik agama Islam harus menjadi teladan dan pemimpin dalam masyarakat sekolah. Karena nilai-nilai Islam yang ada pada diri pendidik Islam sudah mendarah daging dengan jiwa dan perilakunya.
Rasulullah SAW mencontohkan keteladanan bagi umat Islam dengan empat karakter dasar yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Sejarah peradaban membuktikan 4 pilar tersebut telah berhasil merubah perwujudan kehidupan. Â Ini yang kemudian harus kita jadikan dasar penguatan karakter dengan implementasi pengembangan butir-butir nilai lainnya.