Brontokusuman, Mergangsan - Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. KKN Alternatif Periode 89 Unit I.B.3 dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, terdiri dari sekelompok mahasiswa beranggotakan 9 orang, telah melibatkan diri dalam kegiatan KKN di RW 16. Beberapa kegiatan yang mereka lakukan adalah gotong royong untuk membersihkan daerah setempat dan beberapa lahan kecil untuk nantinya dijadikan sebagai media tanam multi-jenis.
RW 16 Karanganyar Mergangsan memiliki potensi luar biasa dalam pemanfaatan lahan sebagai media tanam, khususnya untuk penanaman sayur-sayuran dan rempah-rempahan. Pertanian di lingkungan ini tidak hanya menjadi aktivitas produktif, tetapi juga mencerminkan semangat kebersamaan dan keberlanjutan.
Salah satu aspek yang menonjol adalah penanaman sayur-sayuran seperti cabai, terong, tomat, serta rempah-rempahan seperti lengkuas, kunyit, dan daun salam. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai gotong royong membersihkan daerah setempat dan beberapa lahan kecil yang nantinya digunakan sebagai media tanam dan  pemanfaatan lahan ini dan bagaimana masyarakat di RW 16 dapat mengembangkan kearifan lokal melalui pertanian multi-jenis yang inovatif dan berkelanjutan.
Gotong royong merupakan tradisi lama masyarakat Indonesia yang mendorong kolaborasi dan kebersamaan dalam bekerja untuk kepentingan bersama. Kegiatan gotong royong ini menjadi bentuk nyata kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat sekitar dan membantu meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Berikut adalah laporan singkat tentang kegiatan tersebut.
Salah satu fokus utama kegiatan gotong royong ini adalah membersihkan lingkungan sekitar. Mahasiswa bekerja sama dengan warga RW 16 membersihkan saluran air, merapikan pekarangan, dan memunguti sampah-sampah yang berserakan. Mereka juga melakukan pengecatan beberapa fasilitas umum yang sudah membutuhkan perhatian.
Puncak kegiatan gotong royong diakhiri dengan sederetan acara kebersamaan, seperti acara makan bersama dan permainan tradisional. Ini tidak hanya menciptakan momen kebahagiaan, tetapi juga meningkatkan rasa kebersamaan antara mahasiswa dan masyarakat RW 16. Unit I.B.3 berhasil memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar dan merangsang semangat gotong royong di masyarakat. Semangat kebersamaan ini diharapkan dapat terus terjaga dan menjadi modal untuk pembangunan yang berkelanjutan di wilayah RW 16. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan sosial ini juga menjadi contoh inspiratif bagi generasi selanjutnya tentang pentingnya peran aktif dalam pembangunan Masyarakat.
Pemanfaatan Lahan untuk Pertanian Multi-Jenis
Pertanian di RW 16 tidak hanya sebatas penanaman satu jenis tanaman, melainkan telah berkembang menjadi pertanian multi-jenis. Tanaman sayuran seperti cabai, terong, dan tomat menjadi fokus utama, sementara rempah-rempahan seperti lengkuas, kunyit, dan daun salam menambah keanekaragaman hasil pertanian. Pendekatan ini bukan hanya untuk keberagaman rasa dan aroma pada masakan sehari-hari, tetapi juga untuk meningkatkan ketahanan pangan dan keberlanjutan ekosistem di lingkungan sekitar.Â
Dengan semakin terbatasnya lahan pertanian di perkotaan, pendekatan multi-jenis menjadi solusi yang cerdas. Setiap tanaman memberikan kontribusi uniknya sendiri, baik dari segi gizi maupun manfaat lingkungan. Dalam konteks ini, masyarakat RW 16 memanfaatkan setiap inci lahan yang mereka miliki untuk menanam sayuran dan rempah-rempahan yang bersinergi secara positif.
Cabai: Pemanis dan Pemberi Rasa Pedas dalam Pertanian RW 16
Salah satu tanaman yang mendominasi lahan pertanian di RW 16 adalah cabai. Tanaman ini bukan hanya memberikan warna cerah pada kebun-kebun warga, tetapi juga memberikan pemanis dan rasa pedas pada hidangan lokal. Pemilihan cabai sebagai tanaman unggulan sangat tepat karena dapat tumbuh baik di lahan terbatas dan memberikan hasil yang cukup melimpah. Para petani di RW 16 telah mengembangkan berbagai varietas cabai untuk meningkatkan kualitas dan keanekaragaman rasa. Cabai memiliki daya tarik tersendiri bagi petani dan konsumen.Â
Pemanfaatan cabai bukan hanya sekadar kebutuhan kuliner tetapi juga sebagai sumber pendapatan ekonomi. Dengan mengelola tanaman cabai secara efisien, warga RW 16 berhasil menciptakan suatu model pertanian yang tidak hanya memberikan hasil budi daya yang baik tetapi juga mendorong keberlanjutan di tingkat komunitas.
Terong dan Tomat: Keseimbangan Nutrisi dalam Setiap Hidangan
Terong dan tomat, dua tanaman sayuran lainnya yang ditanam di RW 16, memberikan kontribusi signifikan terhadap keseimbangan nutrisi dalam setiap hidangan. Kedua tanaman ini mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan penting yang mendukung kesehatan tubuh. Dengan mengintegrasikan terong dan tomat dalam pertanian lokal, masyarakat di RW 16 tidak hanya memastikan keberagaman rasa tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap gizi dan kesehatan anggota komunitas.Â
Terong, dengan warnanya yang mencolok, tidak hanya menambah keindahan kebun tetapi juga menyediakan sumber nutrisi yang sangat diperlukan. Tomat, dengan kelembutannya dan kandungan likopen tinggi, menjadi elemen kunci dalam berbagai hidangan. Penggunaan terong dan tomat sebagai tanaman utama dalam pertanian komunitas ini memberikan contoh bagaimana masyarakat dapat menyusun kebun yang seimbang dan bergizi.
Rempah-Rempah: Lengkuas, Kunyit, dan Daun Salam
Selain sayuran, rempah-rempah seperti lengkuas, kunyit, dan daun salam menjadi bagian tak terpisahkan dari pertanian di RW 16. Keberadaan rempah-rempah ini menambah kompleksitas cita rasa dan aroma pada masakan lokal. Lengkuas, dengan keharumannya, memberikan sentuhan khas pada hidangan, sementara kunyit dengan sifat antiinflamasi dan antimikroba menjadi tambahan berharga bagi kesehatan. Daun salam, dengan aroma lezatnya, melengkapi hidangan tradisional dengan cita rasa autentik.Â
Rempah-rempah dianggap sebagai harta karun dalam dunia kuliner. Dalam konteks pertanian di RW 16, masyarakat tidak hanya menanam rempah-rempah untuk kebutuhan sehari-hari tetapi juga sebagai upaya melestarikan tradisi kuliner mereka. Melalui pemeliharaan rempah-rempah ini, warga RW 16 menjaga warisan budaya dan menciptakan suatu lingkungan yang penuh dengan cita rasa dan keharuman.
Inovasi dalam Pertanian Urban: Hidroponik dan Peran Teknologi Hijau
Pertanian di RW 16 tidak hanya terpaku pada pertanian konvensional. Warga telah mengadopsi inovasi dalam bentuk pertanian hidroponik. Sistem ini memanfaatkan lahan terbatas dengan menggantikan tanah dengan media nutrisi yang disirkulasikan, memungkinkan tanaman tumbuh lebih cepat dan efisien. Penggunaan teknologi hijau, seperti panel surya untuk menyediakan energi, juga semakin umum dalam upaya meminimalkan dampak lingkungan dari kegiatan pertanian.Â
Hidroponik memberikan solusi bagi lahan yang terbatas dan lingkungan urban yang terurbanisasi. Dengan menghilangkan kebutuhan akan tanah, pertanian hidroponik memungkinkan warga RW 16 untuk menanam tanaman dengan efisien dan memberikan hasil yang lebih baik. Sistem hidroponik ini juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai inovasi pertanian dan cara meningkatkan produktivitas tanaman dengan teknologi modern.
Partisipasi Masyarakat dan Gotong Royong
Kunci keberhasilan pemanfaatan lahan di RW 16 adalah partisipasi aktif masyarakat. Program pelatihan dan workshop tentang pertanian multi-jenis diselenggarakan secara teratur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga. Gotong royong untuk merawat lahan bersama-sama menjadi budaya yang mengakar, menciptakan ikatan sosial dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Ketua RW 16, Bapak Suryanto, mengungkapkan, "Terima kasih kepada mahasiswa UAD yang telah membawa inspirasi baru ke lingkungan kami. Kami yakin, melalui kolaborasi seperti ini, kita dapat menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan."
Partisipasi masyarakat bukan hanya sebatas dalam aktivitas bertani tetapi juga dalam pengelolaan keseluruhan lingkungan pertanian. Warga tidak hanya menjadi petani tetapi juga kustodian lingkungan. Dengan demikian, pemanfaatan lahan di RW 16 tidak hanya berfokus pada hasil pertanian tetapi juga pada keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.
Manfaat Ekonomi dan Sosial
Pemanfaatan lahan untuk pertanian sayuran dan rempah-rempah tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi warga yang terlibat, tetapi juga memberikan dampak positif secara sosial. Hasil pertanian yang dihasilkan dapat dijual atau dipertukarkan dalam komunitas, menciptakan lingkungan ekonomi lokal yang berkelanjutan. Selain itu, pertanian urban juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga yang mungkin mengalami kesulitan ekonomi.Â
Manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pertanian ini tidak hanya terbatas pada penjualan hasil pertanian tetapi juga melibatkan industri lokal lainnya. Masyarakat RW 16 terlibat dalam pemasaran dan distribusi produk mereka, menciptakan rantai nilai lokal yang mendukung ekonomi komunitas secara menyeluruh. Ini bukan hanya sekadar pertanian sebagai profesi tetapi juga sebagai model bisnis berkelanjutan yang memperkuat kemandirian ekonomi warga.
Dampak Positif Terhadap Lingkungan
Pertanian di RW 16 tidak hanya menciptakan keberlanjutan ekonomi dan sosial, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Penggunaan lahan secara efisien, praktik pertanian organik, dan pemanfaatan teknologi hijau telah mengurangi jejak ekologis dari kegiatan pertanian. Hal ini sejalan dengan semangat global untuk mencapai pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu mahasiswa, Rayyan sebagai ketua unit I.B.3 menyatakan, "Ini merupakan langkah kecil, kami berharap hal ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sini. Kami juga percaya, dengan bersama-sama memanfaatkan lahan kosong terbengkalai, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bermanfaat dan berkelanjutan."
Tanaman sayuran dan rempah-rempah yang ditanam secara organik di RW 16 tidak hanya menghasilkan produk yang lebih berkualitas tetapi juga mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang dapat merusak tanah dan air tanah. Pemeliharaan keanekaragaman hayati di lingkungan pertanian juga menjadi fokus, dengan menciptakan kondisi yang mendukung keberlanjutan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya alam.
Kesimpulan
Melalui pemanfaatan lahan sebagai media tanam di RW 16 Karanganyar Mergangsan, masyarakat tidak hanya menciptakan keanekaragaman rasa dan aroma dalam masakan sehari-hari tetapi juga mengembangkan kearifan lokal dalam pertanian multi-jenis yang berkelanjutan. Dengan penanaman cabai, terong, tomat, lengkuas, kunyit, dan daun salam, RW 16 menunjukkan bahwa pertanian lokal dapat menjadi pusat kegiatan produktif dan mendukung keberlanjutan ekosistem. Melalui partisipasi aktif masyarakat, inovasi dalam pertanian urban, dan manfaat ekonomi serta sosial, RW 16 Karanganyar Mergangsan menjadi contoh inspiratif bagi lingkungan sekitarnya.
Diharapkan bahwa langkah-langkah kecil ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk membangun lingkungan yang lebih berkelanjutan dan berdaya. Pemanfaatan lahan bukan hanya tentang produksi tanaman, tetapi juga tentang membentuk hubungan antara manusia dan lingkungan dengan cara yang harmonis. RW 16 menjadi saksi bisu akan potensi luar biasa yang terletak di dalam lahan mereka dan bagaimana kebijakan pertanian yang cerdas dan berbasis masyarakat dapat membentuk masa depan yang lebih baik bagi mereka. Semoga langkah-langkah ini dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi masyarakat di seluruh negeri.
Artikel by:
Nur Ubay Pangesda Haji - 1800008065 - Pendidikan Biologi
M. Renaldi Naufal Armanusha - 1800026080 - Sastra Inggris
Rizki K. Puspaningrum - 1900029241 - Kesehatan Masyarakat
Dian Seva Rahmadani - 2000001149 - Bimbingan Konseling
Khairul Dwi Pangestu - 2000001172 - Bimbingan Konseling
Iqbal Bagus Adityo - 2000013314 - Psikologi
Addini Nurul Aisyah - 2000016078 - Sistem Informasi
Shinta Iffah Prawarningrum - 2000031107 - Pendidikan Agama Islam
Muhammad Rayyan Eriza - 2000031231 - Pendidikan Agama Islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H