Mohon tunggu...
Rizki Nurismarini Hadi
Rizki Nurismarini Hadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Iqra

Pekerja Media

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemimpin Perempuan dalam Pilkada

9 September 2020   16:45 Diperbarui: 9 September 2020   17:28 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelaran pilkada 2020 akan dilaksanakan di akhir tahun ini.  Wara-wiri bursa calon pemimpin daerah sudah terdengar santer. Tak jarang banyak dari para calon pemimpin daerah telah melakukan kampanye-kampanye terselubung dengan jargon-jargon yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan untuk masyarakat. 

Kreativitas dalam berkampanye mulai diuji, apalagi keterwakilan pemilih milineal memenuhi hampir 40 persen pemilihan. Bukan hal yang main-main lagi, saat kampanye hanya berisikan hal --hal seruan standar, ketertarikan  untuk memilih paslon menjadi sangant berkurang. Kampanye yang mengelitik, sarkas, lucu, dan memiliki kedekatan dengan masyarakat tentu saja menjadi salah satu jaminan keterpopuleran paslon-paslon para pemimpin daerah.

Bukan hanya berhenti sampai disitu saja persaingan yang terjadi selain bentuk kreatifitas  kampanye, persaingan gender juga menjadi salah satu hal yang patut diperhatikan.Kaum perempuan yang sampai saat ini masih dalam masa termarginalisasi oleh sebuah pemikiran mainstream bahwa seorang perempuan hanya berperan di sumur, dapur, kasur, dan tidak memiliki otoritas di luar, apalagi untuk urusan kepemimpinan menjadi isu yang acap kali menjadikan perempuan tidak bisa berkembang dengan pesat.

Namun seiring berjalanya waktu, semakin terbukanya arus infromasi, media, literasi, ruang diskusi dan segala pemikiranya, membuat perempuan semakin berjuang keras untuk mampu berperan di ranah public yang banyak didominasi oleh kaum laki-laki. 

Pemilihan Kepala Daerah 2018 juga diikuti oleh para kandidat perempuan di berbagai wilayah pemilihan. Dari data yang dirilis Kompas.com, ada 14 perempuan yang terpilih sebagai kepala daerah baik di tingkat kota, kabupaten, maupun provinsi. Hal ini tentu saja menunjukan tentang kemajuan pemikiran yang dimiliki perempuan semakin meningkat, keterbukaan untuk berkembang dan berperan di ranah public menjadi agenda perempuan dalam berkontribusi untuk bernegara.

Memang seharusnya dalam konteks demokrasi dan pemerintahan mestinya tidak ada perbedaan hak antara perempuan dan laki-laki. Karena dalam sistem pemerintahan, yang bergerak adalah sebuah sistem, bukan hanyak fisik semata.Dalam menciptakan tantan pemerintahan tidak ada aturan yang menyebutkan  undang-undang yang mengatur bila perempuan tidak diperkenankan memegang kekuasaan dalam pemerintahan.

Tidak hanya satu dua saja pemimpin perempuan yang berhasil mempin daerahnya, sebutlah Walikota Suarabaya-Tri Risma Hariani, Gubernur Jawa Timur-Khofifah Indar Parawangsa, Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan-Sri Mulyani , dan masih banyak lagi pemimpin-pemimpin perempuan yang mampu dan berhasil membawa negara/masyarakatnya pada kesejahteraan.

Memang tidak mudah untuk mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin perempuan, mengingat budaya patriaki yang masih kental dalam masyarakat kita.  Mau tidak mau suka tidak suka perempuan hidup dalam dunia patriaki.Perempuan yang banyak bicara disebut cerewet,ribet.

Kalau banyak bertanya dibilang banyak maunya,ambisius..dan lingkungan memang membatasi hal tersebut yang akhirnya menimbulkan keragu-raguan dalam diri perempuan untuk speak up, berani leading menjadi pemimpuin..karena mungkin takut dibilang bodoh kalau banyak bertanya..akhirnya piliham  diam dan mengaminkan meski adu ketidaksetujuan meski jiwa terkadang tengah memberontak daripada hidup dalam keribetan.

Banyak yang takut bicara demi menghindari konflik, takut dibantah dan ketakutan-ketakutan lain yang memang masih menghantui. Hidup tanpa konflik, tidak mendewasakan diri, berkonflik dengan manajemen yang baik menjadi salah satu kunci untuk bagaiamana kita dapat menjadi pemimpin yang baik. Hidup dibuat sederhana,kalau salah ya udah salah saja, minta maaf dan perbaiki, We learn by mistake, dan itu menjadi kesempatan untuk latihan dan perbaikan diri. 

Tidak selamanya harus memilih seragam dan sama dengan orang lain. Memang salah menjadi beda? Jika saat ini masih melakukan kesalahan tinggal perbaiki!! Jangan sampai ketakutan karena melakukan kesalahan menyiayiakan kesempatan besar yang datang menghampiri. Berani bicara dan mengkomunikasikan masalah adalah cara yang bijaksana untuk menjadi cerdas. Saat berani bicara pastikan jangan bodoh, menjadi berani don't be stupid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun