Mohon tunggu...
Rizki Nugroho
Rizki Nugroho Mohon Tunggu... -

Informatic Engineering |cervenpiksi.wordpress.com | fictional narrative | fairytale |fantasy |rizkinug9494@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part 2] Dunia Aneh di Pojok Kantin Sekolah

24 Oktober 2016   09:52 Diperbarui: 24 Oktober 2016   10:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: abuikram.blogspot.co.id

Badanku terasa sangat pegal sambil memegang pinggang, aku mulai perlahan membuka kedua mata ku.

Terduduk di atas pelataran yang sangat luas. Aku memandangi sekitar, dunia yang sebelumnya telah berubah. Nampak sebuah suasana sunyi, berlangit cenderung oranye dan banyak kabut menutupi pandangan.

“Aku berada dimana, tempat apakah ini? Apakah aku berada di dunia lain?” dalam batin ku, sembari mengerakkan tubuh untuk berdiri.

Nampak dari sisi kejauhan bayangan orang tua besar bersenjata dan menunggangi kuda datang ke arah ku.

“Hey nak! Ambil senjata mu, dan ganti baju lusuhmu itu!” ucap orang itu, sambil melemparkan pedang dan pakaian perang ke arahku.

“Cepat Pakailah!” sambil mengacungkan jari telunjuk ke arahku.

Aku mengira dia hanya bercanda, dengan wajahku yang terheran-heran dan mulut sedikit ternga-nga. Aku bertanya kepadanya.

“Kamu siapa Pak tua? dan aku berada dimana?” kupandangi dengan dagu terangkat keatas, karena dia sosok bertubuh tinggi besar dariku.

“PAKAI SAJA!!! nanti aku jelaskan!” dia berteriak di depan wajah ku.

Orang itu berbicara selalu membentak kepadaku seakan ingin cepat-cepat aku menurutinya.

Tanpa pikir panjang ku ambil perlengkapan perang itu dan memakainya, baju yang sedikit ketat berlapis besi dan sebuah pedang panjang sudah ku kenakan seperti layaknya kesatria.

“Apakah kita akan berperang?” tanya ku kepada pak tua itu.

“Kita akan berperang, ikuti aku!” tanggap pak tua itu, kemudia mengangkat pedangnya menunjuk ke arah pemukiman.

“MAJU!!!” teriak nya dengan keras.

Aku berlari dibelakang kuda pak tua itu. Berlari cepat melewati kumpulan kabut, terlihat sudah ada perusakan dimana-mana di sebuah pemukiman itu.

Dimana kulihat banyak orang mengayunkan senjatanya ke arah musuh, begitupun korban sudah berjatuhan terkapar di tanah.

“Apa yang harus kulakukan Pak tua!?” teriakku ke arah pak tua itu, tapi dia tidak mendengarkan perkataanku dan terus saja menjauh menunggangi kudanya.

Tubuh gemetar bersembunyi layaknya tikus yang sedang diburu, aku mengintip di balik sebuah pohon.

“Sebenarnya siapa lawan mereka?”

tanya dalam benakku.

Suara terdengar seperti suara gesekan mesin, gesekan besi . Ya, ini sebuah mesin. Aku juga melihat sepintas pancaran sinar laser berkali-kali menyorot keatas.

“Jangan-Jangan yang mereka lawan adalah...” menduga ku.

“Hah, mereka melawan sekumpulan robot!” dengan wajah kaget dan tidak percaya, ternyata mereka melawan sekumpulan robot.

Robot itu seperti robot gundam, kartun yang pernah kutonton di tv. Dengan tinggi kira-kira 4 meter dan menembakkan sebuah laser, robot itu membakar habis pemukiman dan merubuhkan para kesatria disana.

Dunia apa ini, aneh sekali kenapa ada masa sebuah robot yang asalnya dibuat oleh manusia malah balik menyerang manusia.

Mencoba beranjak dari tempatku, aku mengendap untuk berlari menjauh. Tetapi dengan sangat terkejut terasa sesuatu ada yang memegang pundakku dari belakang. Perlahan aku menoleh kebelakang dengan rasa takut, ternyata yang memeganggu adalah Pak tua itu.

“Nak tolong kami nak, tolong. Kamu tau cara mematikan besi-besi itu?” kata pak tua itu dengan wajah yang kelelahan.

“Aku? Aku memang bisa apa Pak tua..” jawabku.

“Besi-besi itu sepertinya datang dari dunia mu nak, kami tidak tau benda apa itu dan bagaimana mematikannya” kata Pak tua itu lagi.

“Itu adalah robot, memang benda-benda itu sudah ada di dunia ku” jawabku kemudian mulai berpikir bagaimana cara mematikannya (?).

Setelah memutar otak kira-kira 5 menit, aku menemukan sebuah ide yang cemerlang.

Aku bisikan siasatku ke Pak tua itu. Kemudian Pak tua itu pun bergegas berlari untuk memanggil teman-temannya untuk berkumpul menyusun siasat.

Dibawah rindangnya sebuah pohon besar berjarak agak jauh dari robot-robot itu, aku berdiri di tengah-tengah mereka untuk memberitahukan sebuah siasat.

“Tunggu, kamu siapa nak? Kenapa kamu bisa disini?” tanya kesatria yang lain.

“Sudah diam, dengarkanlah dia mau menyampaikan apa. Aku yang membawa dia kesini.” Tanggap Pak tua itu sambil memukulkan tamengnya.

“Ekkhhmmm, Jadi yang kita lakukan seperti ini .... .... “ siasatku telah tersampaikan dan dimengerti oleh para kesatria.

Kesatria pun bersiap-siap kembali untuk melawan robot-robot itu, begitu pun juga diriku. Serempak para kesatria berlari, mengeluarkan pedangnya kembali.

Apa siasatku itu(?) aku bersiasat untuk menyuruh para kesatria menyerang bagian belakang robot. “Yaelah,.. “ mereka tidak menyadari, bukan bahkan mereka tidak tau mengenai fungsi tombol ON/OFF pada robot. Ini seperti aku berada di dunia sebelum aku ada atau mungkin aku saat ini berada di dunia dongeng, dimana orang disini sangat awam akan sebuah teknologi.

“Serang bagian belakangnya!!! Dan tekan tombol OFF !!!” teriakku keras ke para kesatria.

Para kesatria dengan gesit menyerang dan membelakangi robot-robot itu, bahkan sampai ada yang menaiki punggung robot.

“Sudah ku tekan!!!, habislah kau robot” sontak Pak tua dan diikuti kesatria yang lain yang telah mampu menekan tombol OFF pada robot.

“Yeeeeee, Horeeeee,,,,,” teriakan kemenangan para kesatria yang telah berjuang.

Aku berpikir apakah tugasku disini sudah selesai, apa mungkin aku sengaja di datangkan kesini untuk melawan robot-robot itu.

Pak tua itu pun menghampiri ku kembali.

“Terimakasih nak, berkat pertolongan mu negeri ini aman kembali” ucap pak tua sambil membawa kudanya ke arahku.

“Hey Pak tua! kamu sudah berjanji menjelaskan semua kepadaku kenapa aku berada disni dan dimana aku saat ini?” tanyaku sembari melepaskan peralatan perang dari tubuhku.

“Hahaha, memang akulah yang membawamu kesini. Kamu adalah orang yang terpilih menemukan batu itu, bahkan aku yang telah memberikan suara-suara itu ke telingamu dan menarik mu sampai kesini. Karena aku tau kau lah orangnya” ujar Pak tua itu.

“Namaku adalah Jao, Lock Jao . Kamu berada di negeri dongeng, dunia para kesatria” ujar Pak tua itu lagi sambil mengusap-usap rambutku.

“Jadi ini semua adalah perbuatanmu..” jawabku kemudian menyingkirkan tangannya dari kepalaku.

Dalam susana euforia kemenangan, aku meminta ke Pak tua itu untuk mengantarku kembali ke duniaku semula.

Pak tua itu memberikan kudanya kepadaku, kemudian mengangkatku keatas punggung kuda yang dia berinama “TORN” dan dia memberitahuku dimana aku akan menemukan kunci itu kembali.

“TORN antarlah anak ini ke tempat tujuan” Pak tua itu berbicara kepada kudanya.

“PLAK!!!” tangan Pak tua itu memukul bagian belakang tubuh kuda itu dan kuda itu pun berlari sangat cepat.

“Hahaha,, .selamat jalaan nak” ucap Pak tua itu lagi, sambil melambaikan tangan.

“Aaaaaa....” aku berteriak.

Sampailah aku di pohon tinggi nan besar seperti yang dikatakan Pak tua, tak kusangka kulihat batu yang sebelumnya aku bawa itu menempel di batang pohon.

Aku menghampiri dan mempraktekkan apa yang kulakukan sebelumnya ke batu itu. Aku mencoba memutar batu itu kembali tapi ke arah yang berlwanan.

Apa yang terjadi, aku mulai tertarik masuk kedalam pohon itu.

“Aaaaaa.....”

“Blaakkk!”

Aku kembali ke dunia sebelumnya. Dalam keadaan jatuh aku berada di sebelah tembok kantin itu lagi, dengan keadaan celana osis yang kotor karena jatuh barusan.

Setelah beranjak berdiri dan melihat aku telah kembali ke semula, aku melihat jam dinding kantin menunjukan pukul 16.00.

“Haa!!!” Lekas saja aku berlari menyetater motorku untuk pulang, tanpa menyeritakan apa yang barusan aku alami kesiapapun.

Wussssss, Gas POL!!!

“Hey nak, apakah ini tas mu? Hey nak ini tas mu ketinggalan!!” Teriakan penjaga sekolah.

Semarang, 22 oktober 2016

Cerven-Piksi

Rizki Nugros

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun