Mohon tunggu...
Rizki Nugroho
Rizki Nugroho Mohon Tunggu... -

Informatic Engineering |cervenpiksi.wordpress.com | fictional narrative | fairytale |fantasy |rizkinug9494@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji Ami di Taman Kota

23 Oktober 2016   17:03 Diperbarui: 23 Oktober 2016   19:52 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu seperti biasa aku terlihat mengalungkan kamera kesayanganku, berkeliling, menyorot berbagai sudut dan melihat orang-orang yang sibuk berfoto dengan pose meliuk mereka.

Panggil saja aku Dika. Seorang mahasiswa yang bekerja 3 hari dalam seminggu sebagai fotografer keliling di sebuah Taman Kota.

Pekerjaan ku sangat mudah, dengan pendapatan pas-pas’an aku memotret dan bahkan juga hanya mengarahkan orang-orang disana untuk membuat angel foto terbaik.

Pada saat berkeliling sekitaran taman tepatnya di samping sebuah ayunan, aku dihampiri oleh tiga cewek cantik.

“Mas, mas tolong foto’in kita dong kearah itu ya” salah satu dari mereka meminta tolong padaku sambil menunjuk ke suatu arah.

“SsSsi, siap mbak” jawabku dengan nada sedikit gagap.

Sigap saja aku mengangkat kamera dan mulai memotret mereka. Dengan berbagai gaya narsis yang mereka perlihatkan, aku merasa aku mulai lebih menikmati pekerjaanku ini.

Tidak melewatkan kesempatan itu, setelah memotret aku berkenalan dengan ketiganya. Si rambut pendek seleher namanya Steva, si jangkung namanya Binka, si lesung pipi namanya Ami .

Mereka sangat ramah ketika aku ajak berkenalan, tapi aku jatuh hati pada salah satu dari mereka yaitu si lesung pipi Ami.

Tak pernah lepas aku mencuri-curi pandang kepadanya, ketika dirinya dan temanya sedang sibuk melihat-lihat hasil foto tadi dari layar kamera.

“Ini tolong cetak’in ya mas,.. bisa diambil kapan?” ucap Ami kepadaku, sambil menyodorkan kamera.

“Besok kesini lagi ya, jam jam 8’an lah (malam) cari saja Dika tukang foto. Disini pada tau kok,” jawabku.

“Oh, gitu ya. OK besok ya mas aku ambil” jawab Ami, kemudian mengajak teman-temannya untuk berpindah ke tempat lain.

Mereka mulai berpamitan kepada diriku, sambil mengatakan “mari mas” dan mereka pun pergi ke arah tempat lain.

Sesampainya di kos, aku mulai bekerja kembali. Menghidupkan mesin print, mengedit dan mencetak foto-foto hasil kerjaku tadi.

Aku tak sabar untuk besok malam bertemu dengan Ami lagi, yang berjanji akan mengambil fotonya.

Disisi lain, aku merencanakan sesuatu yang berniat untuk mengenal dia lebih jauh.

Malam yang kutunggu-tunggu telah tiba. Dengan berdandan lebih necis dari sebelumnya, aku beranjak dan menyetater motor bergegas menuju Taman Kota.

Hanya memikirkan Ami seorang, aku menunggu, berjalan kesana kemari, duduk, berdiri, melamun, sampai menghiraukan profesiku sebagai seorang fotografer keliling.

Jam sudah menunjukan pukul 22.00, harapan ku untuk bertemu Ami mulai memudar. Rasa kecewa bercampur aduk, hati ini seperti merasakan apa itu namanya harapan yang tak tersampai.

Aku menuju ke tempat parkir dengan tatapan kosong, aku menyetater kembali motorku untuk kembali pulang ke kos.

****

Tiga minggu telah berlalu, aktifitas dimalam hari sebagai fotografer keliling di Taman Kota masih aku jalankan,

Ini adalah pekerjaan terbaikku, aku sangat menikmatinya. Mengenal dan di kenal banyak orang, bertutur sapa dengan pekerja malam lainnya merupakan bonus lebih dari hanya bekerja mencari uang.

Berdiri di samping ayunan, aku melayani permintaan ibu-ibu untuk memfotokan dirinya dengan anaknya yang kira-kira berusia 3 tahun di atas ayunan.

Sembari aku merapikan hasil jepretanku barusan, dari arah kejauhan aku mendengar suara yang terdengar tidak jelas meneriakki namaku.

“Dika . Dikaa, Mas mas tukang foto disitu ..., !” panggilnya dengan berjalan ke arahku.

Tak kusangka yang memanggil itu adalah Ami, cewek yang tiga minggu ini aku cari.

Memakai baju warna ping dengan corak batik dikedua lengan, bersepatu selop dan tidak lupa lesung pipinya yang masih menempel manis dia sudah berada didepanku.

“Dik, Dika, Mas foto,, Mas!!!” ucap dia sambil melambai-lambaikan telapak tangannya di depan wajah ku.

“Ami, ini benar Ami (?)” kataku yang masih tidak percaya.

“Iya benar ini aku, hmmmmm” jawab Ami sambil melirik ke arah lain.

Dengan tinggi badan sebahuku aku terus memandanginya, ini seperti mimpi lama yang kesampaian.

“Kamu kesini mau mengambil foto?” tanyaku sembari membolak-mbalik tumpukan foto di dalam tas.

“Iya dong, tapi sebelumnya maaf, maaf baget baru sempet hari ini aku ambil hehe” Ami menundukan kepalanya layaknya orang meminta maaf.

Ami menjelasakan semua apa yang telah terjadi selama dia menghilang tiga minggu ini.

Duduk di kursi taman, menikmati 2 gelas es teh manis, kami mengobrol lebih jauh layaknya orang yang telah lama saling kenal.

Aku memang berfirasat sebelumnya ketika pertama kali bertemu Ami. Dia memang orang yang baik, orang yang tidak lupa pada janjinya sendiri walau sudah lama tidak bertemu.

Semarang, 23 Oktober 2016

Cerven-Piksi

Rizki Nugros

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun