“Besok kesini lagi ya, jam jam 8’an lah (malam) cari saja Dika tukang foto. Disini pada tau kok,” jawabku.
“Oh, gitu ya. OK besok ya mas aku ambil” jawab Ami, kemudian mengajak teman-temannya untuk berpindah ke tempat lain.
Mereka mulai berpamitan kepada diriku, sambil mengatakan “mari mas” dan mereka pun pergi ke arah tempat lain.
Sesampainya di kos, aku mulai bekerja kembali. Menghidupkan mesin print, mengedit dan mencetak foto-foto hasil kerjaku tadi.
Aku tak sabar untuk besok malam bertemu dengan Ami lagi, yang berjanji akan mengambil fotonya.
Disisi lain, aku merencanakan sesuatu yang berniat untuk mengenal dia lebih jauh.
Malam yang kutunggu-tunggu telah tiba. Dengan berdandan lebih necis dari sebelumnya, aku beranjak dan menyetater motor bergegas menuju Taman Kota.
Hanya memikirkan Ami seorang, aku menunggu, berjalan kesana kemari, duduk, berdiri, melamun, sampai menghiraukan profesiku sebagai seorang fotografer keliling.
Jam sudah menunjukan pukul 22.00, harapan ku untuk bertemu Ami mulai memudar. Rasa kecewa bercampur aduk, hati ini seperti merasakan apa itu namanya harapan yang tak tersampai.
Aku menuju ke tempat parkir dengan tatapan kosong, aku menyetater kembali motorku untuk kembali pulang ke kos.
****