“OK, surat ini nanti aku sampaikan ke guru” tanggapku dengan mengacungkan jempol ke arah Lia.
Bel masuk sudah berbunyi, semua siswa mulai memasuki kelas begitupun juga Lia yang terlihat bergegas menuju ke kelasnya.
Pada hari itu aku pertama kalinya duduk sendirian mengikuti pelajaran tanpa sosok Daniel disebelahku.
Sudah 3 mapel yang telah terlewati, aku memainkan polpen dengan jemari tangan ku memutar-mutarnya dikala merasa bosan. Pada saat asik bermain, polpen itu terjatuh ke bawah meja. Dengan badan membungkuk lekas aku mengambil dan menggapai polpen itu.
Setelah mendapatkan polpen tersebut, aku mulai beranjak memposisiskan duduk ku kembali ke posisi semula. Tapi apa yang ku lihat (?) Aku melihat pancaran berwarna hijau terang terlihat seperti batu terpancar di kolom meja Daniel.
Tanpa pikir panjang aku mengambil batu tersebut, aku mulai memandangi dan menggengam batu yang berbentuk segilima itu di sela-sela pahaku. Karena aku bermaksud untuk merahasiakan apa yang kutemukan ke teman-teman yang lain.
Batu tersebut kusimpan di kantong celana ku sebelah kanan, sembari berpikir batu apa ini (?) dan milik siapa (?) .
Lambat laun jam di dinding menunjukan pukul 14.30 pertanda bel pelajaran telah usai dan siswa pun sudah diperbolehkan pulang meninggalkan kelas.
Keadaan lama-kelamaan mulai sepi, aku masih duduk didalam kelas dimana didalam kelas tersebut tinggal aku sendiri.
Aku mencoba mengeluarkan batu itu lagi dari dalam kantong celanaku, dengan tangan kananku yang agak sedikit gemetar aku coba mengambilnya.
Saat aku memandangi nya, batu itu malah memancarkan sinarnya lebih terang.