Pengaruh Konten TikTok @sliceofeeman Episode "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge" terhadap Audiens Berdasarkan Tinjauan Teori, Perkembangan, dan Model Komunikasi
A. Pendahuluan
TikTok, sebagai salah satu platform media sosial yang berkembang pesat, memiliki kekuatan untuk memengaruhi audiens dengan cepat. Konten yang dipublikasikan di TikTok tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan positif dan motivasi. Salah satu akun yang memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan pesan-pesan motivasi positif adalah @sliceofeeman. Dalam kontennya yang berjudul "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge", akun ini mengajak audiens untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan meningkatkan kualitas ibadah serta istiqomah di jalan Allah.
Konten ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam memotivasi audiens untuk memperbaiki diri, tidak hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konten tersebut terhadap audiens melalui tinjauan teori komunikasi, perkembangan komunikasi, serta model-model komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan tersebut. Dengan demikian, artikel ini akan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai bagaimana konten TikTok ini memengaruhi audiens dalam memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.
B. Deskripsi Teori
1. Agenda Setting Theory
Salah satu teori komunikasi yang relevan untuk menganalisis pengaruh konten TikTok @sliceofeeman adalah Agenda Setting Theory. Teori ini dikembangkan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw pada tahun 1973 dengan publikasi pertamanya "The Agenda Setting Function of The Mass Media." Menurut teori ini, media memiliki kemampuan untuk menetapkan agenda publik dengan mengarahkan perhatian audiens pada isu-isu tertentu. Media tidak hanya memberitakan berita, tetapi juga memiliki kekuatan untuk memengaruhi apa yang dianggap penting oleh audiens.
Dalam konteks video "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge", @sliceofeeman berhasil menetapkan agenda audiens untuk lebih memperhatikan dan merenungkan aspek spiritual dalam kehidupan mereka. Melalui konten yang mengajak audiens untuk introspeksi diri dan meningkatkan kualitas ibadah menjadi lebih baik, konten ini berhasil mengarahkan perhatian audiens pada isu penting terkait perbaikan diri dan menjaga istiqomah di jalan Allah. Audiens yang menonton konten ini cenderung termotivasi untuk melakukan refleksi diri dan lebih fokus pada peningkatan kualitas ibadah mereka.
2. Proses Perkembangan Komunikasi
Proses perkembangan komunikasi dapat dipahami sebagai cara audiens menerima, mengolah, dan merespons pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Dalam konteks ini, TikTok, dengan format video pendek yang menarik, memungkinkan audiens untuk cepat memahami dan merespons pesan yang disampaikan. Selain itu, TikTok memungkinkan audiens untuk berinteraksi langsung dengan konten melalui fitur komentar dan reaksi, yang membuat proses komunikasi menjadi lebih dinamis dan interaktif.
Dalam video "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge", audiens tidak hanya menerima pesan secara pasif, tetapi juga memberikan respons serta komentar yang menunjukkan bahwa mereka terpengaruh oleh pesan tersebut. Banyak komentar yang menunjukkan bagaimana audiens merasa terinspirasi untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki hubungan mereka dengan Allah. Proses komunikasi ini menunjukkan bahwa audiens tidak hanya menerima pesan, tetapi juga terlibat dalam proses pemahaman dan pengaplikasian pesan tersebut dalam kehidupan mereka.
3. Model Komunikasi Maletzke
Model Komunikasi Maletzke dikembangkan oleh Gerhard Maletzke pada tahun 1963 dan berfokus pada komunikasi massa. Model ini menambahkan elemen-elemen baru yang lebih kompleks dibandingkan model komunikasi sebelumnya, dengan mempertimbangkan konteks komunikasi massa, hubungan antara media, pesan, dan audiens, serta faktor sosial yang mempengaruhi proses komunikasi.
Elemen-Elemen Model Maletzke:
- Komunikator (Communicator): Komunikator adalah pihak yang mengirimkan pesan, dalam hal ini pembuat konten seperti @sliceofeeman. Komunikator memiliki tujuan tertentu dalam menyampaikan pesan dan harus mempertimbangkan audiensnya saat merancang pesan.
- Pesan (Message): Pesan adalah informasi atau konten yang disampaikan oleh komunikator. Dalam konteks TikTok @sliceofeeman, pesan ini berisi motivasi untuk muhasabah diri, meningkatkan iman, dan memperbaiki kualitas ibadah.
- Media: Media adalah saluran atau platform yang digunakan untuk menyampaikan pesan. TikTok sebagai media sosial video pendek menjadi saluran utama bagi @sliceofeeman untuk menyebarkan pesan-pesannya.
- Audiens (Audience): Audiens adalah penerima pesan yang beragam dalam hal latar belakang, pengalaman, dan persepsi. Audiens TikTok @sliceofeeman terdiri dari berbagai individu yang mungkin memiliki pemahaman yang berbeda tentang pesan yang disampaikan.
- Efek (Effect): Efek adalah hasil atau pengaruh dari pesan terhadap audiens. Efek ini bisa berupa perubahan pemikiran, sikap, atau perilaku audiens. Dalam konteks ini, efek yang diharapkan adalah audiens termotivasi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.
- Konteks Sosial: Konteks ini melibatkan latar belakang sosial yang mempengaruhi bagaimana pesan dipahami oleh audiens. Pesan @sliceofeeman mungkin diterima dan diinterpretasikan berbeda oleh audiens dari latar belakang sosial yang berbeda.
Hubungan Antar Elemen:
- Komunikator dan Pesan:
Komunikator harus merancang pesan yang sesuai dengan tujuan dan audiensnya. @sliceofeeman merancang pesan motivasi yang relevan dengan audiens yang ingin memperbaiki diri dalam aspek ibadah.
- Pesan dan Media:
Media yang dipilih harus mendukung penyampaian pesan dengan cara yang efektif. TikTok sebagai media video pendek membantu menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.
- Media dan Audiens:
Media harus dapat menjangkau audiens yang luas dan memungkinkan interaksi. TikTok memungkinkan interaksi langsung antara audiens dan pembuat konten melalui komentar dan reaksi.
- Audiens dan Efek:
Pesan yang diterima oleh audiens akan memengaruhi mereka dalam berbagai cara. Audiens TikTok @sliceofeeman dapat termotivasii untuk melakukan muhasabah diri dan memperbaiki kualitas ibadah mereka.
- Konteks Sosial dan Budaya:
Pesan dan efeknya dipengaruhi oleh konteks sosial dari audiens. Pesan dari @sliceofeeman mungkin diterima dengan cara yang berbeda oleh audiens dari latar belakang yang berbeda.
Hubungan Model Maletzke pada Konten TikTok @sliceofeeman
Menggunakan Model Maletzke, kita dapat memahami bagaimana konten TikTok @sliceofeeman dalam video "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge" berinteraksi dengan elemen-elemen komunikasi massa:
- Komunikator: @sliceofeeman sebagai pembuat konten merancang pesan motivasi yang ditujukan untuk audiens yang mencari perbaikan diri.
- Pesan: Pesan berisi motivasi untuk introspeksi diri, meningkatkan iman, dan memperbaiki ibadah.
- Media: TikTok sebagai platform yang memungkinkan penyampaian pesan secara visual dan interaktif.
- Audiens: Audiens yang beragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda, yang menerima dan merespons pesan.
- Efek: Audiens termotivasiuntuk melakukan refleksi diri dan memperbaiki kualitas ibadah mereka.
Dengan demikian, Model Maletzke membantu dalam memahami bagaimana komunikasi massa melalui TikTok dapat memengaruhi audiens secara luas, serta bagaimana elemen-elemen komunikasi saling berinteraksi untuk menciptakan efek tertentu pada audiens.
C. Hasil Tinjauan
Berdasarkan tinjauan terhadap konten "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge" dari akun TikTok @sliceofeeman, dapat disimpulkan bahwa konten ini memiliki pengaruh besar terhadap audiens, terutama dalam hal perbaikan diri dan peningkatan kualitas ibadah. Dengan menggunakan Agenda Setting Theory, terlihat bahwa video ini berhasil mengarahkan audiens untuk fokus pada isu-isu penting terkait introspeksi diri, istiqomah dalam beribadah, dan memperbaiki kualitas kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari banyaknya audiens yang menyatakan bahwa mereka merasa termotivasi dan terdorong untuk memperbaiki diri setelah menonton konten tersebut.
Proses perkembangan komunikasi yang terjadi menunjukkan bagaimana audiens tidak hanya menerima pesan secara pasif, tetapi juga memberikan respons yang memperkuat dampak dari konten tersebut. Audiens terlibat dalam proses komunikasi dengan memberikan komentar yang menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan mempengaruhi mereka untuk lebih mendalami aspek spiritual dalam kehidupan mereka. Proses ini menggambarkan bagaimana komunikasi di TikTok melibatkan elemen media, pesan, audiens serta faktor sosial.
D. Simpulan
Konten TikTok @sliceofeeman dalam video "Menuju 2025: We Muhasabah & We Don't Judge" memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audiens, khususnya dalam mendorong mereka untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Melalui Agenda Setting Theory, konten ini berhasil menetapkan agenda audiens untuk lebih memperhatikan dan merenungkan aspek spiritual dalam kehidupan mereka. Proses perkembangan komunikasi yang terjadi juga menunjukkan bahwa audiens tidak hanya menerima pesan, tetapi terlibat aktif dalam memberi respons yang memperkuat pengaruh pesan tersebut.
Model komunikasi model Maletzke yang digunakan dalam konten ini memperlihatkan bagaimana TikTok sebagai platform media sosial dapat membantu dalam memahami bagaimana komunikasi massa melalui TikTok dapat memengaruhi audiens secara luas, serta bagaimana elemen-elemen komunikasi saling berinteraksi untuk menciptakan efek tertentu pada audiens.
E. Daftar Pustaka
Severin, Werner J., dan James W. Tankard, Jr., Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi kelima. Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008.
Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss., Theoris Of Human Communication Edisi Kesembilan, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009.
Vivian, John., Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2011.
Nuruddin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
Nursuh, Isti. 2014. KOMUNIKASI MASSA. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Cetakan ke I Halaman 1
Sumartono, “Model dan Teori Komunikasi Antar Budaya”, Journal on Education. Vol,1
Tahalele, Olivia. dkk. “Pemahaman Dan Penguasaan Model-Model Komunikasi”, Journal on Education, Vol.6, No.1, (Desember, 2023)
Hariyanto, Didi. 2021. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Sidoarjo: UMSIDA Press. Halaman 92
Halik, Abdul. 2013. KOMUNIKASI MASSA. Makassar: Buku Daras. Halaman 29-30
Prijana, Ido, dkk. 2021. KOMUNIKASI MASSA. Pasuruan: Penerbit Qiara Media. Halaman 64.
F. Lampiran
Konten: "Menuju 2025: We muhasabah & we don`t judge"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI