Dipakai elit, dibuang rumit, dikelola sulit.
Apa lagi kalau bukan plastik.
Sampah plastik adalah satu dari tiga hal yang kerap mendominasi isu global setelah kemiskinan, dan perempuan. Data menyebutkan pada tahun 2021 negara-negara di dunia telah sukses memproduksi 139 juga metrik ton sampah plastik sekali pakai.
Sebuah angka yang entah berapa "0" nya, sepertinya kita dapat melihat tumpukan gunung plastik jika berhadapan langsung dengannya.Â
Setiap negara berlomba-lomba menghasilkan sampah plastik setiap tahunnya. Diantara negara yang istiqomah menyumbang sampah plastik setiap tahunnya adalah Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan dalam waktu satu tahun saja, Indonesia mampu memproduksi 10,95 juta sampah plastik sekali pakai.Â
Berdasarkan data tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan sampah plastik bukan sekedar isapan jempol yang perlu diabaikan eksistensinya.
Keberadaan sampah plastik di dunia ini sulit sekali ditekan. Pasalnya plastik memiliki hubungan yang sangat dekat dengan manusia. Seseorang makan menggunakan plastik, tidur bersama plastik, bahkan keluar rumah mengendarai plastik.
Jika dikritisi lebih jauh sebenarnya tujuan dunia untuk terbebas dari pengaruh sampah plastik adalah sebuah kebijakan yang absurb, pasalnya keterlibatan plastik dalam kehidupan manusia tidak mungkin dapat diberhentikan, namun meski demikian persentase penggunaannya dapat ditekan.Â
Oleh karena kebutuhan manusia yang sangat bergantung pada plastik, maka cara satu-satunya menekan laju pertumbuhan sampah plastik di dunia ialah dengan menerapkan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 yakni Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.Â
Dengan strategi tersebut diharapkan dunia mampu menjamin pola produksi dan konsumsi sampah plastik menuju global sanitasi yang berkelanjutan.
Nah dengan disepakatinya Goals ke-12 SDGs oleh PBB ini kemudian menjadi tanggung jawab setiap negara-negara di dunia termasuk Indonesia dalam Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik.Â
Presiden bersama kementerian negara telah memerintahan setiap daerah di Indonesia untuk melindungi dan memberdayakan lingkungannya sebagai perwujudan dari otonomi daerah.Â
Oleh karenanya, Bali sebagai daerah yang menjunjung tinggi budi leluhur sangat serius menanggapi kebijakan tersebut. Bentuk keseriusan itu dibuktikan melalui perda No. 1 tahun 2017 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bali merupakan salah satu daerah wisata Indonesia yang cukup populer di kancah internasional. Turis-turis datang dari berbagai belahan dunia dengan harapan permasalahan hidupnya akan tenggelam di pesisir pantai atau terkubur di kaki gunung.Â
Perpaduan antara struktur alam yang indah dengan taksu budaya serta etika sosial masyarakatnya yang menjunjung budi luhur menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan datang ke Bali.
Inilah yang membuat sektor pariwisata Bali menjadi terkenal di seluruh manca negara. Hal Ini dibuktikan dengan kunjungan wisatawan asing maupun wisatawan domestik ke Bali dari tahun ke tahun semakin meningkat, meski produksi sampah plastik di daerah ini juga turut meningkat.Â
Organisasi Ligkungan Hidup Non Profit Systemic mengemukakan bahwa Bali mampu menghasilkan 829 ton sampah plastik setiap harinya, dan dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang mampu didaur ulang.
Bagaimana mungkin Bali dengan tata alamnya yang indah justru terlihat sangat buruk disebabkan kumpulan sampah plastik yang merusak pemandangan.Â
Fakta ini diperkuat oleh laporan seorang turis asing asal Amerika Serikat (AS) yang membagikan pengalaman buruknya saat akan snorkeling di Perairan Nusa Penida, Bali. Dia tetap diminta untuk masuk ke air, padahal di sekitarnya ada tumpukan sampah yang merusak keindahan.
Insiden ini tentu membawa pengaruh negatif bagi sektor pariwisata Bali yang akan memicu depresiasi ekonomi nasional. Parah banget kan? Padahal sekedar botol bekas air meneral yang sengaja dibuang di tepi pantai, eh ternyata memiliki dampak negatif yang begitu besar.
Inilah yang menjadi tantangan Bali untuk mencapai sustainable environmental agar istilah "Bali Bebas Plastik" dapat terealisasi bukan hanya sekedar fiksi.
Inilah yang melatarbelakangi kami membentuk tim wirausaha industri kreatif berbasis daur ulang sampah plastik bernama ECO Gifts. Hadirnya ECO Gifts berangkat dari dua permasalahan krusial yang ada di Indonesia, yaitu:
1) Masalah sampah plastik yang tidak ada habisnya, dan 2) Kebutuhan fashion orang Indonesia yang semakin tinggi.
Nah, untuk menunjang keduanya maka kami berinisiatif mengubah sampah-sampah plastik di atas menjadi sebuah produk yang bernilai jual. Produk-produk tersebut berupa aneka aksesoris yang unik dan menarik serta memiliki karakteristik yang berbeda dari aksesoris pada umumnya.
Terus mengapa kami memilih membuat aksesoris?
Oke, untuk menjawab itu sebelumnya kalian harus faham dulu nih pengertian aksesoris, dan seberapa besar kebutuhan aksesoris di Indonesia?
Jadi, aksesoris ialah suatu benda yang digunakan oleh seseorang pria ataupun wanita untuk menjadikan dirinya lebih tampil cantik atau tampil menawan dan percaya diri.
Jenis aksesoris ini ada berbagai macam mulai dari cincin, gelang, kalung, ikat rambut, ikat kepala, jam tangan, dan masih banyak lainnya.Â
Di Indonesia sendiri penggunaan aksesoris sangat digemari oleh masyarakat. Â Aksesoris yang biasa digunakan antara lain gelang, kalung, cincin, ikat rambut, pita, ikat kepala, bando, anting dan lain-lain. Biasanya mereka membeli aksesoris tersebut di toko-toko online atau offline.Â
Bayangin aja nih, seandainya Tim ECO Gifts terus memanfaatkan sampah plastik sebagai aksesoris yang tingkat penggunaannya sangat tinggi ini, maka lambat laun laju pertumbuhan sampah plastik di Indonesia pasti akan berkurang.Â
Nah, itulah mengapa kami fokus pada pembuatan aksesoris untuk dijual dikarenakan kebutuhan aksesoris di Indonesia ini sangat-sangat tinggi. Semua itu dimaksudkan agar mereka terlihat lebih fashionable dan stylish.Â
Tapi meski menyukai style bukan berarti orang Indonesia itu kebanyakan gaya ya, semua itu tergantung sudut pandang, hhe..
Oh ya, produk aksesoris yang kami hasilkan berupa gelang, kalung, tasbih, gantungan kunci dan lain-lain yang dapat dikenakan oleh seluruh kalangan, baik laki-laki maupun wanita, anak-anak hingga orang tua. Keren banget kan?
Biar nggak penasaran sama produknya, lihat gambar di bawah ya!
Nah, itu adalah foto beberapa produk ECO Gifts yang kami buat dengan metode recycling dari tutup botol bekas. Keren nggak, penasaran kan dengan proses pembuatannya?
Tenang aja, dikasih tau kok hehe. Secara garis besar proses aksesoris recycle ini  dibuat melalui 7 fase, yakni pengumpulan, pembersihan, penyortiran, peleburan, pelelehan, pembentukan, dan perakitan.
Proses Pembuatan Aksesoris Recycle ECO Gifts:
1. Mula-mula tutup botol bekas yang telah kami kumpulkan dari lingkungan sekitar (sungai, pantai, dan tempat sampah) akan dibersihkan terlebih dahulu dengan air mengalir.Â
2. Kemudian tutup-tutup botol yang sudah bersih akan disortir dan dikelompokkan berdasarkan warna untuk mempermudah menciptakan kombinasi warna yang menarik nantinya, selanjutnya tutup botol plastik tersebut dihancurkan dengan mesin pencacah agar tidak terlalu memakan waktu saat proses pelelehan nanti.Â
3. Setelah dicacah kemudian masukkan 2-3 variasi warna tutup botol ke dalam mesin peleleh bersuhu tinggi untuk dilelehkan (pada proses ini diperlukan baju safety K3 karena lelehan plastik sangat berbahaya bila terkena tubuh).
4. Setelah plastik meleleh sempurna, matikan mesin dan tunggu hingga plastik dingin. Jika sudah dingin maka plastik yang dilelehkan tadi akan membeku dan membentuk papan plasti yang cantik sesuai dengan kombinasi warna tutup botol yang digunakan tadi.
5. Papan plastik siap untuk dibentuk menjadi bahan mentahan aksesoris, jika membuat gelang/kalung maka pada fase ini kami perlu membentuk bulatan manik-manik plastik menggunakan bor yang sudah disiapkan.
6. Setelah bahan mentahan manik sudah siap, terakhir kami hanya perlu merakit butiran-butiran tersebut menjadi kalung, gelang, gantungan kunci, dan aksesoris lainnya didukung dengan bahan-bahan tambahan seperti tali, lem, pengait, dan lain-lain.
7. Selesai deh! Selebihnya tinggal dikreasikan sesuai keterampilan dan keinginan. Jangan lupa pertimbangkan ketahanan, kelayakan, dan stylish juga ya, hehe.
Di bawah ini adalah contoh gantungan kunci dan gelang yang telah kami buat:
Dan masih banyak lagi model aksesoris recycle dari Tim ECO Gifts yang pastinya cantik, unik, dan menarik. Oh ya, FYI nih kami membentuk ECO Gifts ini saat mengikuti program Wirausaha Merdeka MBKM di kampus. Tim kami beranggotakan 5 orang, dengan penulis sebagai CEO sekaligus Foundernya.Â
Meski baru memulai bisnis, alhamdulillahnya produk ini sukses memberikan penjualan yang lumayan loh, bahkan beberapa turist asing di Bali pun tertarik membelinya. Karena capaian yang baik inilah kami mendapat Awards pada Ganesha Digital Enterpreneurs Academy Tahun 2023 dengan kategori Best Innovatif Product.Â
Tentu, ini adalah sebuah awal dari perjalanan bisnis yang baik bagi kami kedepannya. Berawal dari rasa peduli dan cinta terhadap lingkungan, berujung pada industri kreatif yang menghasilkan. Itulah harapan kami kedepannya jika aksi kami ini terus mendapat perhatian dari banyak orang.
Terakhir kami berpesan kepada para pembaca untuk tetap melestarikan dan menjaga lingkungan sekitar dari limbah domestik seperti sampah plastik, cobalah untuk lebih bijak mengelola sampah plastik mulai dari rumah, dan jangan lupa gunakanlah prinsip 3 R di kehidupan sehari-hari juga.
Namun apabila plastik begitu memaksa kalian untuk tetap membuangnya, tenang saja..Â
Kami siap menampungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H