Oke, mungkin sekarang kita sudah mulai memikirkn solusinya.
"Yasudah kalau begitu tinggal ganti aja sumber energinya."
Ya betul, solusinya emang transisi energi, yaitu pemanfaatan energi dari yang tadinya bersifat terbatas dan merusak lingkungan jadi sumber energi yang terbarukan dan lebih ramah lingkungan.
Tapi masalahnya tidak semudah itu proses transisi ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT) ini. Menciptakan sesuatu yang besar tidak didapatkan secara instan.
Ada banyak tantangan yang perlu PLN hadapi dan perlu dipertimbangkan sebelum hijrah ke transisi energi.
Tantangan yang pertama adalah kebutuhan energi seluruh dunia saat ini masih sangat bergantung pada energi fosil.
Melalui data Electricity generation worldwide from 1990 to 2022 di bawah ini kita bisa lihat nih dominasi penggunaan sumber energi fosil dalam kebutuhan listrik dan bahan bakar secara global.
Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan data Inside center dan asosiasi produsen listrik swasta Indonesia baru memproduksi EBT tahun 2018 sekitar 14 % dari produksi energi nasional.Â
Dengan kondisi energi fosil yang masih sangat dominan ini tentu transisinya perlu berproses secara bertahap, itu tantangan yang pertama. Selanjutnya tantangan yang kedua yaitu dari dimensi bisnis dan keuangan.Â
Untuk membangun sebuah industri baru tentu butuh biaya yang diperlukan jauh lebih besar dibanding melanjutkan industri yang sudah ada yang manajemen operasionalnya sudah berjalan secara efisien.Â