Mohon tunggu...
Rizki Maulana
Rizki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Instagram: materialism3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bukan Kabut, Itu Polusi!

25 November 2023   00:49 Diperbarui: 1 Desember 2023   17:32 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi polusi udara di jakarta, sumber pinterest.

Tapi masalahnya warga Jakarta adalah tipikal manusia dengan tingkat ketergantungan kendaraan yang tinggi, padahal Jakarta sudah cukup andal menyediakan transportasi masal dengan sejuta manfaatnya. Ada KRL, MRT, Trans Jakarta, dan LRT. 

Namun tetap saja belum mampu membuat masyarakat hijrah dari transportasi pribadi ke trasportasi umum. Beberapa indikasi disebabkan karena faktor kenyamanan dan efisiensi, namun harusnya itu kembali pada kebutuhan masing-masing. 

Faktor lainnya berasal PLTU. Pak Tulus menjelaskan bahwa Jakarta dikepung oleh 17 PLTU besar di Jawa Barat dan Banten. Meski aktifitas PLN sudah dipastikan aman karena memiliki standar baku moto, tetap saja yang namanya PLTU akan menghasilkan emisi karbon yang tidak baik untuk lingkungan.

Lalu bagaimana solusinya? Tidak ada. Tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi, walaupun serumit dan sekrusial masalah polusi udara di Jakarta. 

Namun sebelumnya perlu kita ketahui bahwa, untuk menyelesaikan masalah yang besar, perlu dimulai dari riset masalah dari skala terkecil hingga terbesar secara komprehensip. 

Adapun secara garis besar permasalahan polusi udara yang berdampak pada beberapa sektor lain di jakarta ini apabila dijabarkan secara eksplisit sebagai berikut:

Data Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK menyebutkan sumber utama penyebab polusi didominasi oleh transportasi, maka pemerintah harus memperbaiki dinamika transportasi seefektif mungkin. 

Warga kota lebih suka naik kendaraan pribadi disamping entitas transportasi umum, itu dikarenakan transportasi umum belum mencapai idealisme kenyamanan dan keamanan bagi penumpang, masih  rawan kriminalitas dan kekhawatiran publik di sana.

Kemudian fenomena ini mengorientasi pada maraknya penggunaan kendaraan pribadi, mirisnya kendaraan tersebut sebagian besar menggunkan bahan bakar berkualitas rendah yang potensial menghasilkan emisi karbon berlebih, seperti pertalite dan solar. 

Nah, ada bagusnya jika kedua BBM jenis ini dihapuskan saja. Ahmad Safrudin Ketua Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal menegaskan usulan untuk penghapusan BBM berkualitas rendah dan kotor sudah dikerahkan. 

Penghapusan jenis BBM ini didasari pada dua persepsi, yaitu:

  • Jenis BBM tersebut tidak sesuai dengan teknologi kendaraan yang sudah diadopsi di Indonesia yaitu EURO2. Pertalite dan solar itu termasuk dalam EURO1. Harusnya bahan bakar yang tidak sesuai ini dihapuskan saja dari pasar agar tidak terjadi trouble pada kendaraan. Contoh kendaraan fourtuner diisi dengan bahan bakar solar, jelas itu dapat merusak kendaraan, demikian juga pajero dan kendaraan di atasnya yang lain menyesuaikan dengan jenis teknologi kendaraan yang ada.
  • BBM kualitas rendah akan menghasilakn emisi buruk yang dapat menyebabkan polusi udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun