Mohon tunggu...
Bung Rizma
Bung Rizma Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Football Blogger - www.pengamatbola.id dan channel YouTube Bung Rizma

Blogger Pengamat Sepakbola sejak 2012 di blog www.pengamatbola.id. Analis Bola dalam program Football Insight di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019). Top ten Football Analyst di UC News tahun 2017. Analis di website sponsor salahsatu klub Liga Indonesia pada tahun 2015 dan 2019. Untuk kerjasama hubungi WA 081282126529 Saya pernah rutin tampil sebagai Analis dalam Program Football Insight yang tayang di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019) Semua ulasan saya bisa dibaca di Blog pengamatbola.id atau ditonton di channel YouTube Bung Rizma

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengenang Kehebatan Real Madrid Era Lorenzo Sanz

1 April 2020   14:23 Diperbarui: 2 April 2020   13:08 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lorenzo Sanz, left, the former president of Real Madrid, holding the European Champions League trophy with his son-in-law, the soccer player Míchel Salgado, in 2000. Mr. Sanz headed the club for five years. Credit: John Sibley/Action Images via nytimes.com

Wabah virus Corona tidak hanya menghentikan aktivitas sepak bola dunia, tetapi juga menghentikan perjalanan hidup salah satu tokoh penting dalam sepak bola Spanyol. Dialah Lorenzo Sanz.

Presiden Real Madrid tahun 1995 sampai 2000 itu wafat di usia 76 tahun pada 21 Maret 2020 karena serangan Covid-19. Tulisan ini adalah penghargaan atas jasa-jasanya selama memimpin El Real.

Lorenzo Sanz adalah presiden Real Madrid sebelum Florentino Perez datang menggantikannya dengan konsep Los Galacticos.

Istimewanya, Real Madrid era Sanz merupakan cikal bakal tim bertabur bintang yang digagas Perez. Sejumlah pemain kunci Los Galacticos Real Madrid yang kemudian menjadi legenda di Santiago Bernabeu datang di era Sanz.

Ya, pemain bintang seperti Predrag Mijatovic, Davor Suker, Clarence Seedorf, Roberto Carlos, Steve McManaman, dan Nicolas Anelka berkostum putih-putih Real Madrid pada masa kepemimpinan Sanz.

Kita kemudian menjadi saksi bagaimana pemain seperti Roberto Carlos menjelma jadi bek kiri legendaris El Real. Mijatovic sendiri adalah pahlawan kemenangan Madrid di final Liga Champions 1998.

Bicara soal pahlawan di final Liga Champions, di era Sanz pula dunia sepak bola berkenalan dengan seorang kiper muda yang ambil aksi dalam kemenangan Madrid di final Liga Champions 2000. Kiper yang dimaksud adalah Iker Casillas.

Anak muda ini lantas tumbuh menjadi salah satu kiper terbaik dan tersukses Madrid sepanjang masa serta jadi kapten ikonik El Real.

Liga Champions memang punya keistimewaan sendiri bagi Madrid era Lorenzo Sanz. Di masanya, El Real memenangkan dua kali trofi Liga Champions pada 1998 dan 2000. Keduanya kemudian jadi trofi yang sarat makna.

Titel juara Liga Champions 1998 memutus masa penantian selama 32 tahun lamanya, sedangkan trofi tahun 2000 jadi yang terakhir kali sebelum "susah payah" dimenangkan kembali oleh Los Galacticos-nya Florentino Perez pada 2014.

Lorenzo Sanz memang bukan presiden Real Madrid paling sukses dan bergelimang gelar juara, tetapi Sanz adalah salah satu bagian penting dari sejarah panjang Real Madrid.

Sejumlah pemain yang aktif bersama El Real pada masa jabatan Sanz adalah pemain-pemain bintang yang tidak kalah hebatnya dengan deretan jagoan Los Galacticos. Berikut adalah komposisi terbaik skuad Madrid era Lorenzo Sanz dalam formasi 4-3-3:

Kiper: Iker Casillas

"Dilahirkan" pada masa Sanz dan jadi kiper utama Madrid untuk waktu yang sangat lama. Muncul di usia belia dan meninggalkan Madrid sebagai seorang kiper sekaligus kapten legendaris El Real.

Bek: Michel Salgado, Fernando Hierro, Ivan Karanka, Roberto Carlos

Jauh sebelum kita mengenal Sergio Ramos dan Marcelo di sisi sayap pertahanan El Real, nama Michel Salgado dan Roberto Carlos di sisi sayap Madrid sudah jadi kombinasi menakutkan bagi lawan-lawan Madrid selama beberapa tahun lamanya. Tambahkan pula keberadaan sang legenda Fernando Hierro di jantung pertahanan.

Tengah: Steve McManaman, Fernando Redondo, Clarence Seedorf

Gelandang terbaik Inggris, Argentina dan Belanda berada dalam satu tim. Ini bukan komposisi yang bisa didapatkan setiap tahun.

Depan: Raul Gonzales, Predrag Mijatovic, Fernando Morientes

Lini paling ketat persaingannya. Pemain sekelas Davor Suker, Nicolas Anelka, Raul Gonzales, Predrag Mijatovic dan Fernando Morientes berebut posisi.

Pilihan jatuh pada duo Raul dan Morientes karena pertimbangan kerja sama yang saling mengisi di antara mereka. Satu slot diisi Mijatovic berkat jasanya mencetak gol tunggal kemenangan di final Liga Champions 1998.

Nah inilah Real Madrid era Lorenzo Sanz. Tim istimewa yang jauh dari sebutan Los Galacticos namun sukses mempersembahkan 2 trofi Liga Champions, 1 titel La Liga Spanyol dan 1 gelar Intercontinental Cup ke dalam sejarah Real Madrid.

Mengingat sepak terjang mereka berarti mengingat jasa-jasa Lorenzo Sanz. Thank you. Sanz. Rest In Peace.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun