Kita pun dapat menjadi pelopor yang mendukung ODGJ dengan cara sederhana, misalnya, mendukung orang-orang gangguan kejiwaan dan keluarga mereka dengan mengurangi diskriminasi.
Cara sederhana untuk membantu termasuk belajar dan berbagi fakta tentang kesehatan mental. Lalu, untuk menghapus stigma, kita juga sebaiknya tidak melabeli atau menghakimi orang pengidap penyakit mental dengan sebutan ''orang gila''. Caranya, perlakuan mereka dengan hormat, seperti kita melakukannya pada orang lain.
Secara psikologis ODGJ membutuhkan kasih sayang dan perhatian keluarga akibat menurunnya kemampuan aktivitas fisik dan mental. Keluarga adalah garda terdepan dalam menjaga kesehatan jiwa anggotanya dan menjadi pihak yang memberikan dukungan dan pertolongan pertama psikologis apabila tampak gejala yang mengarah pada kekambuhan ODGJ.
Pada akhirnya mereka yang mengalami gangguan jiwa tetaplah manusia yang memiliki hak yang sama seperti semua orang sehat di dunia ini. Agaknya, saling menghormati, menghargai dan mengasihi menjadi sesuatu paling mulia yang dapat kita lakukan untuk tetap bisa hidup berdampingan secara damai dengan mereka yang sedang berjuang melawan suara dalam kepala.
Maka dari itu, orang-orang dengan gangguan jiwa sudah selayak untuk tetap diayomi dan di sayangi meskipun ia sedang menjadi sakit. Jadi, apakah masih lumrah manusia memanggil manusia lainnya dengan sebutan ''orang gila'' dengan stigma yang lekat?
Daftar Pustaka
Widya, D. Jusuf, W. (2019, 15 Oktober) Gangguan Kejiwaan Bukan Kejahatan, Stigmatisasi Harus Dihentikan. Retrieved from tirto.id
Kurniawan, D. (2019, 11 April) Apa itu ODGJ? 5 Hal Penting Ini Perlu Kamu Tahu Tentang Gangguannya. Retrieved from IDN TIMES
Adzani, F. (2019, 19 November) Kenali Beragam Gangguan pada ODGJ yang Sering Ditemui. Retrieved from SehatQ
Annonymous. Penyandang Disabilitas Mental. Retrieved from InteL MEDIA
Adrian, K. (2018, 27 November) Pasien Tidak Langsung Dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa, Berikut Prosesnya. Retrieved from Alodokter