Selain itu, konsep sustainable urban telah di rancang dalam naskah SDGs yang merupakan serangkaian tujuan yang telah ditetapkan oleh PBB dalam mengatasi global serta untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. PBB kemudian mengaturnya dalam 17 tujuan utama, yaitu; tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, air besih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, kota dan pemukiman yang berkelanjutan hingga penanganan dan perubahan iklim.Â
  Salah seorang aktivis iklim, Greta Thunberg menyoroti salah satu urgensi SDGs yang membahas penanganan dan perubahan iklim. Menurutnya, urgensi penanganan iklim sudah harus ditangani dengan segera, ia menyoroti penanganan terhadap iklim yang masih belum teratasi. Greta kemudian menekankan percepatan tindakan dikarenakan penundaan penanganan akan berdampak pada peningkatan suhu bumi, kerusakan keanekaragaman hayati, serta timbulnya bencana alam. Selain itu, ia mengemukakan sebuah slogan "There  is No Planet B" yang bermakna tidak ada tempat tinggal lain selain bumi yang kita huni. Oleh sebab itu, penanganan iklim ini merupakan tanggung jawab bersama. Salah satunya adalah dengan berkolaborasi antar semua pihak, baik pemerintah, lembaga masyarakat, maupun masyarakat.  Â
  Oleh karena itu, MAPALA yang berkecimpung di ranah pelestarian alam perlu 'melebarkan sayap' nya dan tidak bisa bergerak sendiri. Dalam beradaptasi dengan modernisasi, organisasi MAPALA juga perlu bertransformasi menjadi modern. Modern dalam artian, beradaptasi dengan kemajuan teknologi, digitalisasi, perubahan sosial budaya serta tantangan yang sesuai dengan zaman. MAPALA perlu ikut serta dalam mengambil peran sebagai agen perubahan suatu negara.  Â
  Menyikapi hal tersebut, setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota MAPALA dalam bertransformasi terhadap zaman, yaitu:  Â
1. Berintegrasi dengan Teknologi Â
  Percepatan teknologi mengubah kebiasaan masyarakat yang semakin terpaku pada digitalisasi. Dalam hal ini, anggota MAPALA pun turut serta dalam penggunaan teknologi. Salah satu diantaranya adalah dengan memanfaatkan teknologi digital dalam berekplorasi terhadap alam.  Â
  Pada saat anggota MAPALA melakukan aktivitas di outdoor baik itu DIKLAT, Mabim, Pengembaraan/Pengambilan Nomor, Ekspedisi dan kegiatan outdoor lainnya. Anggota MAPALA perlu menggunakan teknologi navigasi modern seperti Global Positioning System (GPS) dan Radio Detection and Ranging (RADAR).Â
  Selain itu, MAPALA perlu memanfaatkan platform media sosial sebagai sarana dalam mempublikasi kegiatan alam bebas, edukasi masalah lingkungan dan kampanye pelestarian alam. Hal ini berguna dalam menarik minat masyarakat luas serta mendorong kegiatan pelestarian alam.  Â
2. Pendekatan Secara Profesional Â
  Sebagaimana solidaritas sebagai nilai yang dijunjung tinggi oleh anggota MAPALA, MAPALA pun perlu berkolaborasi dengan berbagai elemen baik itu pemerintah, lembaga swadaya, perusahaan dan kampus. Selain itu, hasil eksplorasi alam yang telah dilaksanakan tidak hanya menjadi cerita di sekre saja, melainkan diolah menjadi sebuah penelitian atau karya yang memiliki nilai dan dampak bagi masyarakat. Tidak hanya itu, dalam mempersiapkan bonus demografi, anggota MAPALA pun harus memiliki sertifikat profesional untuk menunjang keahlian serta menjadi bukti akan keterampilan, skill dan ilmu yang telah dikuasai.  Â
  Selain itu, pola komunikasi yang dilakukan didalam ekosistem MAPALA harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Inklusifitas MAPALA harus dapat bersinergi dengan elemen masyarakat lainnya. Kegiatan pun dapat dikemas lebih menarik dan dapat menarik banyak minat bagi masyarakat luas. Nilai keberlanjutan seperti pengurangan plastik dalam berkegiatan dan penggunaan barang ramah lingkungan tetap harus dilestarikan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!