Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ekosentrisme, Seni Merawat Lingkungan Melalui Akal

2 November 2023   17:14 Diperbarui: 2 November 2023   18:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Pohon adalah puisi yang ditulis bumi diatas langit"--Khalil Gibran

---------

Berdasarkan data yang diambil oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK, hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2019, luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta ha atau 50,1% dari total daratan. Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam flora dan fauna yang melimpah.


Belum lagi melihat adanya proyek infrastruktur Ibukota Nusantara yang sedang masa pembangunan di Kalimantan. Hal ini tentu sangat berdampak bagi wilayah hutan yang ada disana. Terlebih, Kalimantan juga merupakan dinobatkan sebagai paru-paru dunia di karena kan luas hutan nya merupakan terbesar kedua di dunia. Akan tetapi, kondisi geografis yang sangat melimpah ini kurang dimanfaatkan dengan baik, sehingga makin bertambahnya tahun luas wilayah hutan yang ada di Indonesia mengalami pengurangan lahan atau yang biasa di sebut dengan deforestasi alam.

Guiness Book of The Record bahkan sampai menganugrahi Indonesia sebagai negara yang laju kerusakan hutannya tercepat di dunia. Faktor utama deforestasi ini sebenarnya banyak, bisa karena adanya pembakaran lahan dengan sengaja yang tujuan nya adalah konversi atau pengalihan lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan sawit. Bisa juga terjadi karena adanya penambangan secara ilegal yang membuat pepohonan dibabat habis. Hal ini menjadikan wilayah hutan di Indonesia mengalami kerusakan yang menyebabkan terjadi bencana seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), kaburnya satwa dari hutan ke pemukiman warga, kekurangan air bersih, peningkatan emisi gas karbon, pemanasan global, dan mengurangi biodiversitas.

Lalu bagaimana?
Menjaga hutan sama saja menjaga kelestarian alam. Sebelum kita beranjak lebih jauh tentang bagaimana cara menjaga hutan, tindakan apa yang bisa dilakukan atau sebagainya, hal yang perlu di ketahui oleh kawan kawan adalah makna hutan bagi manusia itu sendiri.

Pemahaman tentang "hutan adalah bagian kita" adalah hal yang perlu ditanamkan sejak dini. Dalam perkembangan pemikirannya, manusia kerap kali menjadi tokoh antagonis yang ingin merebut seluruh kekayaan alam yang berada di lingkungan sekitar. Hal inilah yang menjadikan hutan tidak dianggap penting. Padahal, hutan merupakan makhluk hidup juga, sama seperti manusia yang perlu dijaga dan di dirawat. Pemikiran ini kemudian disebut dengan pemikiran ekosentrisme.

Apa itu Ekosentrisme?
Ekosentrisme merupakan suatu paham dari perkembangan paham biosentrisme. Jika biosentrisme merupakan paham yang menitikberatkan pada subjek ekosistem biotik yang bernilai, ekosentrisme menitikberatkan keseimbangan ekologis antara manusia dengan lingkungan merupakan dua subjek yang sama bernilainya dan perlu dijaga keduanya. Karena kedua nya saling berkaitan dan saling membutuhkan di kehidupan sehari hari. Ekosentrisme juga tidak menitikberatkan satu nilai dengan nilai lainnya yang saling bertumpukan, karena secara  fundamental juga keduanya sama sama memiliki nilai yang sangat berharga.

Bayangkan saja, hampir segala produk yang ada di tengah tengah kita berasal dari alam. Sandang, pangan dan papan, semuanya pasti bersinggungan langsung dengan alam. Bahkan secanggih apapun teknologi, sumber daya alam pasti tetap terpakai dan dibutuhkan.

Paham Ekosentrisme juga memiliki beberapa tujuan. Dari segi pandangan etis, adanya paham ini mendorong manusia secara moral untuk bisa melestarikan alam dan menjaga ekosistem di lingkungan sama seperti dia merawat dirinya sendiri. Secara filosofisnya, Ekosentrisme membuka pikiran manusia untuk bisa memposisikan ekosistem yang ada di alam seperti manusia. Selain itu, Ekosentrisme bertujuan sebagai patokan manusia dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Tak di pungkiri, setiap tahunnya populasi manusia di dunia akan selalu bertambah. Hal ini pasti akan berdampak pada kawasan yang ada di tengah tengah kita. Penggunaan sumber daya alam pun akan semakin banyak, oleh karena itu perlu adanya pengerem dari tindakan yang akan dilakukan manusia untuk mencapai kebutuhan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, kawan kawan yang bergerak di lingkungan sering menyebutnya dengan pembangunan keberlanjutan yang adil. Dalam artian, meskipun kebutuhan manusia itu banyak, akan tetapi wilayah hutan yang di pergunakan hanya seperlunya saja, dan apabila wilayah tersebut sudah di babat maka perlu adanya penanaman kembali supaya pohon pohon yang di tebang bisa tumbuh di kemudian hari.

Bagi saya pribadi, paham Ekosentrisme menjadikan pondasi awal bagi anak anak dalam menjaga lingkungan. Tanamkan pada kawan kawan sekitar juga tentang esensi tersebut, sebab jika hutan terus dibabat habis, tanah terus dikeruk, dampaknya akan kita rasakan juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun