Jadi apabila mereka membutuhkan listrik, mereka datang ke daerah luar baduy yang terdekat. Masyarakat suku baduy luar juga sudah banyak yg mempergunakan kendaraan bermotor. Hebatnya, meskipun mereka sudah mengenal kebiasaan masyarakat di luar, adat istiadat mereka tidak luntur.Â
Peraturan adat mereka pun di jalani tanpa adanya paksaan. Apabila ada yg melanggar, tak tanggung tanggung hukumannya adalah di usir dari daerah baduy tersebut.
Suku baduy dalam sendiri terdiri dari 3 kampung, yaitu : cibeo, cikeusik, dan cikartawana. Menurut orang disana, cibeo dikenal dengan daerah yg paling bisa toleransi perihal aspek kemanusiaan.Â
Kepekaan mereka terhadap kehidupan bersosial juga lebih tinggi. Sedangkan daerah cikeusik dikenal sebagai daerah yg kental akan spiritualitasnya. Karena itu, cikeusik menjadi daerah yg banyak menghasilkan para tokoh kepercayaan. Bahkan, menurut masyarakat disana, banyak masyarakat luar baduy yg sering meminta kelancaran untuk urusannya ke daerah tersebut.Â
Sedangkan cikartawana menjadi daerah yg sangat mampu melestarikan alam dg baik. Kepekaan mereka dalam menjaga alam bahkan patut di acungi jempol.Â
Sebab, masyarakat disana benar-benar melarang adanya perusakan alam. Mereka juga bahkan mampu mengenal jenis tumbuhan dan mempunyai teknik tersendiri dalam menjaga tumbuhan supaya dapat tumbuh subur hingga berumur panjang.
Banyaknya peraturan di suku baduy tak membuat mereka keberatan dalam menjalaninya. Sebab, ada makna yg tersirat di balik aturan tersebut.Â
Seperti membuat rumah dengan bahan alami, maknanya adalah supaya tidak merusak alam dan tekstur tanah. Dalam pembuatan rumahnya pun, area pintu sengaja di buat sedikit lebih pendek dengan filosofi bahwa mereka haruslah sopan dan rendah hati terhadap suku mereka sendiri.Â
Lain halnya, filosofi ketika mereka membuat satu pintu saja dalam satu rumah adalah supaya di dalam hidup mereka tidak boleh menikah dua kali dan apabila mereka sudah di akad dengan satu orang, mereka tidak boleh menggugat cerai. Memang, di suku baduy sendiri masih menganut sistem perjodohan antar suku. Sehingga kawasan mereka tetap di huni dengan suku mereka sendiri.
Di baduy juga memiliki banyak filosofi, seperti panjang tak boleh di potong, dan pendek tak boleh di sambung. Filosofi tersebut mengajarkan supaya bisa hidup sederhana tanpa berlebihan. Kecukupan mereka menjadikan diri mereka rendah hati.
Kiranya tak cukup dengan tulisan sepatah dua patah kata, keunikan suku baduy tak akan pernah berhenti. Bahkan, dituliskan artikel, disertasi, jurnal, dan lain-lain tidak akan pernah bisa terungkap secara menyeluruh tentang keindahan dan keunikan tersebut. Untuk mengungkapnya sendiri, pembaca bisa langsung datang ke daerah tersebut dan menikmati beribu macam cerita yang tidak bisa di temui di internet.