Mohon tunggu...
Nature Pilihan

Menjaga Nafas Pertanian Indonesia

22 Januari 2019   07:00 Diperbarui: 22 Januari 2019   07:33 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa, apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka "malapetaka", oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner"

- Ir Soekarno

Indonesia sebagai negara agraris, terkenal sebagai Gemah Ripah Loh Jinawi, artinya kekayaan alam yang berlimpah. Karena dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara tropis, yang subur serta mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, selain itu dengan banyaknya jumlah gunung yang memuntahkan bahan organik, maka Indonesia terkenal sebagai negeri yang subur dan sangat potensial untuk dikembangkan sektor pertaniannya, dan guru SD sampai SMA kita pun mengajarkan bahwa, mengapa banyak negara eropa hadir ke Indonesia? karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, bahkan Belanda dan Portugis pun mati-matian mempertahankan Indonesia dengan segala kemampuan demi menguasai Nusantara, karena tergiur dengan melimpahnya sumber daya alam pertanian Indonesia.

Petani, Riwayatmu Kini

Melihat kondisi geografis serta historis rakyat Indonesia, Maka tak heran jika sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2009, jumlah petani total mencapai 44% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Walaupun mendominasi jumlah pekerja di Indonesia, namun apakah pertanian menjadi sektor pertanian yang dilirik oleh rakyat? data tahun 2014 membuktikan bahwa jumlah petani tahun 2014 berjumlah 35,54 juta orang, artinya dalam jangka waktu lima tahun, sudah menurun sekitar 11 juta orang, dan hal ini menjadi tamparan bagi Indonesia,

Selain penurunan jumlah petani di Indonesia, dari segi kelompok usia petani muda Indonesia yang seharusnya menjadi penerus masa depan dunia pertanian Indonesia, umur petani muda Indonesia semakin sedikit. Data BPS tahun 2013, tentang sensus pertanian dan kelompok umur petani ialah, jumlah petani muda di kelompok 25-35 sebanyak 3.129.644 orang. Semakin usia ke bawah pun semakin sedikit. Pada kelompok usia 15-24 tahun, jumlah petani hanya 229.943 orang. Jumlah paling sedikit pada kelompok di bawah usia 15 tahun, yakni 3.297 orang.

'Le, Ojo Dadi Petani, koe kuliah wae dadi sarjana, dadi karyawan, gajine akeh', ucapan ini sering terdengar dari orang tua yang bekerja sebagai petani, mereka mengganggap bahwa pekerjaan petani tidak memilki masa depan yang baik, sehingga orang tua melarang anaknya menjadi petani, hal ini menyebabkan regenerasi petani menjadi buruk. Sebenarnya hal ini merupakan hasil dari efek domino akibat dari kebijakan ataupun iklim dunia pertanian yang tidak menguntungkan, sehingga berefek kepada banyak hal, salah satunya adalah regenerasi pertanian yang akan sangat berpengaruh terhadap masa depan dunia pertanian Indonesia, menjadi tulang punggung penyedia pangan bagi 260 juta rakyat Indonesia.

Petani dan Desa

Berbicara pertanian, maka sangat erat kaitannya dengan desa, dimana mayoritas masyarakatnya masih mengandalkan alam untuk penghidupannya. Desa menjadi penyokong utama dalam dunia pertanian di negara manapun, oleh karena itu pembangunan pertanian sangat erat dengan pembangunan pedesaan.

Simpulan dari paragraf diatas adalah, bahwa penyokong pangan utama adalah berasal dari desa itu sendiri. Desa menjadi tempat (pabrik) pangan besar-besaran untuk masyarakat yang hidup di perkotaan, yang mereka notabenenya tidak bisa menghasilkan pangan sendiri dan harus di distribusikan dari desa, maka desa adalah tulang punggung utama pangan Indonesia !

Pergeseran Pola Pekerjaan Pemuda Desa

Akhir November 2018 hingga awal Desember 2018 menjadi saksi berkumpulnya perwakilan mahasiswa pertanian se Indonesia, disana berkumpul dari berbagai pulau di Indonesia dengan membawa misi mengukur keberhasilan program kementerian pertanian dengan terjun langsung ke desa. Disana saya hadir sebagai perwakilan mahasiswa pertanian UNS yang mewakili cluster Jawa Tengah.

Sisi lain yang saya dapatkan dari teman-teman mahasiswa pertanian se Indonesia pasca melakukan survei di desa adalah mulai turunnya minat masyarakat terkhusus kalangan muda untuk menjadi petani, mereka (anak muda) lebih memilih bekerja di Industri, Perdagangan atau Jasa yang memiliki kepastian pendapatan yang lebih baik di tiap bulannya, lalu kalau semua anak muda di desa ber mindset seperti ini, bagaimana nasib PERTANIAN INDONESIA kedepan??

Menjaga Nafas Pertanian Indonesia

Pada tahun 2012, 70% penduduk Amerika Serikat bertempat tinggal di perkotaan, namun jumlah petani di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari total penduduk Amerika Serikat. Trend seperti ini terjadi hampir di semua negara maju yang memprioritaskan Industri dan Jasa sebagai sarana lapangan pekerjaan.

Maka trend penurunan jumlah petani di Indonesia merupakan hal yang sudah terjadi di negara maju dunia, oleh karena itu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara untuk terus menjaga nafas sektor pertanian agar terus mampu memberikan kebutuhan pangan bagi penduduk di Indonesia.

Tiga tantangan terbesar agar nafas pertanian di Indonesia terjaga adalah peningkatan produktivitas, modernisasi pertanian dan distribusi pangan serta komponen pendukung berupa perlindungan lahan pertanian.

Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas pertanian adalah terkait dengan intensifikasi pertanian agar dengan jumlah lahan yang ada dapat meningkat produktivitasnya serta dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang semakin bergerak tumbuh berada di perkotaan.

Produktivitas pertanian juga terkait dengan ketahanan pangan di Indonesia, dengan salah satu indikatornya adalah menyediakan sepenuhnya kebutuhan pangan dari dalam negeri, terutama pada komoditas utama seperti padi, jagung, kedelai, hortikultura, unggas, telur dan kebutuhan utama lainnya yang menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia.

Saya pikir dalam hal peningkatan produktivitas pertanian pemerintah sudah sangat intens, terlihat dari program kementerian pertanian yang dominannya adalah masalah peningkatan produktivitas pertanian seperti upsus pajale, bantuan berupa subsidi benih, pupuk, alat mesin pertanian, pendampingan dan sebagainya.

Modernisasi Pertanian

Semakin mahal dan langkanya tenaga kerja pertanian menyebabkan bengkaknya beban produksi pertanian di tingkatan petani, terlebih dengan trend perubahan lapangan pekerjaan yang lebih banyak terserap di sektor industry dan jasa, menyebabkan langkanya buruh tani yang ada di desa, kalau ada pun sudah dalam kondisi umur yang tua, sehingga untuk masa selanjutnya perlu digantikan oleh sesuatu yang lebih efektif dan efisien.

Tenaga kerja tersebut dapat digantikan dengan alat mesin pertanian (alsintan) yang lebih efektif dan efisien, menurut Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian I Ketut Kariyasa menjelaskan, penggunaan traktor roda 2 dan roda 4 mampu menghemat penggunaan tenaga kerja dari 20 orang menjadi 3 orang/hektar (ha). Selain itu, biaya pengolahan tanah menurun sekitar 28 persen.

Tantangan yang muncul ketika sata bertanya dengan petani di Indonesia adalah tidak tepatnya alsintan dalam penggunaan di lahan dikarenakan kondisi lahan pertanian yang beragam, ada yang rata (dataran rendah), ada pula yang tidak rata lahannya, karena berada di dataran tinggi. Kondisi tekstur tanah juga menyebabkan tidak tepatnya penggunaan alsintan sehingga beberapa bantuan dari Kementerian Pertanian tidak tepat guna.

Hal ini perlu dibenahi dengan disesuaikannya bantuan alsintan dengan kondisi lahan yang beragam, serta pentingnya pendampingan pada kelompok tani yang mendapatkan bantuan berupa alsintan.

Distribusi Pangan

Harga pangan di Indonesia cenderung tidak stabil dan mengarah pada kerugian petani. Karena memang sifat produk pertanian yang musiman dan tidak tahan lama, menyebabkan harusnya dilakukan penanganan segera ketika masa panen tiba, beberapa efek dari hal ini adalah adanya masa panen raya yang menyebabkan harga turun drastis, sementara di saat panen sedikit, harga bisa naik dengan drastis. Terkadang hal tersebut juga disebabkan adanya oknum-oknum yang biasa disebut mafia pangan yang bermain demi keuntungan pribadi, namun sangat merugikan petani. Mafia pangan akan terus ada dikarenakan panjanganya rantai pasok pertanian di Indonesia.

Pemotongan rantai pasok dan stabilitas harga menjadi kunci dalam penjagaan distribusi pangan di Indonesia. Sudah banyak muncul Start Up di bidang pertanian yang berfokus pada pemotongan rantai pasok, yaitu dengan sistem penjualan online, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi petani, karean harga jualnya bisa ditentukan oleh petnni, serta memudahkan akses dari konsumen tersebut. Kedepan, sistem-sistem distribusi pangan yang mudah dengan harga yang ramah harus terus digalakan demi menjawab tantangan distribusi pangan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun