Mohon tunggu...
RIZKI FEBY WULANDARI
RIZKI FEBY WULANDARI Mohon Tunggu... Editor - Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Menorehkan segala ambisi dan luka di atas tinta, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja terdapat kelegaan di sana. Pelajaran yang tercatat tidak akan musnah meski waktu menggerusnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Opini: Diary Mahasiswa Akhir: Semester Tergetir, Menyudahi Hidup Bukan Pilihan Terakhir

11 November 2022   12:51 Diperbarui: 11 November 2022   12:51 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah mahasiswa akhir yang sedang meraba masa depan sembari berusaha menikmati selimut ketakutan menghadapi problematika di depan mata. Jika ditelisik apa yang mengganggu ketenangan jiwa banyak sebab yaa... secara usia ini memasuki masa quarter life crisis yang banyak sekali pikiran enggak masuk akal menerjang layaknya badai yang menguji ketangguhan.

Akhir-akhir ini perasaan gelisah menyelimuti hati, entah karena kurang ngopi atau banyak beban menggelendoti diri. Kegelisahan ini muncul beberapa hari bahkan sebelum sobat saya mengirim sebuah postingan mengenai, depresinya mahasiswa akhir yang menyebabkan  bunuh diri.

Saya enggak tahu seberapa berat beban hidup yang menggelendoti pikiran mahasiswa akhir tersebut. Berita mengenai bunuh diri di kalangan mahasiswa juga tidak hanya satu dua. Kita samakan pandangan terlebih dahulu, bukan mengenai seberapa berat bebannya. Akan tetapi seberapa tangguh atau rentannya mental dalam diri seseorang.

Bukan bermaksud mendiskreditkan atau merendahkan, namun mengajak kita untuk tidak memukul rata beban yang diangkut seseorang dan menganggapnya itu suatu hal yang sepele.

Di masa perkuliahan akhir ini, semua terasa beratnya. Meskipun perkuliahan sudah tidak ada yang diselenggarakan dalam kelas. Semua dikembalikan pada kesadaran mahasiswa sendiri. Hal inilah yang menjadi momok para mahasiswa, termasuk saya. Bagaimana kita mengajak diri sendiri yang sedang dirundung kemalasan untuk bergerak.

Sebelum keluh kesah saya tuangkan dalam tulisan, rasa syukur harus terlebih dahulu tercurahkan biar bagaimana pun, alhamdulillah diri diberi kepercayaan menjadi guru dadakan yang sebenarnya tidak disangka bisa semudah itu mendapat pekerjaan sebelum lulus sarjana.

Jujur, di awal semester ini memang diri punya planning sembari memikirkan skripsi juga ingin berkerja terlebih dahulu sebelum wisuda. Itung-itung mencicipi dunia luar atau curi start. Kerja apapun kemarin tujuan yang saya canangkan.

Dilema Pekerjaan dan Peskripsian

Sebenarnya jika dilihat secara kasat mata, tidak ada beban yang besar yang saya hadapi. Hanya saja masih ada keganjalan dan sesuatu pikiran yang ingin saya selesaikan. Hal inilah termasuk yang mendasar. Berdamai dengan diri sendiri. Ini juga yang menjadi topik penelitian yang saya angkat. Mengenai luka batin masa kecil.

Sehingga, sedikit banyak saya tahu persis apa yang menjadikan kegelisahan seseorang meski dalam kehidupan kasat mata mereka dilimpahi kecukupan. Yap, berdamai dan mensyukuri diri sendiri. Meski prosesnya memakan waktu seumur hidup. Tapi kita coba untuk tergerak dari saat ini.

Belum lagi ditambah, ekspektasi sekolah yang saya ampu dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah besar. Jujur, sebenarnya ini bisa diatasi saat saya sudah merasa nyaman dan tenang. Akan tetapi, kecambuk dalam pikiran yang memikirkan penelitian belum terlaksana, bagaimana pengelolaan datanya, bagaimana hasilnya, ini yang masih menggelitik relung jiwa yang membuat diri diselimuti ketidaktenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun