Mohon tunggu...
RIZKI FEBY WULANDARI
RIZKI FEBY WULANDARI Mohon Tunggu... Editor - Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Menorehkan segala ambisi dan luka di atas tinta, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja terdapat kelegaan di sana. Pelajaran yang tercatat tidak akan musnah meski waktu menggerusnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Mengaku Menyerah dengan Rencanaku: Menerima Takdir Terbaik dari-Mu

11 November 2022   11:49 Diperbarui: 11 November 2022   11:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pe

Oleh: Rizki Feby Wulandari

Teruntuk Jodohku yang tidak tahu ada di mana, bernama siapa, sudah bersua tidaknya, dan tentunya masih menjadi rahasia.

Seorang yang entah siapa yang akan berlabuh dalam hati ini untuk yang terakhir. Sampai akhir dan awal kehidupan setelah kematian. Mungkin aku terlalu lancang, menyebutmu sekarang sedangkan ajal tidak memberi bocoran.

Entah kita dipersatukan di dunia sekarang atau di akhirat kemudian. Aku hanya ingin menuliskan carut-marut hati saat ini. Menulis memang senjata paling ampuh untuk meluluhkan waktu dan menerobos masa depan.

Cinta, jika kita memandangnya sebagaimana idealnya, kurasa kapanpun ia datang, menghinggapi hati siapapun, dan tiba-tiba bertemu di scene kehidupan bagian apa. Semua terlaksana betapa indahnya. Kata penyesalan seharusnya tidak keluar dari mulut para pecinta yang ulung.

Kita hari ini merupakan akumulasi keinginan, keputusan, harapan/ekspektasi, bahkan prinsip masa lalu yang berserakan lalu kita pungut dan tetapkan. Teruntuk para pengembara cinta yang sedang mencari cinta sejatinya silakan saja, asal risiko dan tantangan yang kisanak ambil worth it dengan pembelajaran yang kisanak dapat.

Teruntuk pengabdi cinta sejati yang memilih menunggu sang pangeran atau bidadari idaman. Menanti ia menghampiri lalu kisanak mempersembahkan kesucian cinta masih terjaga. Sungguh, hal itu sangat mulia jangan beranggapan bahwa hanya Kesia-siaan belaka. Bahkan Tuhan juga telah menjanjikan dalam kalam-Nya.

Sejauh apa perjalanan yang kita tempuh sebagai bentuk ikhtiar menggenapkan setengah iman yang belum disatukan. Semua akan berbuah manis. Asalkan sobat mojok, tidak melanggar larangan-Nya dan menodai kesucian cinta itu sendiri.

Jika pilihan yang Sobat Kompasiana ambil ialah untuk menjaga kesucian-Nya. Yaa lanjutkan dengan perjuangan mulia itu, ingat janji Tuhan Mu itu pasti. Meskipun ada dua versi, jodoh adalah cerminan diri, atau jodoh memiliki sifat berkebalikan untuk saling melengkapi.

Pesan saya untuk pengembara cinta dan penjaga hati jangan pernah menyesali sejelek atau sebrengsek persinggahan yang hadir. Ia akan menjadi hal baik, jika kita bijaki dengan mengambil pelajaran sejak dini.

Ada satu lagi pesan teruntuk penjaga hati kesucian. Jangan pernah menjadikan perjuanganmu dalam penjagaan hati untuk menutup akses pada seseorang yang pernah keliru di masa lalu. Tidak ada seorangpun yang sempurna. Beruntunglah kamu yang bisa menjaga diri, tapi jangan menghakimi seorang dari masa lalunya yang kelam. Asalkan dia sudah berada dalam pintu gerbang pertaubatan.

Tulisan ini, mewakili perasaan perempuan teruntuk jodoh di masa mendatang. Hasil renungan yang mendalam dibingkai ketakutan pada Tuhan. Maafkan daku yang mengizinkan seorang masuk ke dalam hati dan menyita keseluruhan ruangan di dalamnya bahkan tak jarang melebihi kecintaan pada-Nya.

Maafkan, jika berkali air mata menetes untuk seorang yang belum halal. Kau tahu apa yang kami, perempuan khawatirkan??? Siapa jodoh di masa mendatang. Menerka mengira sesuatu yang singgah ini untuk selamanya.

Diri ini sekarang merasakan menjadi mahasiswa sebenarnya karena sudah memasuki semester akhir, perkuliahan tidak bisa disambil hahahihi, tanggungjawab di luar perkuliahan mulai dari keluarga, masyarakat, dan sebagainya juga mulai terasa.

Nahasnya, banyak mahasiswa yang gagal karena terlena karena waktu menjelma menjadi fatamorgana yang melimpah. Padahal, kewajiban yang harus terjalankan lebih banyak daripada waktu yang tersedia.

Tulisan ini bukan untuk apa-apa hanya saja ingin merefleksikan kegelisahan dalam hati. Alibi karena terkadang terbesit pikiran merasa iri dengan teman yang memiliki doi.

Tapi tenang akan ku yakinkan dirimu bahwa aku bisa jaga diri. Meskipun maafkan daku yaa pernah menangisi seorang dengan tidak tahu diri, dan itu bukan kamu, jodohku.

Maafkan hati yang pernah sakit karena berharap tidak pada illahi robbi. Maafkan daku yang menyerah dan membuka hati sebelum kau datang menghampiri.

Kau tahu, betapa beruntungnya daku? Tuhan maha penyayang tidak ingin membiarkanku berlama-lama dalam jurang kemaksiatan.

Setelah menyadari segala hal yang terjadi sama sekali tidak mendekatkan diri pada sang Robbi. Diri ini memang sedikit lugu, tapi insting baik buruk masih tercium selalu.

Setelah tersadarkan perempuan polos ini sedang berusaha mengisi kesendiriannya dengan cara menikmati setiap detik penantian.

Di sela penantian ini, kusadari banyak sekali kekurangan dan persiapan yang harus ditempuh sebelum bertemu dan bersatu denganmu. Sebelum kita belajar bersama, alangkah indah setiap dari kita punya bekal dan saat berdiskusi kita saling mengisi.

Daku dengan segala sifat keperempuanan yang kadang kekanak-kanakan ku ingin kau bimbing dengan kedewasaanmu. Sepintas terkesan indah. Padahal egois itu, realitanya kau pasti lelah jika setiap saat kenakanku mendominasi mu.

Tidak elok juga semua luka batin masa kecil, kehilangan pria yang menjadi penopang hidup menjadi bebanmu.

Daku pun berusaha sembuh dari luka itu, agar sehat lahir batin saat bertemu denganmu.

Memperpantas diri menjadi kata yang pas, namun rintangan mengintai. Gangguan dan pikiran lain berusaha mengelabuhi. Maafkan aku yang masih seperti ini.

Tapi tenang, dirimu di sana yang sedang berjuang. Secara tidak langsung energi dan doa yang kau sulutkan dari sana tidak akan salah sasaran. Keresahan akan diri ini yang membuatku tidak lantas terdiam. Melainkan berusaha untuk memperpantas dan saling memantaskan.

Untuk saat ini, ku berusaha sabar dan menikmati penantian. Kau dengan perjuanganmu, dan aku dengan kesibukanku. Sebelum pada akhirnya Tuhan menyatukan kita dengan kesibukan kita berjuang bersama.

Tidak perlu aku sebutkan seperti apa lelaki idaman yang aku nantikan. Cukup hanya takut pada Tuhan dan tidak gentar faktor lain -jabatan, harta, kecerdasan, kekuasaan- sudah membuatku tenang. Nikmat kecemburuan hanya sebagai bumbu, bukan musuh yang harus kita perangi.

Hanya keimanan dan ketaqwaan yang tajam yang membuatku nyaman dan kupercayakan segalanya padamu. Tidak mudah tergadaikan jika kau hanya takut pada Tuhan, termasuk cinta yang aku berikan.

Daku tahu kau yang nantinya aku patuhi setelah illahi robbi dan nabi. Menjadi panutan bagi anak-anak kita. Menjadi kepala dalam rumah, dan kita berkerja-sama membangun peradaban mulai dari terkecil yaitu rumah tangga.

Di mana pun engkau berada semoga naungan keberkahan selalu menaungi kita, kemudahan/kebahagiaan di setiap rencana dan peristiwa meningkatkan keimanan.

Begitu juga setiap kesulitan/kesedihan menambah kedekatan kita pada-Nya. Kapanpun kita dipertemukan semoga dengan hati yang penuh keimanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun