Mohon tunggu...
RIZKI FEBY WULANDARI
RIZKI FEBY WULANDARI Mohon Tunggu... Editor - Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Menorehkan segala ambisi dan luka di atas tinta, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja terdapat kelegaan di sana. Pelajaran yang tercatat tidak akan musnah meski waktu menggerusnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Mengaku Menyerah dengan Rencanaku: Menerima Takdir Terbaik dari-Mu

11 November 2022   11:49 Diperbarui: 11 November 2022   11:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sela penantian ini, kusadari banyak sekali kekurangan dan persiapan yang harus ditempuh sebelum bertemu dan bersatu denganmu. Sebelum kita belajar bersama, alangkah indah setiap dari kita punya bekal dan saat berdiskusi kita saling mengisi.

Daku dengan segala sifat keperempuanan yang kadang kekanak-kanakan ku ingin kau bimbing dengan kedewasaanmu. Sepintas terkesan indah. Padahal egois itu, realitanya kau pasti lelah jika setiap saat kenakanku mendominasi mu.

Tidak elok juga semua luka batin masa kecil, kehilangan pria yang menjadi penopang hidup menjadi bebanmu.

Daku pun berusaha sembuh dari luka itu, agar sehat lahir batin saat bertemu denganmu.

Memperpantas diri menjadi kata yang pas, namun rintangan mengintai. Gangguan dan pikiran lain berusaha mengelabuhi. Maafkan aku yang masih seperti ini.

Tapi tenang, dirimu di sana yang sedang berjuang. Secara tidak langsung energi dan doa yang kau sulutkan dari sana tidak akan salah sasaran. Keresahan akan diri ini yang membuatku tidak lantas terdiam. Melainkan berusaha untuk memperpantas dan saling memantaskan.

Untuk saat ini, ku berusaha sabar dan menikmati penantian. Kau dengan perjuanganmu, dan aku dengan kesibukanku. Sebelum pada akhirnya Tuhan menyatukan kita dengan kesibukan kita berjuang bersama.

Tidak perlu aku sebutkan seperti apa lelaki idaman yang aku nantikan. Cukup hanya takut pada Tuhan dan tidak gentar faktor lain -jabatan, harta, kecerdasan, kekuasaan- sudah membuatku tenang. Nikmat kecemburuan hanya sebagai bumbu, bukan musuh yang harus kita perangi.

Hanya keimanan dan ketaqwaan yang tajam yang membuatku nyaman dan kupercayakan segalanya padamu. Tidak mudah tergadaikan jika kau hanya takut pada Tuhan, termasuk cinta yang aku berikan.

Daku tahu kau yang nantinya aku patuhi setelah illahi robbi dan nabi. Menjadi panutan bagi anak-anak kita. Menjadi kepala dalam rumah, dan kita berkerja-sama membangun peradaban mulai dari terkecil yaitu rumah tangga.

Di mana pun engkau berada semoga naungan keberkahan selalu menaungi kita, kemudahan/kebahagiaan di setiap rencana dan peristiwa meningkatkan keimanan.

Begitu juga setiap kesulitan/kesedihan menambah kedekatan kita pada-Nya. Kapanpun kita dipertemukan semoga dengan hati yang penuh keimanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun