Mohon tunggu...
RIZKI FEBY WULANDARI
RIZKI FEBY WULANDARI Mohon Tunggu... Editor - Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Menorehkan segala ambisi dan luka di atas tinta, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja terdapat kelegaan di sana. Pelajaran yang tercatat tidak akan musnah meski waktu menggerusnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bahagia Kita untuk Siapa?

10 November 2022   19:58 Diperbarui: 10 November 2022   20:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia rasanya sesak jika terus dipenuhi segala ambisi orang yang berlomba ingin terlihat lebih benderang dr yg lain.

Merasa harus menjadi nomor satu dr sepersekian ribu. Aku memilih untuk tidak menambah kesesakan dunia smacam itu.

Bukan berniat untuk berhenti berlomba dan keluar dr medan juang. Bukan pula tidak ingin berjuang karena takut kalah dalam arena perang.

Yaa untuk saat ini, lakukan saja yg terbaik yg memang semestinya diri ini lakukan. Niatkan saja pada rumut yg bergoyang. Ia berlambai tidak ingin karena dilihat orang.

Menenduhkan mata seraya menentramkan pikiran orang yg memandang. Yapss ia bertugas sebagaimana selayaknya. Tidak mengharap curahan siraman dr orang yg ta peduli bahkan menganggapnya harus d basmi.

Cukuplah orang yg mampu menikmati kesunyian dgn hamparan hijau yg menenangkan untuk menghargai.

Lebih nyaman diam sesekali memberi makna hanya untuk pengabadian kelak d masa mendatang. Kita tak tahu hati stiap insan akan sebuah kabar baik buruk nya suatu keadaan.

Memilih menikmati kesuksesan dgn keluarga sndiri. Tp kadang juga takut kebahagiaan yg kurasakan menjadi luka nestapa bagi mereka.

Bahkan ke sohib sendiri yg kurasa tempat berbagi kebahagiaan pun, ikut terluka dg kabar bahagia yg saya punya.

Tidak munafik jg, kadang saat dlm kondisi terpuruk pun saya merasakan hal serupa.

Ada satu hal yg menjadi ketakutan, lantas pada siapa segala kisah klasik tertuang?

Jangan-jangan kelak jodoh juga merasakan hal demikian?

Ahhh, tidak lah nyaman.

Ada satu kata kunci yg patut kita cari dalam komunikasi yaitu frekuensi dan kestabilan hati yg serupa agar segala rasa yg ingin kita bagi tidak justru berbalik melukai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun