Contoh lahan basah meliputi:
Tanaman pangan, Holtikultura Buah, Holtikultura Sayur, Perkebunan, Perikanan, dan PeternakanÂ
Di Kecamatan Banjarmasin Tengah, lahan basah merupakan bagian dari ekosistem yang lebih luas di Kalimantan Selatan. Luas total lahan basah di provinsi ini mencapai sekitar 1.194.471,98 hektare, yang setara dengan 32,39 persen dari total daratan. Meskipun tidak ada data spesifik untuk Kecamatan Banjarmasin Tengah, diperkirakan kecamatan ini juga berkontribusi signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan basah di Banjarmasin Tengah sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekologi dan mendukung perekonomian lokal melalui sektor perkebunan dan perikanan. Diperlukan upaya konservasi dan pengelolaan berkelanjutan agar manfaat lahan basah dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Namun, potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik. Masyarakat menghadapi berbagai kendala dalam mengelola lahan basah ini agar dapat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dan maksimal.
1.) Pasar Lama
Dalam wawancara ini, Pak Fikri, seorang peternak dari Kecamatan Banjarmasin Tengah, mengungkapkan pandangannya tentang potensi lahan basah yang dimilikinya. Ia sangat menghargai manfaat lahan tersebut dalam mendukung usaha peternakan kambing dan sapi. Menurutnya, peternakan ini tidak hanya memberikan pendapatan tambahan melalui penjualan kambing dan sapi untuk aqiqah, qurban, dan tasmiyah, tetapi juga dari hasil susu yang dihasilkan. "Dengan cara ini, saya dapat meningkatkan ekonomi keluarga," ujarnya. Pak Fikri juga menekankan bahwa peternakan yang berkelanjutan memberikan dampak positif bagi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Ia menambahkan, "Produk sampingan seperti kompos dapat digunakan sebagai pupuk alami yang meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen."
Bapa Yasir sebagai penduduk asli pasar lama memberikan tanggapan mengenai lahan basah untuk hortikultura buah di Pasar Lama dan tantangannya. Ia menjelaskan bahwa lahan basah memiliki potensi besar untuk budidaya buah-buahan seperti pisang, jeruk, dan mangga, yang sebelumnya dapat memberikan hasil melimpah dan meningkatkan pendapatan petani. Namun, saat ini, tantangan utama yang dihadapi adalah perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir, membuat kondisi lahan menjadi terlalu basah. "Akibatnya, akar tanaman mudah membusuk, dan pertumbuhan buah menjadi terhambat," ujar Bapa Yasir. Ia menekankan perlunya inovasi dalam pengelolaan lahan basah agar dapat mempertahankan keberlanjutan produksi hortikultura dan menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan lingkungan yang semakin berat.
2.) Kampung MelayuÂ
Bu Ayun, sebagai seorang ibu rumah tangga yang sering mengunjungi tempat kuliner soto apung di Kelurahan Kampung Melayu, memberikan tanggapannya mengenai lahan basah sebagai tempat kuliner. Menurut Bu Ayun, Lahan basah yang digunakan sebagai tempat kuliner soto apung dapat menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung. Soto apung yang disajikan di atas air dapat memberikan rasa yang lebih segar dan khas. Lahan basah juga dapat menambahkan estetika dengan pemandangan alami yang indah, seperti tumbuhan air dan ikan air tawar.