Untuk bisa bersaing dengan Bali, pemerintah daerah harus berani mengambil kebijakan dengan menggandeng dan meningkatkan peran serta kualitas stakeholders terkait industri pariwisata seperti destinasi/obyek wisata, perhotelan, jasa transportasi, rumah makan dan  masyarakat.Â
Selain itu pemerintah juga harus berani mengganti konsep kebijakan yang kuno yang orientasinya jangka pendek, hanya melihat jumlah kunjungan wisatawan tanpa melihat dampak positif dan negatif yang luas.Â
Industri pariwisata dapat dikatakan sama dengan berbagai industri lainnya seperti manufaktur, pertahanan, kimia, kereta api dll yang membutuhkan R&D, sehingga dapat dilakukan perencanaan yang matang kedepannya.Â
Sebagai perumpamaan, Bali adalah toko roti legendaris yang menjual roti sejak bertahun-tahun dengan menjaga kualitas dan keasliannya, sedangkan di Jateng banyak bermunculan destinasi wisata baru seperti toko roti artis / kedai minuman kekinian yang mengandalkan popularitas dan promosi.Â
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah toko roti legend gulung tikar ditengah derasnya gempuran toko roti kekinian ? TIDAK, justru toko roti kekinian banyak yang gulung tikar dan anjlog penjualannya.
Bali dikatakan berjalan industri pariwisatanya, karena melibatkan hotel di dalamnya. Sedangkan Jateng belum bisa dikatakan menjalankan industri pariwisata, tidak semua destinasi wisata di kota/daerah melibatkan hotel/penginapan. Hanya kota tertentu saja yang memiliki fasilitas hotel, itupun tidak semua hotel berbintang.Â
Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan hotel berbintang di Jateng penuh karena agenda pemerintah dan minim berfungsi sebagai stakeholder pariwisata. Hal tersebut ditambah dengan masuknya virtual hotel operator (VHO), dimana trend wisatawan saat ini lebih senang dengan hotel minimalis dan murah. Â
Ujungnya adalah hotel berbintang mengalami penurunan okupansi yang berakibat pada berkurangnya pemasukan / laba perusahaan sehingga berdampak pada pengurangan jumlah SDM hingga terabaikannya pengelolaan lingkungan. Hotel dari kelas paling murah puluhan ribu sampai jutaan rupiah permalam, hampir semuanya penuh di Bali tiap tahunnya, bisa dikatakan merata.Â
Ada saja wisatawan lokal dan mancanegara yang datang ke Bali, tidak bosan meskipun berkali-kali datang ke Bali baik dalam rangka pekerjaan maupun wisata.Â
Bandingkan dengan wisata di Jateng, segelintir destinasi wisata yang sering dikunjungi berkali-kali, kalaupun ada bisa ditebak alasan dibaliknya seperti dekat dan murah meriah. Itupun biasanya karena menuruti keinginan anak-anak yang ingin berwisata, maka diajaklah ke tempat itu, berkali-kali.
Strategi Pariwisata di Jawa Tengah