Faktor lain yang membuat Lukaku bisa bermain apik bersama Lautaro dalam berkolaborasi di lapangan hijau adalah mereka sering menonton video analisis pertandingan bersama sang pelatihnya dulu di Inter, Antonio Conte.
"Cara kami bekerja pada saat latihan adalah dengan menonton video analisis. Itu membuat kami tidak melakukan kesalahan yang sama," kata Lukaku.
"Ketika kami melakukan analisis pertandingan, Conte akan membantu kami mencari area dimana seharusnya kami menembak atau mengumpan," kata Lukaku.
Lukaku juga mengatakan bahwa, ia masih ingin terus berkembang dan menjadi lebih baik lagi di Inter Milan.
Tetapi tak seperti yang diharapkan, Lukaku berseragam Inter Milan hanya berjalan 2 musim. Pada bursa transfer musim panas lalu, Nerazzurri memberanikan untuk mengambil keputusan dengan menjual Romelu Lukaku ke Chelsea pada harga 113 juta euro atau sekitar Rp2,2 triliun. Angka tersebut membuat Lukaku menjadi pemain termahal yang pernah dijual Inter.
Menurut kabar yang beredar, Inter Milan memiliki alasan kuat untuk melepas penyerangnya yakni Romelu Lukaku ke Chelsea pada musim panas lalu.
Dilansir BolaSport.com dari Football Italia, Inter Milan saat itu sedang mengalami krisis keuangan yang cukup besar karena pandemi COVID-19.
Beppe Marotta dan Piero Ausilio selaku direktur Inter Milan, menyampaikan klub membutuhkan dana segar pada bursa transfer kala itu.
Saat musim panas itu, Inter Milan setidaknya harus mendapatkan uang sebanyak 80 juta euro atau sekitar Rp1,4 triliun.
Dengan itu, Inter Milan harus menjual beberapa nama pemain yang sudah tidak mereka inginkan, untuk mendapatkan keuntungan. Nerazzurri juga harus melakukan pemotongan tagihan gaji pemain sebesar 20 persen.
Namun, dengan upaya diatas saja tidak cukup. Inter Milan harus merelakan penyerangnya itu pergi, karena memiliki nilai jual yang fantastis, serta Lukaku sendiri yang tidak keberatan jika harus hengkang dari klub Italia tersebut. Langkah itu diambil, guna memperbaiki kondisi finansial klub yang sedang memburuk.