Mohon tunggu...
Rizki Aulia Rahman
Rizki Aulia Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin menjadi penulis

enjoy your life

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketua DPR RI Puan Maharani Minta Jangan Lupakan Akses Air Bersih untuk Masyarakat

8 September 2021   00:02 Diperbarui: 8 September 2021   00:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani menyampaikan perhatiannya terhadap ketersediaan akses air bersih untuk masyarakat secara merata. Pasalnya, ada perubahan kebutuhan air bersih yang semakin meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup selama Pandemi Covid-19.

"Selama masa pandemi ada kebutuhan air bersih yang tinggi, ini tetap harus dipenuhi karena erat hubungannya dengan kebersihan yang sangat utama dalam menjaga kesehatan," ujar Puan dalam keterangan tertulisnya.

Riset Indonesia Water Institute (IWI) menjalankan studi dalam periode 15 Oktober hingga 20 November 2020. Ditemukan bahwa kebutuhan air bersih meningkat karena adanya peningkatan aktivitas mencuci tangan. 

Mayoritas responden menyatakan bahwa kegiatan cuci tangan meningkat 82 persen lebih tinggi sebelum pandemi. Kebutuhan air bersih juga diperlukan untuk mandi yang ternyata selama pandemi juga ikut meningkat sebanyak 72 persen.

Peningkatan aktivitas tersebut turut pula meningkatkan volume air untuk mencuci tangan meningkat menjadi 20-25 liter per orang setiap harinya. Angka tersebut menunjukan peningkatan volume penggunaan air sebanyak lima kali lipat dibanding sebelum pandemi. Sementara itu, untuk mandi terjadi peningkatan 150-210 liter penggunaan air per orang setiap hari.

"Cuci tangan dan mandi ini menjadi sangat penting karena penerapan protokol kesehatan untuk menekan penularan Covid-19. Maka dari itu, kebutuhan air bersih harus dapat diakses dengan mudah serta secara merata," ujar Alumnus Universitas Indonesia ini.

Berkaitan dengan pemerataan air bersih, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat masih ada 9,79 persen rumah tangga Indonesia yang belum memiliki akses ke sumber air minum layak pada 2020. Apalagi, penduduk pedesaan yang menunjukan ketimpangan. Sebanyak 17,26 persen penduduk desa belum mendapatkan akses tersebut, sementara di kota hanya 3,93 persen saja.

Sumber air bersih untuk kebutuhan minum lebih penting lagi bagi masyarakat. Berdasarkan data IWI, kapasitas sistem penyediaan air minum (SPAM) di Indonesia hanya sebesar 188.096 liter per detik atau dengan cakupan air perpipaan nasional sebesar 21,08% dari total penduduk negeri ini.

Melihat data tersebut, Puan meminta untuk pemerintah melihat penyebab sulitnya akses air bersih di Indonesia. Misalnya saja, mencatat lahan sumber akses air bersih tersebut.

Puan juga meminta pemantauan untuk sungai Indonesia yang tercemar. Pasalnya, sungai juga merupakan sumber air bersih dekat dengan kehidupan masyarakat bila dikelola secara benar. Pencemaran sungai juga akan mempengaruhi sumber mata air di sekitarnya. Oleh karena itu, ini benar-benar harus dijaga.

"Kita lihat juga pembangunan infrastruktur untuk pengaliran air bersih. Seharusnya, ini diutamakan melihat kebutuhan air bersih yang sangat besar terutama selama pandemi. Jika masyarakat tidak bisa mengakses air bersih, bagaimana mereka mempertahankan kesehatannya?" ujar legislator dapil Jawa Tengah V tersebut.

Problem akses air bersih ini menjadi pekerjaan rumah lanjutan untuk pemerintah selanjutnya. Pengelolaan air harus maksimal dan penjagaan infrastruktur akses air bersih ini harus menjadi perhatian khusus.

Puan memahami bahwa pemerintah memang sedang fokus dalam penanganan pandemi. Namun, akses air bersih juga merupakan masalah krusial yang berhubungan langsung dengan kesehatan. Sulitnya air bersih dapat menandakan kebersihan yang kurang terjaga dan ancaman kesehatan, terutama bagi pertumbuhan anak-anak.

Salah satu ancaman kesehatan yang dapat muncul dari sulitnya akses air bersih adalah stunting bagi anak-anak. Selain kekurangan nutrisi, hambatan pertumbuhan anak ini disebabkan juga oleh tempat tinggal yang kumuh. Jika ketersediaan air bersih memadai, keluarga pun dapat tinggal serta membersihkan diri dengan nyaman dan aman.

"Berbagai pihak terkait juga harus menunjukkan dukungannya untuk pemerintah demi merealisasikan akses air bersih yang merata untuk seluruh masyarakat Indonesia," ujar Puan.

Puan tidak ingin bahwa ancaman air bersih ini menambah bahaya pandemi yang masih menghantui Indonesia. Apalagi jika masyarakat sampai tidak bisa mencuci tangan atau mandi dan membersihkan dirinya dengan tepat.

"Ingatlah bahwa kebersihan juga merupakan sebagian dari iman. Maka, akses air bersih benar-benar harus kita usahakan dan masyarakat bisa mengaksesnya dengan mudah, untuk konsumsi serta pemakaian sehari-hari," kata cucu Bung Karno itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun