Mohon tunggu...
Rizki Aulia Rahman
Rizki Aulia Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin menjadi penulis

enjoy your life

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menunda Vaksinasi Berakibat Fatal, Masyarakat Diminta untuk Tidak Pilih-pilih Jenis Vaksin

27 Agustus 2021   19:18 Diperbarui: 27 Agustus 2021   19:34 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menunda vaksinasi ternyata fatal akibatnya. Pasalnya, vaksinasi merupakan perlindungan terbaik tubuh dalam melawan virus Covid-19 demi menghindari infeksi berat bahkan kematian.

Pengalaman tersebut telah dibuktikan sendiri oleh presenter Deddy Corbuzier. Setelah sempat menghilang, Deddy tiba-tiba kembali dengan membawa kabar mengejutkan bahwa dirinya telah berhasil melewati masa kritis badai sitokin.

Dalam sebuah unggahan video di kanal Youtubenya, Deddy menceritakan pengalamannya itu pada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Dia kemudian menceritakan kondisinya yang sempat kritis dan mengalami badai sitokin karena menunda vaksinasi.

"Saya jadi berpikir bodoh atau gimana, karena pada saat itu memang saya tahu vaksin itu masih sedikit jumlahnya, saya tahu orang tua lebih butuh, ya saya enggak vaksin," ucap Deddy.

"Waktu kena badai sitokin (merasa) bodoh banget. Kenapa kemarin enggak minta (vaksin) aja," lanjut dia.

Sebenarnya, telah banyak pakar dan ahli kesehatan mengingatkan masyarakat untuk tidak menunda vaksinasi dengan alasan apapun. Varian Delta yang lebih ganas bisa mengancam mereka yang belum mendapatkan vaksinasi.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Soedjatmiko pun turut kembali mengingatkan tentang vaksinasi Covid-19. Dia mengingatkan bahwa Covid-19 telah merenggut lebih dari 120 ribu nyawa di Indonesia.

"Sudah banyak anak Indonesia kehilangan orang tua akibat virus ini. Orang tua yang tidak mau divaksinasi, berarti tidak sayang kepada anak-anak dan keluarganya, karena membiarkan anak dan keluarganya lebih mudah diserang virus corona," kata Soedjatmiko.

Dia pun menekankan, semua vaksin memiliki kebaikan yang sama. Menunda vaksinasi atau menunggu pilihan vaksin hanya akan membahayakan diri sendiri dan keluarga, karena potensi penularan masih sangat tinggi.

Hindari pilih-pilih vaksin

Menurut Pakar imunisasi Elizabeth Jane Soepardi, masyarakat sebaiknya tidak pilih-pilih jenis vaksin dan segera mengikuti vaksinasi.

Jane menyebutkan ketersediaan vaksin Covid-19 saat ini semakin terbatas, sedangkan virus Corona terus bermutasi menjadi beragam varian baru. Karenanya, dia mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi.

"Semakin ganas virus melalui varian-variannya, maka pemerintah akan lebih mudah mengalahkannya dengan menggunakan vaksin dari berbagai platform, misalnya Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna dan Pfizer," ucap Jane.

Sementara itu, pakar imunologi dan vaksinasi Dirga Sakti Rambe mengatakan, kelima produk vaksin di Indonesia saat ini memiliki profil karakter berbeda, namun sama-sama bertujuan memberikan perlindungan.

"Semua merek efektif mencegah penularan, risiko sakit berat juga kematian akibat Covid-19. Karena itu, tidak perlu pilih-pilih vaksin. Vaksin terbaik adalah yang tersedia saat ini," tutur Dirga.

Yang akan mengendalikan pandemi, lanjut dia, adalah kekebalan masyarakat sehingga makin banyak orang yang divaksin, maka makin baik. "Segera vaksinasi, segera terlindungi. No one is safe until everyone is safe," ucapnya tegas.

Pasalnya, menurut Rochelle Walensky, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) Amerika Serikat, saat ini belum ditemukan cara lain untuk menekan laju kematian akibat Covid-19 kecuali dengan vaksinasi.

Hal tersebut berdasarkan temuan CDC bahwa sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit dan meninggal karena Covid-19 ternyata belum sepenuhnya divaksinasi.

Data AS mengungkapkan bahwa 97% kasus rawat inap akibat Covid-19 terjadi pada orang yang belum divaksinasi. Pada awal Juli, Kepala Penasehat Medis Presiden AS Anthony Fauci mengatakan bahwa 99,2% kematian akibat Covid-19 adalah orang yang tidak divaksinasi.

Prokes tetap penting

Baru-baru ini, Ketua DPR RI Puan Maharani mendesak pemerintah untuk menunaikan target vaksinasi sebanyak dua juta orang dalam sehari. Hal ini merupakan salah satu upaya yang paling efektif untuk menciptakan kekebalan tubuh secara kelompok di Indonesia.

"Vaksinasi harus tetap berjalan dengan cepat. Dan kami harap semua pihak menuntaskan target penyuntikan 2 juta vaksin dalam sehari dapat terus tercapai," kata Puan.

Meski demikian, dia pun mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan setelah divaksinasi. Hal ini penting agar tidak memicu kembalinya gelombang penularan Covid-19

"Betul bahwa vaksin terbukti efektif menurunkan angka kasus berat dan kematian akibat Covid-19, tapi bukan berarti yang sudah divaksin terbebas dari infeksi sama sekali," ucap mantan Menko PMK ini.

Oleh karena itu, Puan mengingatkan kepada masyarakat yang telah punya sertifikat vaksin untuk tidak menganggap bisa bebas beraktivitas ke mana saja dan mengabaikan prokes.

Hal tersebut senada dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menkeu menjelaskan bahwa ada dua hal yang perlu dijalankan di tengah pandemi Covid-19 agar pertumbuhan ekonomi bisa melaju, yakni akselerasi vaksinasi dan pengetatan protokol kesehatan.

"Protokol kesehatan dan vaksinasi menjadi sangat penting dan ini fokus kita agar ekonomi tetap bisa tumbuh tanpa menimbulkan jumlah kasus Covid-19 yang meningkat," ujar Sri Mulyani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun