Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relevansi

25 Oktober 2020   14:16 Diperbarui: 5 Agustus 2022   19:49 1941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pengertian frontstage adalah sebuah ruang atau panggung drama seseorang untuk menampilkan citra dirinya melalui representasi yang ditunjukkan oleh orang itu kepada orang lain dengan beragam atribut---simbol yang dikenakan sebagai tanda posisi status sosial. 

Ketika di angkringan atau warung kopi sederhana, teman saya kebanyakan memakai atribut yang sederhana, seperti sandal jepit, celana training, bahkan juga terkadang belum mandi sama sekali. Hal ini sangat berbeda ketika berkunjung di kafe bar terkenal yang banyak dikunjungi oleh anak muda yang lain. 

Teman saya memakai atribut yang bisa menunjukkan posisi status sosialnya atau demi memperoleh citra yang baik dari orang lain yang melihatnya. Bisa dikatakan, teman saya ini berusaha menampilkan citra atau imej dirinya agar dapat menaruh kesan pada orang lain. Jadi dalam sebuah kelompok masyarakat memiliki idealisasi bahwa simbol status akan menunjukkan status sosialnya (Metta Rahma Melati, 2016).

Saya juga pernah mendapatkan cerita dari teman saya yang pernah mendapatkan godaan dari seorang wanita yang sudah bersuami. Hal ini sangat menunjukkan dramaturgi. 

Teman saya bercerita bahwa wanita itu merasa kecewa dengan suaminya karena sifat-sifatnya. Jika kita berpikir secara abstraksi, wanita ini menikah dengan suaminya dengan ala kadarnya. Maksudnya, pasangan ini menikah hanya berdasarkan rasa suka terhadap apa yang ditampilkan dalam frontstage. 

Tentu hal ini akan menimbulkan adanya suatu jarak sosial, yang menurut Kevin Nobel Kurniawan (2019) yakni jarak antara individu sebagai subjek dan audience, individu sebagai subjek perlu mengemas dan merekayasakan sebuah performa sebagai sebuah objek persona dalam beraudisi untuk memenangkan perhatian yang lain.

Baca juga: Citraku Pada Pilkada Serentak 2020: Dramaturgi Goffman Terhadap Para Calon Kepala Daerah

Jika kita mau membayangkan, ketika si wanita tadi kecewa terhadap sifat-sifat suaminya, pasti sebelumnya dia tidak tahu pada sifat-sifat suaminya yang tersembunyi di balik bilik backstage. Hal ini akan berakibat pada kekecewaan yang mendalam karena ekspektasinya yang salah ketika mengetahui sifat-sifat suaminya yang asli. 

Hubungan antara kedua individu ini hanyalah sebuah drama yang dipentaskan di panggung sosial. Representasi diri suaminya sebelum menikah selalu menampilkan hal-hal yang baik---yang bisa memesonakan sang wanita. Namun hal ini hanyalah sebatas pertunjukkan drama, di mana lelakinya sebagai aktor dan si wanita sebagai audiens. 

Pada akhirnya, hal ini sangat berbeda ketika mereka sudah menikah, di mana sang wanita akhirnya tahu sifat-sifat sang suami yang sebelumnya terselip di backstage.

Dramaturgi selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi setelah merebaknya aktivitas sosial di media sosial, seperti Instagram. Kita tidak bisa menilai seseorang dengan apa yang ditampilkannya di Instagram karena itu hanyalah sebuah frontstage yang terkesan artifisial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun