"Jika kamu tahu kenapa, kamu bisa hidup bagaimana" kata seorang filsuf, tokoh eksistensialisme modern terkemuka, pemikir ulung yang sering dianggap gila, yakni Friedrich Nietzsche. Saya mengambil kesimpulan bahwa ketika kita mengetahui sebab-sebab dan rencana dengan konsep yang sedemikian rupa, kemungkinan kita bisa tahu tujuan dan arah ke mana kita akan melangkah ke depannya.Â
Pendapat seseorang hendaknya diambil melalui sisi-sisi yang lain, sama halnya ketika kita membaca buku yang mana merupakan kegiatan untuk membaca isi pikiran dan pendapat orang-orang. Rangkailah pendapat itu untuk memutuskan pendapat sendiri. Bangunlah relasi dan bentuklah persepsi tentang arah dan tujuan yang dikonsepsikan.
 Hidup adalah opsi, dan setiap opsi memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Kita hanya dapat memilih satu opsi atau satu kehidupan kita untuk hidup di masa depan. Janganlah kita dibunuh oleh perasaan ragu, dipasung oleh pendapat orang tanpa berdaya untuk mempelajarinya. Bangunlah duniamu sendiri sesuai isi hati, walaupun terkadang hidup tak semudah membalikkan telapak tangan.Â
Kita memang belum pernah menjadi manusia, atau mungkin tidak akan pernah(?)sebelum kita bisa terbang bebas ke manapun yang diinginkan. Kita memang belum apa-apa, tapi kita akan menjadi apa-apa. Hal terpenting adalah bagaimana cara kita untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.Â
Perjalanan masih panjang, kehidupan terus berlanjut, sejarah baru akan lahir dan menjadi bahan perbincangan anak cucu kita nanti. Gerakkan hati dan merdekakan diri kita sendiri. Masa depan sudah ada di tangan kita. Kita hanya perlu merangkainya menjadi sebuah cerita di masa depan.
Hidup memang sekali. Kita perlu belajar dari mana saja. Setiap orang perlu didengarkan, namun tidak semua perkataan ditelan mentah-mentah. Desakan hidup yang hanya sekali ini akan mendorong kita untuk memaksimalkan potensi kita untuk kehidupan.Â
Habiskan saja waktu kita untuk sesuatu hal yang tidak bisa dibeli. Ada pesan dari Buya Hamka yang bertuliskan, "Jika hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika kerja sekedar kerja, kera juga bekerja".
Masa depan ada di pihak kita. Kita perlu merangkul kehidupan untuk masa peristirahatan di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H