2. Pengasuhan anak
Jika ternyata keputusanmu adalah menikah sebelum lanjut S2 dan ternyata diberikan rejeki anak, maka harus mempertimbangkan juga kesehatan mental anak. Berusaha untuk terus membersamai anak.Â
Baca juga: Pendidikan Perempuan Terbentang Luas, Bagai Permadani Tanpa Batas
Kamu harus meluangkan waktu untuk bisa bermain dengan anak. Jangan sampai, sehari semalam kamu sibuk belajar dan mengerjakan tugas lalu melupakan peranmu sebagai ibu dan istri.
Saran penulis, jika memang sedang banyak tugas atau kuliah, pastikan anak ditemani dulu oleh ayahnya sebagai orang terdekatnya. Jika tidak memungkinkan, beralihlah ke neneknya, atau adik kita atau anggota keluarga lain untuk menjaga hubungan emosi anak.Â
Jangan langsung diserahan ke orang lain (baca; baby sitter), nanti anak merasa tidak disayang. Nah, perlu juga nih untuk belajar parenting, bagaimana menjaga kedekatan emosi anak dan ibu saat ibu tak sepenuhnya di rumah.
Kadang juga sebagai ibu bagi anak pertama adalah hal yang agak sulit berpisah dengan anak, tapi inilah resiko memilih menikah dulu lalu lanjut S2. Seperti yang penulis katakana diawal, menikah dan kuliah adalah dua hal berbeda dan mempunyai tanggung jawab masing-masing, maka harus mempertanggungjawabkan apapun keputusannya.
Jika tidak menikah dulu, tentu tidak akan menemukan kendala pengasuhan anak.
3. Waktu bersama keluarga
Ketika memilih menikah lalu kuliah, ingat ada tanggung jawab baru sebagai istri dan ibu, maka pekerjaan kita lebih banyak lagi dari status sebelumnya sebagai anak dari orang tua kita.
Ketika menjadi istri dan ibu, kita punya tanggung jawab melayani anak dan suami dengan seabreg kebutuhannya. Maka terkadang, mungkin timbul konflik karena waktu untuk melaksanakan tanggung jawab itu harus terpotong atau berkurang karena tanggung jawab belajar kita, terlebih kuliah S2 tidak sama dengan kuliah S1 (tunggu saya share perbedaan kuliah S2 dan S1).Â